Minggu, 29 Juli 2012

After A Long Time Has Passed


Enam tahun bukan waktu yang lama untuk melupakan, bukan?

Semuanya bisa terhapus seiring berjalannya waktu, dan enam tahun itu bisa jadi jangka waktu yang tepat untuk melupakan apapun.
Bahkan semua yang dulu dianggap hal yang menyenangkan dan luar biasa, bisa dibinasakan layaknya kertas yang tintanya sudah memudar, mulai menghapus kalimat-kalimat yang tertulis disana.
Dan saya rasa, kamu juga begitu.

Saya tidak mau menciptakan teori, ini hanya pemikiran saya saja.

Malam ini, rasanya ingin sekali berteriak. Melepaskan semua perasaan yang entah saya sendiri sudah lelah untuk merasakannya. Tapi saya tidak kuasa berteriak seperti adanya, hanya bisa dalam hati saja.

Hanya dalam hati saja.
Ya, God is the best listener. You don't need to shout not cry out load because the hears even the very silent prayer of a sincere heart.

Galau? Haha, setiap manusia pasti pernah merasakan galau. Itu hal yang wajar dan manusiawi menurut saya. Hanya saja saya mengingat satu hal, ""Wahai orang-orang yang beriman ! Mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (Q.S Al-Baqarah: 153) atau Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya (yang demikian itu) sulit, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'. (Q.S. Al-Baqarah: 45).

Wah, saya juga bukan orang yang "ngerti banget" sama hal begini, tapi saya yakin satu hal terhadap agama saya. Al-Qur'an dan Hadist itu sudah yang terbaik untuk solusi berbagai permasalahan di dunia yang tidak ada henti-hentinya. Dan galau, dalam artian sesungguhnya,"kondisi dimana pikiran orang sedang kacau, kusut" dan itu tandanya butuh "sesuatu" pertolongan kecil sekalipun sederhana, tapi setidaknya bisa "melegakan" hati, bukan?

Dan itu yang saya lakukan, setelah shalat, saya juga bercerita panjang lebar padaNya. Hal yang lumrah bukan, untuk bercerita tentang apa yang kita rasakan, apa yang kita inginkan, apa yang kita rasa itu "berat". Karena Dia sebaik-baik tempat curhat yang kita miliki.

Ya, saya ingin meminta agar perasaan saya dihentikan terhadapnya. Perasaan yang sia-sia, perasaan yang percuma. Perasaan yang sampai kapan pun tak terbalas, perasaan yang mematikan rasa lain disekeliling saya. Perasaan yang memendekkan pikiran saya bahwa hanya dia saja yang pantas untuk saya.

Padahal dia tak anggap saya adalah yang pantas untuk nya. Tidak seperti saya menganggap dia yang terbaik untuk saya.

Rasanya memang semua sia-sia, dan satu-satunya cara adalah..
Saya harus melupakan dia sebagaimana dia juga melupakan saya.

Bisa kah? Melupakan tapi tidak bermaksud memutuskan persaudaraan. Melupakan hanya sebatas atas apa yang saya rasakan dan segala kenangan yang entah tak terhitung pernah jalankan dalam hdup saya. Hanya itu saja.
Rasanya sudah lelah. Saya tahu, saya memang harus bersabar. Bersabar sampai suatu saat nanti, Allah akan berikan "bukti" untuk saya, apakah saya memang harus "melupakan" dengan sebenar-benarnya atau tidak.

Ada kalanya cinta lama hanya tinggal sejarah. Ada kalanya dia datang dan datang lagi, seperti mimpi dan deja vu yang datang berulang. Dan ada kalanya dia seperti harta karun yang tertimbun dan tetap akan dicari hingga kapanpun.

Saya lelah. Rasanya saya ingin memilih pilihan yang pertama.

Hentikan ya Allah. Harus dengan apalagi saya menghilangkannya kalau bukan dengan bantuanMu?
Saya benci dia, bukan begitu perasaan yang sebenarnya?
Salah, saya benci perasaan saya, yang tak pernah hilang hanya untuk orang seperti dia.

Allah, enam tahun seharusnya menjadi waktu dimana saya bisa melupakan segalanya, bukan? Tapi kenyataannya, sampai sekarang, semuanya tidak pernah lepas dan bahkan sulit dilepas dalam memori saya?
Bisakah kau berikan saya "virus" supaya kenangan itu terdeteksi terkena "virus" tersebut dan saya akan lebih mudah untuk menghapusnya?

Saya sudah menyerah, untuk hal ini..

***

Majubomyeo nanudeon yaegideul
uridulman aratdeon yaegideul
jiulsueomnabwa beorilsuneomnabwa
itjimotanabwa
oraenmane dulleobon georideul
gireul jinalttaemyeon johahaetdeon gieogi
jakku tteoollaseo balgireul meomchunda

hancham jinaseo na jigeumyeogi wasseo
geuttaega geuriwoseo moreunche sarado saenggangnadeora
geureon neoraseo jakkunune barphyeoseo
hamkke bonaen sigandeul
chueokdeuldo byeolcheoreom ssodajineunde
neon eotteoni

haengbokhaeman boineun saramdeul
naman honja oeroi nameun geotmangataseo
anin cheokhaebwado nisaenggaginanda

hanchamjinaseo na jigeumyeogi wasseo
geuttaega geuriwoseo moreunche sarado saenggangnadeora
geureon neoraseo jakkunune barphyeoseo
hamkke bonaen sigandeul
chueokdeuldo byeolcheoreom ssodajineunde nunmurina

yeogiseoneol gidarimyeon bolsuisseulkka
geuttaenmalhaejulsuisseulkka ireonnae maeumeul

bogosipeoseo deobogosipeojyeoseo

geureon naraseo nan neobakke mollaseo
neoeobsisaldaboni modeunge huhoero gadeukhadeora
nigaeobseoseo heojeonhange deo manhaseo
oneuldo balgeoreumeun ijariga geuriwo gajimotago bulleobonda


[Indonesian translation:. http://haerajjang.wordpress.com]

Saat bertemu kita berbagi cerita, cerita dimana hanya kita berdua yang tahu
Sepertinya aku tak dapat menghapus, membuang, dan melupakannya
Aku mengedarkan pandangan ke jalan cukup lama
Kenangan yang kusukai saat melewati jalan ini
terus menerus muncul sehingga menghentikan langkah kakiku

Setelah sekian lama hingga saat aku datang kemari saat ini
Aku merindukan masa itu, hingga tanpa sadar aku memikirkan kehidupan saat itu
Karena dirimu yang terus menerus melangkah di mataku
Kenangan saat-saat menghabiskan waktu bersama seperti bintang bertaburan, namun
bagaimana dengan dirimu?

Orang-orang terlihat bahagia
Hanya aku yang sepertinya dibiarkan sendiri, kesepian
Tak ada kepura-puraan, aku memikirkanmu

Setelah sekian lama hingga saat aku datang kemari saat ini
Aku merindukan masa itu, hingga tanpa sadar aku memikirkan kehidupan saat itu
Karena dirimu yang terus menerus melangkah di mataku
Kenangan saat-saat menghabiskan waktu bersama seperti bintang bertaburan, namun
aku menangis

Dapatkah kau melihatku saat aku menantimu di sini?
Dapatkah nantinya aku menyatakan perasaanku?

Aku merindukanmu, bahkan lebih merindukanmu
Karena dirimu, aku hanya tahu tentang dirimu
Kehidupan tanpamu, semua penuh dengan penyesalan
Tanpa dirimu, aku merasakan banyak kehampaan
Hari inipun langkah kakiku merindukan tempat ini, tak dapat beranjak dan memanggilmu

***

Saya terhenyak.
Ya, lagu ini benar seperti apa yang saya rasa.

***

Thank you for this song.
For Link:
Ost. Rooftop Prince (Baek Ji Young - After A Long Time Has Passed)
https://www.youtube.com/watch?v=se7rzZof4wI

Rabu, 25 Juli 2012

Buatku, Kamu, dan Waktu-Waktu yang Berjalan - 7

"Hei Conan. Benarkah manusia bisa berubah? Perasaan manusia yg terpisah jauh. Pedih sekali ya kalau cuma menunggu?" - Ran Mouri
“Jadi dia bilang… maukah kakak menunggu… sampai ia kembali?” – Conan Edogawa

Padahal itu cuma cerita komik yang episodenya juga tidak kalah panjang dengan sinetron zaman sekarang. Tapi setidaknya sang perempuan, kalau dia mengetahui, dia masih terbilang beruntung. Orang yang dia sayang cuma sekedar berubah bentuk menjadi kecil, dan tidak sepenuhnya hilang dalam hidup dia.

Kalau aku, apa kabar dengannya?
Bahkan aku tidak tahu bagaimana kabarnya dia, dan bagaimana aku mencari tahu kabarnya dengan cara apa, aku benar-benar tidak tahu.
Hanya bisa mengira-ngira. Sok berpura-pura mengirim do'a. Padahal belum tentu dia juga mendoakanku.

Bodoh ya? Kelihatannya seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi, aku tidak tahu cara apa lagi yang bisa ku lakukan. Being deeply loved by someone gives you strength, while loving someone deeply gives you courage.

Ya, aku menjadi berani. Berani untuk mengambil keputusan untuk tetap percaya pada orang seperti dia, percaya bahwa suatu saat nanti akan tiba waktunya bahwa usahaku tidak sia-sia.

Toh rasa cinta dan kasih sayang itu dibuat tidak terbatas dalam diri manusia. Jika aku mampu untuk menyayangi dan mencintai dengan hatiku, mengapa tidak aku bagi kepada orang lain yang ada disekeliling hidupku?

Termasuk untuk kamu.

Rasanya sederhana, tapi sebetulnya ini sulit untukku. Tapi beginilah tingkah salah satu anak manusia macam seperti ku, dengan teori dan logika yang dianggap berbeda oleh orang lain atau justru hanya aku saja yang menganggapnya berbeda?

Lucu. Perasaan menunggu itu benar-benar lucu.
Lucu dalam artian, dia seperti hadiah. Kita memikirkan, berekspektasi yang indah-indah, berangan-angan seandainya ketika "didapatkan" pasti membuat kita bahagia.

Padahal belum tentu.

Mungkin saja memang ketika "dipertemukan", memang berakhir bahagia. Seperti kebanyakan film-film FTV zaman sekarang.
Mungkin saja memang ketika "dipertemukan", berakhir kesedihan yang luar biasa.
Atau mungkin saja memang ketika "dipertemukan", justru perasaan menunggu itu hilang? Dalam artian, kau bertemu dengannya, tapi yang dirasa justru biasa saja, seperti tidak ada apa-apa, seperti hilang ingatan.
Dan kamu hanya menghabiskan waktu dengan perasaan menunggu itu, dengan akhir yang tidak ada bagusnya sama sekali.

Semuanya mungkin saja terjadi, bukan?

Tapi siapapun ingin pilihan yang pertama yang akan Tuhan beri nanti. Semoga begitu.
Karena, Terkadang dalam banyak keterbatasan, kita harus bersabar menunggu rencana terbaik datang, sambil terus melakukan apa yang bisa dilakukan.

Dan yang bisa ku lakukan adalah menunggu sambil berdoa yang baik-baik untukmu.
Biar saja kamu tidak mendoakan ku. Kalaupun tidak, setidaknya aku bisa mendapat bonus pahala karena telah mendoakan sesama, bukan?

So, so, it's not my fault, if I continued to remember you.

Terus..terus..terus..
Seperti sudah permanen ya dalam otak ku? Atau kamu memang sengaja "menuliskannya" dengan "tinta" kenangan permanen dalam memori ku?

Ya, kalau itu kenangan yang berarti, jangan dilupakan. Sebab jika manusia mati, mereka hanya bisa hidup dalam kenangan orang lain.

But, what can i afford it?

Semoga begitu...

***

oneuldo nae gieogeul ttarahemaedai
gil kkeuteseo seoseongineun na
dasin bol sudo eomneun niga nareul butjaba
naneun tto i gireul mutneunda

neol bogo sipdagotto
ango sipdago
jeo haneulbomyeo gidohaneun nal

niga animyeon andwae
neo eobsin nan andwae
na ireoke haru handareul tto illyeoneul
na apado joha
nae mam dachyeodo joha nan
geurae nan neo hanaman saranghanikka

na du beon dasineun
bonael su eopdago
na neoreul itgo salsun eopdago

niga animyeon andwae
neo eobsin nan andwae
na ireoke haru handareul tto illyeoneul
na apado joha
nae mam dachyeodo joha nan
geurae nan neo hanaman saranghanikka

nae meongdeun gaseumi
neol chajaorago
sorichyeo bureunda

neon eodinneungeoni
naui moksori deulliji anni
naegeneun

na dasi sarado
myeot beoneul taeeonado
harudo niga eobsi sal su eomneun na
naega jikyeojul saram
naega saranghal saram nan
geurae nan neo hanamyeon chungbunhanikka
neo hanaman saranghanikka


(Yesung - If it's not you, It can't be anyone else)

Translate:

Hari ini, aku berjalan dalam kenanganku
Aku berhenti pada akhir jalan itu
Kau masih menggenggamku erat, meskipun kenyataanya aku tidak akan melihatmu lagi
Aku kehilangan jalanku lagi

Aku berdoa kepada langit aku ingin melihat dan menggenggammu lebih erat
Aku ingin melihat dan menggenggammu lebih erat

Ini tidak akan terjadi jika bukan denganmu
Aku tidak bisa tanpamu
Tidak masalah meskipun hari ke hari, tahun ke tahun aku terluka seperti ini\
Tidak masalah bagiku meskipun hatiku terluka
Karna hanya kau yang aku cintai

Hatiku yang terluka berteriak kepadaku untuk mencarimu
Kamu dimana? Dapatkah kau mendengar suaraku.. Untukku

Jika aku hidup di hidupku lagi
Jika aku lahir lagi dan lagi
Aku tidak bisa hidup tanpamu meskipun hanya sehari
Hanya kau satu-satunya yang aku simpan dalam hatiku
Hanya kau satu-satunya yang aku cintai
Karna aku sangat bahagia jika aku bersamamu


Berlebihan ya? Tapi hampir sebagiannya, mirip seperti yang sedang ku rasakan.

***

Jika suatu saat kita bertemu kesempatan yang sama tapi terlewatkan, kesempatan itu tak akan datang lagi walau ditunggu berapa lama pun. Tapi, jika kamu tidak datang dan bertemu dengan ku suatu saat nanti..

Aku hanya akan... mencintaimu...

Sabtu, 14 Juli 2012

Buatku, Kamu, dan Waktu-Waktu yang Berjalan - 6

Kemarin malam aku berdoa.
Sederhana, hanya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya pada tuhan atas segala suka dan duka yang diberikannya selama setahun ini. Terima kasih telah tetap bersamaku, selalu ada dari segala kebahagiaan dan permasalahan yang aku hadapi selama ini.
Permintaan ku juga sederhana, semoga tuhan tidak bosan dan always beside me, in everytime, everywhere.
Dan memohon, semoga kali ini tuhan berkenan membantuku melupakan dia.

Aku tidak tahu lagi, apakah permintaan ini baik atau buruk untukku. Terlebih lagi, apakah permintaan ini akan dikabulkan, atau tidak.

Kalau tidak, aku tidak tahu lagi harus melakukan apa.

***

Sepagi ini, aku sudah meninggalkan rumah. Iseng.
Ah, ternyata tuhan masih memberikan ingatanku mengenai dia. Karena dalam harapan yang sebenarnya tidak mungkin ini, aku berharap, di perjalanan iseng-iseng ini, aku bisa bertemu dia.

Rasanya pikiranku seperti kosong, bingung, entahlah yang pasti aku benar-benar seperti orang ling-lung saat ini. Sebentar-bentar ku lirik jam di pergelangan tanganku, tapi hanya sekedar meilhat. Tidak untuk hal lain, karena aku juga tidak sedang menunggu waktu tertentu dengan siapapun. Sebentar-bentar aku melirik handphoneku.
Ah, tepat ada sms masuk disana.

"Selamat ulang tahun, cantik. Sukses dunia-akhirat ya,,"
Dari temanku. Setidaknya bukan dia. Dan aku rasa dia juga tidak ingat bahkan benar-benar lupa. Aku hanya tersenyum lirih, dan menekankan dalam hatiku, "mungkin".
Hei, bukankah itu sebenarnya pertanda dari tuhan kalau sebenarnya aku benar-benar harus melupakan orang seperti dia?

Sepertinya begitu.

Pikiranku masih kosong. Bukankah ini tidak adil? Aku masih mengingat apapun tentang dia.
Aku masih ingat tanggal lahirnya,
Aku masih ingat wajahnya seperti apa,
Aku masih ingat suaranya,
Aku masih ingat bentuk tulisan tangan terakhirnya,
Aku masih ingat tulisannya untuk saya,
Aku masih ingat sms-sms yang dikirimkan dulu untuk saya,
Aku masih ingat sahabat-sahabatnya,
Aku masih ingat rumahnya..
Aku masih ingat dia seperti apa.
Dan anehnya, aku masih mempercayainya, masih mengaguminya, dan tidak pernah bisa membencinya.
Demi tuhan, aku tidak pernah bisa membencinya.

Jalanan mulai ramai dengan orang-orang berlalu-lalang. Tetap saja pikiranku kosong.
Rasanya hatiku bertengkar, di satu sisi yang masih menganggap positif bahwa yang namanya cinta itu memang butuh pengorbanan. Tapi disisi lain seakan memberontak dan menganggapku hanya perempuan bodoh yang mau-maunya bertahan pada suatu ketidakjelasan.

Dan aku baru tersadar, ketika satpam disebelahku memegang tanganku dan pada saat itu hampir saja aku salah menyebrang. Hampir saja jarak yang tidak sedikit mobil menghantam tubuhku.
Satpam itu bergegas membantuku menyebrang dan hanya ucapan terima kasih yang keluar dari mulutku.
Bergegas aku memberhentikan salah satu angkutan umum yang menjadi tujuanku pulang. Tapi kejadian tidak mengenakan kembali datang.
Supir angkutan umum dibelakangnya marah, merasa angkutan umum yang aku panggil hampir menyerempet mobilnya.
Sang supir turun dari mobil dan mulai beradu mulut. Aku tersentak, enggan untuk naik, tapi segera di tarik oleh seorang ibu yang memang duduk di posisi dekat pintu.

Aku tidak bisa berpikir apa-apa. Rasanya entah mengapa air mata ingin mengalir dengan sendirinya.

Padahal dia yang membuat aku menjadi terlihat bodoh seperti ini.
Padahal dia yang membuat aku tidak bisa menerima orang lain yang mungkin lebih "jelas" keadaannya.
Padahal dia yang membuat aku mengabaikan hal-hal penting lainnya dalam hidupku.
Padahal dia yang membuat aku terlihat lemah seperti ini.

Ya, entah mengapa air mataku benar-benar jatuh untuk kali ini.

***

Sara ganeun iyuga geudae igie
nae mameul damaseo hana dulssig nameun
aryeonhan gieogdeuri jeonhaejigireul
naega georeun igil geu kkeuteseo
manna heoragdoen i gire
daman neol saranghago deo saranghan na bakke
namji anhatneunde

nae sarangi da tago nameun
geon gidarida
jichin sangcheo ppuninde
neoran saram itji motaneun najanha
nunmulman heureujanha

nae sarangi da ssisgyeo beorimyeon eoneu sae
geuriun sangcheoman namaseo
jal jinaeraneun mal ajig
namaseo itji motae geudae

haneul haneul jineun kkochipeul ttaraga
geudaereul mannamyeon
ijen da marhaltende
tto geuriwo
geuriwo itji motaetdago

nae sarangi da tago nameun
geon gidarida
jichin sangcheo ppuninde
neoran saram itji motaneun najanha
nunmulman heureujanha

nae sarangi da ssisgyeo beorimyeon eoneu sae
geuriun sangcheoman namaseo
jal jinaeraneun mal ajig
namaseo itji motae geudae

la la lala lalala lalala
lalala lala lalalala~


Translation :

You're the reason i live on
I close my heart
Left with the few remaining
Vague memories that almost disappeared
On the road that i walk on
Can we meet at the end
Just that i love you, increasingly love you more
But only me remain here alone

My love that has all burned out, what's remaining
Is only waiting, exhaustion and wound
I cannot forget a person like you
Only tears flow

If i wash away my love
Some longing scars remain
Only the word "goodbye" remain
i cannot forget you

Petals that waft along the sky
If i can meet you
I will tell you
I miss you, i long for you and i cannot forget you

My love that has all burned out, what's remaining
Is only waiting, exhaustion and wound
I cannot forget a person like you
Only tears flow

If i wash away my love
Some longing scars remain
Only the word "goodbye" remain
i cannot forget you

(Ali- Hurt (Ost. Rooftop Prince))

***

"Dia nggak ngucapin.. :'("
Setidaknya itu pesan yang ku kirim kepada sahabatku pada malam harinya.
Sayangnya sahabatku pun tidak membalas smsku.
Saat ini aku benar-benar sendirian. Sepertinya tuhan memang memberikan pertanda untuk melupakan dia.

***
22.10

1 message received

"Terima kasih banyak ya! Oh iya, selamat ulang tahun juga ya!"

Singkat, tanpa doa.
Tapi itu dari dia.
Entah mengapa air mataku mengalir lagi, dan percaya disana dia sudah mendoakan lebih banyak untukku.
Tinggal bagaimana tindakanku.
Tetap bertahan atau tetap mulai berusaha melupakan?

"Cinta sejati adalah ketika dia yang kamu cinta tak lagi mempedulikanmu, tetapi kamu masih menunggunya dengan setia"

Ah. Benarkah?

Minggu, 08 Juli 2012

Hari Ini Saya Berumur 21 Tahun..

Hari ini, bukan hari yang luar biasa buat orang-orang. Bukan seperti hari raya, dimana semua masyarakat penjuru menunggu hari ini, mempersiapkan sebaik mungkin untuk hari tersebut, dan menikmatinya luar biasa pada saat waktunya tiba.

Bukan hari kemerdekaan, semuanya bisa menikmati liburan. Dikenang semua orang, dan mereka rela memberikan doa meskipun sesingkat-singkatnya (Setidaknya hanya mengheningkan cipta saja itu sudah sangat berarti buat negara), tidak semua penjuru se Indonesia menyanyikan lagu seperti lagu kemerdekaan yang berkumandang sahut menyahut seharian penuh.

Tapi biar begitu, hari ini berarti sangat buat saya. Berarti karena saya begitu menunggunya, berarti karena saya mengharapkan hari ini akan segera tiba, berdoa semoga segala kebahagiaan dan keberuntungan lain terus mengalir pada hidup saya dimulai dari hari ini.

Karena saya mulai dipercaya Tuhan untuk hidup dan merasakan dunia pada tanggal ini.

21 tahun bukan waktu yang singkat untuk melatih diri ini menjadi lebih dewasa dan mampu dianggap dewasa oleh orang lain. 21 tahun juga bukan waktu yang mudah untuk membentuk sikap ini menjadi lebih berakhlak mulia, segala kebaikan dipertambah dan keburukan dalam diri saya. 21 tahun bukan waktu yang sulit untuk dipahami dan 21 tahun ini bukan waktu yang lama untuk merasakan berbagai kejadian dan pengalaman silih berganti muncul dalam kehidupan dan memberikan makna tersendiri untuk diri saya.

Karena saya, memiliki orang-orang yang luar biasa di sekeliling saya.


Orang-orang yang selalu menyemangati saya dikala saya merasa terjatuh.
Orang-orang yang selalu membuat saya tersenyum, meskipun singkat, dikala hati saya kacau.
Orang-orang yang selalu mengingatkan saya ketika saya terlupa.
Orang-orang yang selalu "membangunkan" agar saya "terjaga" dari mimpi-mimpi saya.
Orang-orang yang selalu menyisipkan nama saya, dalam doa-doa kebaikannya.

Itulah mengapa saya menganggap 21 tahun bukan waktu yang sia-sia. Saya tak akan pernah menyangkalnya, tak akan menyesalinya bahwa umur saya semakin bertambah.

Karena itu bukan pilihan, itu takdirNya, dan saya, mau tak mau harus menerimanya.

21 tahun juga saya belajar banyak. Saya tak akan pernah lupa, selama itu banyak ilmu luar biasa yang bisa saya peroleh hingga waktu membentuk saya seperti ini.

Dalam tahun-tahun itu saya belajar banyak hal yang saya tak akan pernah mau menukarnya dengan perhiasan apapun.
Saya belajar merasakan ketika umur saya masih dibawagh satu tahun.
Saya belajar bagaimana saya menikmati pelukan kedua orang tua saya yang paling ternikmat dalam selama hidup saya ketika saya masih kecil.
Saya belajar merangkak, menggenggam benda apapun yang mampu saya genggam.
Saya belajar melihat apa yang bisa saya lihat.
Saya belajar dan mencoba mengucapkan sepatah kata, meskipun itu hanya ucapan kata "mama" atau "papa".
Bertambah sedikit umur ini, saya belajar berjalan. Tertatih-tatih, tapi saya mampu melewatinya hingga saya bisa berjalan bahkan hingga berlari dengan mulusnya saat ini.
Saya meminta belajar sepeda pada orang tua saya. Sulit, tapi setidaknya saya mampu menjalankannya sekarang meski tidak seprofesional atlit olahragawan sepeda.
Saya meminta diajarkan membaca, hitung-menghitung, bertanya banyak hal yang tidak saya ketahui, bahkan menuntut diri saya untuk meminta orang tua menyekolahkan saya dengan menambahkan tangisan yang menjadi-jadi.
Saya belajar mengenal orang lain. Saya belajar berteman dengan orang lain.

Tapi ketika itu pula, saat saya terhubung dengan orang lain, saya juga belajar hal-hal lain.
Saya belajar berbohong dalam bentuk apapun.
Saya belajar egois ke orang lain.
Saya belajar bahwa semua bisa terselesaikan dengan tangisan.
Meskipun saya tahu, orang tua saya amat sangat tidak mengajari saya akan hal itu dan tidak mengharapkan anaknya seperti itu.
Tapi begitulah waktu. Kembali saya belajar banyak.

Dalam waktu selama dua puluh satu tahun itu, saya bertemu teman-teman saya yang lainnya. Saya bisa merasakan rasa setia, kebersamaan, kenakalan bocah-bocah, hingga sakit hati karena pertemanan.
Saya belajar berbagai ilmu yang bahkan dulu saya tak mengerti. Dulu hanya mengerti tambah-kali-kurang-bagi, membaca sepatah-patah, tapi kini saya tahu apa itu matematika yang sesungguhnya, Bahasa Inggris, IPS, IPA, Kesenian...
Dan lambat laun saya mencoba mempelajari diri saya, apa yang saya suka dan apa yang saya tidak suka.


Saya suka musik.
Saya suka membaca.
Saya suka membuat kerajinan tangan.
Atau bahkan saya suka jalan-jalan bersama sahabat-sahabat saya.
Tapi saat itu juga saya mulai belajar menetang.
Menentang terhadap apapun yang tidak saya sukai, masa bodoh dengan pikiran orang lain.
Saya belajar mengatakan "tidak mau".
Saya belajar mengatakan "saya tidak suka".
Tanpa disadari ternyata sikap itu berkorelasi dengan munculnya sikap menuntut dalam diri saya.

Semakin bertambahnya usia, saya mencoba belajar dari hal-hal kecil dan mencoba mengubahnya.
Saya mencoba memahami makna kehati-hatian.
Mana orang yang saya pandang baik, mana orang yang saya pandang jahat.
Mencoba menjadi anak yang mau membahagiakan orang tuanya dengan prestasi-prestasi kebaikan apapun bentuknya.
Mengurangi kenakalan.
Dan mengetahui apa namanya cinta.
Meski belum seserius kenyataannya.

Ketika saya dinyatakan remaja, saya mulai memhami bahwa dosa-dosa saya tidak lagi ditanggung orang tua saya. Saya mencoba melatih diri saya shalat memenuhi 5 waktu meski masih sangat terundur sekali waktunya.
Mencoba melatih baca Al-Qur'an meski terbata-bata.
Tapi kenakalan remaja tetap tidak bisa dihindari. Itu alamiah muncul dalam tiap remaja, siapapun itu.
Teman-teman saya mengajarkan saya bolos sekolah.
Mengajarkan saya menggunakan uang sekolah untuk jajan.
Mengajarkan saya untuk hal-hal yang tidak baik.
Tapi ego saya masih mengingat, pada orang-orang baik disekeliling saya. Pastinya mereka tak akan pernah mengharapkan saya menjadi "anak nakal" yang mereka miliki dan mereka temui.
Satu hal baru lagi, saya belajar memiliki "impian".

Seiring berjalannya waktu, banyak pengorbanan pula yang saya harus lakukan untuk segala mimpi-mimpi saya.

Saya harus belajar semaksimal mungkin supaya lulus UN.
Saya harus belajar semaksimal mungkin supaya bisa diterima universitas.
Setidaknya saya yakin, biarlah saya bersusah payah karena kebahagiaan nantinya juga bukan hanya untuk saya. Tapi untuk orang-orang baik disekeliling saya, terkhususkan orang tua saya.
Lagi-lagi orang tua.

Terus..terus..dan terus..

Dua puluh satu tahun bukan waktu yang singkat apabila saya kembali menceritakan nya pada kalian. Meskipun sangat singkat untuk saya rasakan.
Seperti saat ini, rasanya kemarin saya masih digendong ibu saya kemana-mana, baru bisa belajar berjalan, baru masuk sekolah SD, SM, SMA...

Tapi sekarang, saya seorang mahasiswa.
Dengan mimpi-mimpi saya.

Yang akan terus mengalir, terus saya catat dalam memori saya, terus saya coret apabila mimpi saya sudah saya dapatkan...

Dua puluh satu tahun bukan waktu yang biasa-biasa saja. Bukan waktu yang bisa aya anggap percuma.
Dua puluh satu tahun bukan gerbang ketika saya merasakan "umur saya sudah kepala dua".
Karena menjadi tua itu tuntutan hidup.
Tapi menjadi bijaksana dalam hidup itu adalah pilihan.
Dan saya memilih mencoba menjalani hidup dengan bijaksana.

Menyelesaikan kuliah, memperoleh pekerjaan yang diinginkan, membahagiakan orang tua dengan semaksimal apa yang saya punya..

Dua puluh satu tahun, ketika mimpi-mimpi yang lebih luar biasa untuk hidup saya bermula dari sini.
Dua puluh satu tahun, ketika saya masih percaya Tuhan berikan saya waktu yang "lebih" untuk terus mengeruk emas pahala sebanyak-banyaknya di dunia.
Dua puluh satu tahun, ketika saya semakin sadar, bahwa akan selalu ada orang-orang baik dan bijaksana dalam hidup saya..

***

Hari ini saya berumur 21 tahun.
Dan saya menikmatinya.. :)

***