Minggu, 22 Maret 2015
Titik Tanpa Koma
Lewat sajak-sajak senja yang memanggilku
mesra menyentuh relung jiwa yang telah terdiam begitu lama
Aku berdiri disini, menikmatinya
tanpa interupsi biarkan senja melakukan semaunya sendiri
Sehitung waktu dalam keheningan aku sempat menggila
Ragu tanpa aba-aba
menghilang segala sesuatunya tanpa diminta
Tapi apa yang kunamakan cinta telah terlanjur memakan diriku
akalku
harapan-harapanku
Hingga sekuat apapun aku mencoba melupakan langit
Percuma tak akan mau membantu
Rapuh,
Kalut,
Ratap.
Lantas apa lagi yang bisa diperbuat
Jika Tuhan berikan jalan tak dinyana apapun pula harus diterima
Ikhlas
Bukankah sesudah kesulitan Dia janjikan kemudahan?
Berlatarkan langit jingga dengan rasa rela
Kesadaranku pulih, air mataku menderas
Tertampar keras
Bahwa Ia tegurkan padaku, cinta-Nya jauh lebih besar dari cinta makhluklainnya
Sekalipun cinta pada makhluk-Nya tidak pernah salah
Tapi logika mengatakan,
“bukankah suatu kesalahan ketika aku jauh lebih mencintai makhluk-Nya?”
Senja,
Sampaikan maaf yang sudah seharusnya
dan kata yang ingin kusampaikan
Aku mencintai Tuhanku tanpa koma,
Titik.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar