Jumat, 27 April 2012

Satu, Dua, Tiga. Aku Rindu Padamu - 1

Hari ini hujan.
Dan aku akan selalu ingat bahwa kamu adalah salah satu manusia yang sangat menyukai hujan. Banyak orang yang mengeluh, khawatir kalau hujan turun, tapi itu tidak berlaku untuk kamu. Entah bagaimana disana? Apakah hujan juga turun seperti ditempatku kini?
Aku rindu rumah. Rindu kota tempat tinggalku.
Kadang kesibukan ini menghilangkan segala rasa remeh-temeh macam itu dan melupakannya sejenak. Tapi kalau kondisi yang sedang ku alami justru sedang merasa lelah..

Kadang aku menuntut diriku untuk bisa kembali pulang kesana.
Dan berharap mungkin ada kesempatan bisa bertemu denganmu. Walaupun kecil kemungkinannya.

Ah, lagi-lagi kamu, kamu, kamu.
Mengapa sulit mengenyahkannya? Aku sadar, aku tahu, konsep bahwa Tuhan sudah menentukan jodoh bagi hamba-hambaNya dan aku pun tidak perlu khawatir. Kalaupun nanti aku berjodoh denganmu aku akan sangat bersyukur sekali.
Apa benar?
Entahlah. Yang pasti hingga detik ini, hatiku masih terpaut untukmu.

Berlebihan ya? Masa bodo. Aku tidak peduli. Toh rasa ini hanya aku yang merasakannya. Menyimpannya rapat-rapat tanpa seorang pun yang tahu, bahkan kamu pun tidak. Cukup aku saja yang merasakannya, hingga suatu saat nanti akan ada waktu yang tepat untuk bisa mengungkapkan, meluapkannya secara besar-besaran, dan aku bisa langsung memintamu menjadi pilihan hidup terbaikku.

Sungguh. Buat orang lain mungkin terasa berlebihan. Tapi lagi-lagi aku tak peduli.

Apa kabar kamu disana? Kamu beruntung masih bisa menyempatkan pulang ke rumah setiap seminggu sekali. Atau paling tidak, intensitasnya tidak sejarang aku yang ada disini. Hujan kali ini rasanya benar-benar pas untuk mengeluarkan semua rasa rindu disela-sela pelepas lelah ku atas semua aktivitas ini.
Sudah lama kita tidak bertemu, ku harap kamu selalu sehat. Bahagia.

Kamu tahu, setiap kali aku kehilangan kontakmu, aku akan berusaha mencarinya. Lewat apa saja yang aku bisa, tapi diam-diam supaya kamu tidak tahu bahwa aku mencarimu habis-habisan. Karena biar bagaimanapun, aku tidak pernah berharap agar bisa kehilangan sosokmu, kapanpun, dimanapun, dalam kondisi apapun.
Tapi itu hanya sebatas agar aku tidak kehilangan dirimu.
Aku tahu nomor kontakmu, sosial media yang biasa kamu gunakan, atau apapun itu. Tapi aku memang tidak menggunakan ketahuanku atas semua itu untuk menghubungimu.
Bukan karena takut, cemas.
Tapi karena aku justru menghormatimu.
Aku ingin mencintaimu diam-diam untuk saat ini dan akan kulepaskan jika saatnya nanti tiba. Kamu mau menungguku, kan?

Sudahlah, biar aku saja yang mencintaimu kalaupun kamu tidak mau. Hak seseorang untuk mengurai semua perasaan dalam hatinya untuk seseorang yang kita suka tapi suatu ketidakadilan ketika kita memaksakan hal yang sama pada dia untuk kita.
Karena setiap orang bebas untuk mencintai siapa saja.

Ah, hujan ini semakin deras. Dingin. Tapi kamu justru suka itu.
Semoga air hujan ini mengalirkan dan menyampaikan rasa rinduku pada kota tempat tinggalku dan untuk kamu.

Aku ingin menyampaikannya kali ini. Pejamkan mata, rilekskan hati.
Hitung sampai tiga.
Satu,
Dua,
Tiga.
Aku rindu padamu.

Selasa, 24 April 2012

Buatku, Kamu, dan Waktu-Waktu yang Berjalan - 1

Hei,
Rasanya sudah bertahun-tahun aku tidak melihat kamu. Apa kabar kamu disana? Disini aku sedang menuju kembali ke rumah dengan bus antarkota biasa, sambil melihat ramainya suasana perjalanan ini.
Ah, rasanya sudah berbulan-bulan aku tak mengunjungi tempat ini, padahal terhitung hanya seminggu saja. Jikalau aku merasa begitu, bagaimana dengan kamu yang bahkan sangat jarang bisa balik ke kota ini selain libur panjang atau puasa dan lebaran saja?

Kadang seminggu saja aku sudah merasa rindu pada suasana rumah, entah bagaimana dengan kamu. Jangankan kamu, keluarga kamu pun juga pastinya tak kalah menunggu.
Begitu juga aku.
Yaaa, meskipun aku bukan siapa-siapa kamu, tapi aku terkadang berharap menjadi bagian dari hidup kamu. Berlebihan ya? Entah mengapa itu selalu menjadi angan-angan aku dari dulu.

Iya, seharusnya aku juga sadar diri. Sampai kapanpun rasanya yang begini hanya aku. Tidak berlaku bagi kamu. Mungkin kamu lebih fokus sama kegiatan kamu disana, toh yang aku tahu kamu juga sangat aktif orangnya. Kalau kamu sesibuk itu, mana sempat kamu punya waktu hanya sekedar mengingat orang yang tidak penting macam aku ini, bukan?
Ah, rasanya aku benar-benar seperti punguk merindukan bulan saja. Mengharapkan sesuatu yang kemungkinan kemustahilannya lebih besar daripada tidaknya.
Karena buatku kamu hebat, sangat hebat. Dan katanya, orang baik hanya untuk orang yang baik. Sedangkan aku?

Tak usah ditanya. Berbeda sekali pastinya denganmu.

Kadang aku menunggu mungkin suatu saat nanti handphone ku akan ada kabar masuk darimu. Atau mungkin suatu kejutan bisa mendengar suara mu. Tapi jangankan begitu, mungkin nomor ku pun mungkin kamu tidak mengetahuinya.
Terkadang aku sadar buat apa mesti melakukan ini semua? Rasanya percuma. Tapi lagi-lagi orang lain menyindirku serasa paling bijak sedunia, "Cinta sejati selalu menemukan jalan. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apapun itu.."
Kadang aku masih bertahan dengan kebiasaan berharap ini. Itu kelemahan terbesarku. Terhadap kamu.

Dan buat aku, ini jelas sangat menyebalkan, rasa lelah dan rasa lain yang tidak jelas benar-benar sangat mengganggu.

Tapi entah mengapa aku terkadang menikmatinya.

Hei, sedang apa kamu disana? Sebentar lagi aku sampai dirumah, angin sejuk dari jendela bus ini agak membuat mataku mulai merayap lelap...