Hei,
Rasanya sudah bertahun-tahun aku tidak melihat kamu. Apa kabar kamu disana? Disini aku sedang menuju kembali ke rumah dengan bus antarkota biasa, sambil melihat ramainya suasana perjalanan ini.
Ah, rasanya sudah berbulan-bulan aku tak mengunjungi tempat ini, padahal terhitung hanya seminggu saja. Jikalau aku merasa begitu, bagaimana dengan kamu yang bahkan sangat jarang bisa balik ke kota ini selain libur panjang atau puasa dan lebaran saja?
Kadang seminggu saja aku sudah merasa rindu pada suasana rumah, entah bagaimana dengan kamu. Jangankan kamu, keluarga kamu pun juga pastinya tak kalah menunggu.
Begitu juga aku.
Yaaa, meskipun aku bukan siapa-siapa kamu, tapi aku terkadang berharap menjadi bagian dari hidup kamu. Berlebihan ya? Entah mengapa itu selalu menjadi angan-angan aku dari dulu.
Iya, seharusnya aku juga sadar diri. Sampai kapanpun rasanya yang begini hanya aku. Tidak berlaku bagi kamu. Mungkin kamu lebih fokus sama kegiatan kamu disana, toh yang aku tahu kamu juga sangat aktif orangnya. Kalau kamu sesibuk itu, mana sempat kamu punya waktu hanya sekedar mengingat orang yang tidak penting macam aku ini, bukan?
Ah, rasanya aku benar-benar seperti punguk merindukan bulan saja. Mengharapkan sesuatu yang kemungkinan kemustahilannya lebih besar daripada tidaknya.
Karena buatku kamu hebat, sangat hebat. Dan katanya, orang baik hanya untuk orang yang baik. Sedangkan aku?
Tak usah ditanya. Berbeda sekali pastinya denganmu.
Kadang aku menunggu mungkin suatu saat nanti handphone ku akan ada kabar masuk darimu. Atau mungkin suatu kejutan bisa mendengar suara mu. Tapi jangankan begitu, mungkin nomor ku pun mungkin kamu tidak mengetahuinya.
Terkadang aku sadar buat apa mesti melakukan ini semua? Rasanya percuma. Tapi lagi-lagi orang lain menyindirku serasa paling bijak sedunia, "Cinta sejati selalu menemukan jalan. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apapun itu.."
Kadang aku masih bertahan dengan kebiasaan berharap ini. Itu kelemahan terbesarku. Terhadap kamu.
Dan buat aku, ini jelas sangat menyebalkan, rasa lelah dan rasa lain yang tidak jelas benar-benar sangat mengganggu.
Tapi entah mengapa aku terkadang menikmatinya.
Hei, sedang apa kamu disana? Sebentar lagi aku sampai dirumah, angin sejuk dari jendela bus ini agak membuat mataku mulai merayap lelap...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar