Sabtu, 09 Juni 2012

Buatku, Kamu, dan Waktu-Waktu yang Berjalan - 5

Heartbeats fast
colors and promises
how to be brave
how can i love when i'm afraid to fall
but watching you stand alone
all of my doubt suddenly goes away somehow
one step closer

i have died everyday waiting for you
darling don't be afraid i have loved you
for a thousand years
i love you for a thousand more

time stands still
beauty in all she is
i will be brave
i will not let anything take away
what's standing in front of me
every breath
every hour has come to this
one step closer

i have died everyday waiting for you
darling don't be afraid i have loved you
for a thousand years
i love you for a thousand more

and all along i believed i would find you
time has brought your heart to me
i have loved you for a thousand years
i love you for a thousand more

one step closer
one step closer

i have died everyday waiting for you
darling don't be afraid i have loved you
for a thousand years
i love you for a thousand more

and all along i believed i would find you
time has brought your heart to me
i have loved you for a thousand years
i love you for a thousand more


***

Sayangnya, kisah ini bukan seperti Edward yang menunggu Bella sampai saatnya bisa bertemu dan bahagia selamanya. Tapi hanya sebuah kisah seorang perempuan yang entah bisa dikatakan bodoh karena mau-maunya terus bertahan untuk menunggu seseorang yang entah orang itu pun menunggu hal yang sama atau tidak.

Sayangnya juga aku bukan orang yang pandai berkata-kata layaknya seorang pujangga.

Seperti posisiku saat ini, sedang menikmati tiupan angin dari kaca jendela kendaraan umum yang sedang ku tumpangi. Kembali menuju rumah yang senantiasa ku rindukan kehadiran orang-orang di dalamnya. Yang selalu ku rindukan warna catnya meskipun sudah memudar. Yang selalu ku rindukan suara-suara riang pengantar kehidupan disana. Yang selalu ku rindukan, lebih daripada merindukan kamu.

Tapi, tetap saja setiap kali aku kembali, pastinya aku juga merindukan kamu.

Aku bukan Edward, karena aku perempuan. Lagipula aku juga bukan vampir yang mampu hidup abadi seperti di ceritanya itu. Tapi entah mengapa, rasanya menunggu tanpa kepastian itu yaa, seperti ini.

Ya, lagi-lagi silahkan anda mengatakan aku ini orang bodoh atau apapun itu, yang pasti untuk saat ini aku menikmatinya. Menikmati dalam artian, bahwa aku ingin mencoba, menunjukkan pada yang Kuasa, bahwa aku ingin tetap bertahan untuk dia. Meskipun entah nanti pada akhirnya Tuhan berikan aku jodoh orang lain, tapi mungkin saja Tuhan memberikan hasil dari perjuangan ku, bukan?

Who knows..

Entah mengapa, gerimis mulai turun. Terpaksa harus menutup jendela kaca kendaraan umum ini meskipun aku masih amat sangat menikmati angin yang diterpa benda mati ini. Apa kabarnya kamu disana? Apa disana juga hujan seperti disini?

and all along i believed i would find you
time has brought your heart to me
i have loved you for a thousand years
i love you for a thousand more...


Itulah, ini bukan hanya sekedar bertahan saja. Tapi aku juga mencoba mempertahankan kepercayaan ku. Aku percaya suatu saat aku akan menemukan kamu, entah berapa tahun lagi, entah di tempat mana, atau mungkin entah dalam kondisi seperti apa.

Mungkin saja ketika kamu ternyata bersama orang lain, atau justru ketika aku yang mengalami hal tersebut? Terlebih lagi, mungkin saja ketika aku sudah tak bernyawa lagi?
Kalau memang yang pertama dan yang kedua, semoga lagu ini berhenti dalam hati ku. Semoga pikiran dan memori dalam otak ku tentangmu bisa ku hapus, dan ku reset ulang dan ku isi dengan yang baru.

Tapi kalau itu pilihan yang terakhir..
Aku malah berharap, semoga lagu ini tetap tersimpan dalam hati ku, sekalipun kamu tidak mengetahuinya. Karena bagiku, menyimpannya secara rahasia saja sudah lebih dari cukup.

Katakanlah kembali, aku orang bodoh yang tak pernah bisa lepas dari masa lalu. Itulah aku, hanya seorang perempuan yang ingin mencoba menjadi seorang perempuan yang benar-benar menyimpan suatu pengharapan tulus bagi orang yang diharapkannya. Menjadi seorang perempuan yang memang menjaga hatinya untuk seorang saja. Menjadi seorang perempuan yang sesungguhnya sama sekali tidak mengharapkan dia menyadari dengan langsung, tapi biarlah bertahap.. bahwa ada aku, yang mengharapkannya tulus melebihi yang lain.

Katakanlah kembali, aku orang bodoh yang berlebihan. Memang yang namanya perasaan itu membuat buta yang merasakannya. Tapi aku menjamin, ini bukan karena aku buta. Bukan karena aku tidak mau memandang ke sisi lain di dalam hidupku.

Karena aku percaya padanya.
Lebih dari apapun.
Entah mengapa aku merasakan hal itu, bahkan sampai saat ini.

Katakanlah kembali, aku orang bodoh yang berlebihan. Yang tidak tahu bagaimana rasa bersyukur, yang tidak tahu memaknai hidup. Mengharapkan orang yang bahkan tidak jelas apakah mengharapkan kamu juga atau tidak.

Karena dia, salah satu alasan mengapa aku masih terus semangat menjalani hidupku. Meskipun terkadang aku menitikkan air mata, meskipun aku tidak tahu harus berbuat apa, entah mengapa ada suatu kekuatan magis tersendiri ketika aku mengingatnya.

Karena dia, aku tahu bagaimana rasanya mencintai dan dicintai.

and all along i believed i would find you
time has brought your heart to me
i have loved you for a thousand years
i love you for a thousand more...


Sampai kondisi benar-benar memaksaku untuk berlaku seperti ini, lagu ini tetap ku mainkan dalam hati ku...

Rabu, 06 Juni 2012

Buatku, Kamu, dan Waktu-Waktu yang Berjalan - 4

Hari ini, seharusnya aku sibuk berkutat dengan buku-buku, dengan soal-soal, dengan rangkuman-rangkuman atau catatan-catatan kecil yang sempat aku tulis saat kuliah, tapi aktualnya tidak seperti itu. Hari ini aku hanya sibuk menata pikiranku, mencoba tetap berpikir positif, setelah kejadian yang sekian kalinya terulang timbul kembali dalam sekian jam yang entah tak mampu aku hitung dan ku jangkau.

Aku bermimpi lagi. Dan itu kembali tentang kamu.

Bukan suatu hal yang baru, bukan pula suatu hal yang asing. Toh, hal seperti ini sudah amat sangat sering ku terima. Dan sampai saat ini pula, aku tidak mengerti apa maksud dari semua yang Tuhan beri kepada ku. Ada suatu ketenangan, bahwa ternyata Tuhan tidak memberikan ku mimpi buruk. Tetapi ada kekhawatiran pula, bahwa setahu ku mimpi itu hanya bunga tidur, bahkan justru apa yang ada di mimpi bisa jadi di dunia nyata semua menjadi terbalik adanya.

Sudah terhitung 3 kali pula aku bermimpi dengan tema yang sama tentang mu.
Tentang kebahagiaan itu, tentang sesuatu yang pernah kamu lontarkan kepada ku, meski sudah sangat lama sekali.

Sayangnya, aku bukan Tuhan, bukan pula orang yang mampu memprediksi takdir Tuhan seperti apa, bahkan aku juga bukan orang yang tahu mengenai bagaimana nasib jodoh seseorang bisa diindikasikan dengan indikator apa saja.

Berbagai kebetulan itu ada, sering muncul, bahkan sampai saat ini pun masih timbul tenggelam dalam pikiran aku. Tapi terkadang, entah mengapa bagi ku rasa kebetulan itu terasa ganjil dan mengakibatkan justru timbul rasa penasaran, apakah benar ini hanya suatu "kebetulan" saja atau memang suatu pertanda?

Bahkan hingga saat ini, aku tetap terpisah jauh dengan mu.
Sejak aku berumur 15 tahun, selama 9 tahun pula aku tak pernah bertemu. Lagi.

Dan aku juga tak bisa pungkiri, mungkin apabila suatu saat nanti, ketika Tuhan masih memberikan ku kesempatan untuk bisa mempertemukan ku denganmu, rasa itu tidak akan pernah hilang. Akan masih sama dan tidak berubah. Tapi, selama bertahun-tahun itu pula, berbagai pertanda datang silih berganti, entah muncul secara mendadak, atau sengaja aku pikirkan, toh pada kenyataannya sampai saat ini aku tetap tak bisa bertemu dengannmu bahkan tidak pernah terjadi apa-apa.

Cinta bertepuk sebelah tangan kah? Aku rasa tidak.
Bukan ke-PD-an, tapi aku tahu kamu juga menyukaiku. Setidaknya itu yang pernah kamu katakan kepada ku, 9 tahun yang lalu.
Apakah ini hanya sekedar masa lalu dan cukup menjadi suatu memori indah dalam hidup aku saja? Tapi, terkadang, dalam hati kecil yang lain ingin rasanya berteriak, "Ini bukan suatu kebetulan yang disengaja" dan ada rasa harapan yang timbul bahwa kamu memang takdir buatku.

Tapi lagi-lagi aku bukan Tuhan, bukan peramal, bukan pula orang yang berkuasa mendahului takdir Tuhan.

Ah, hujan kali ini benar-benar nikmat. Sepertinya aku ingin minta tolong pada genangan air yang mulai mengalir di jalan untuk turut membawa serta kenangan-kenanganku tentang mu ke tempatmu saat ini. Kalau orang lain tidak mempercayai adanya cinta sejati, kalau begitu aku hanya orang bodoh yang mempercayai itu sekaligus melakukannya? Dimana hatiku hanya tertambat pada satu orang saja, sejak 9 tahun yang lalu, yaitu kamu.

Ya, terkadang aku menyesalinya. Tapi dilain waktu aku meyakininya. Aku menikmatinya, bahwa ini murni keinginanku, murni harapanku.
Mungkin suatu saat aku melihat kamu dengan orang lain, bahkan lebih menyakitkannya memilih orang lain itu menjadi pendamping hidup kamu. Entahlah, biarlah rasa sedih itu menjalariku, dan entah mengapa hatiku tetap tidak mau mengakhiri untuk mengenang tentangmu dari awal saja sebelum kemungkinan itu terjadi.

Ya, when i miss you, i re-read old conversation and smile.

Aku selalu mengingat semua kenangan, tak kurang satu pun, sampai saat ini tercetak jelas di ingatanku.

Aku selalu menguatkan perasaan ini, bahwa tidak masalah ketika kamu terus mengingat "seseorang" itu. Itu tandanya dia amat berarti bagimu. Itu tandanya memang dia berharga untukmu.
Entah aku bodoh, atau aku hanya orang yang mempercayai bahwa cinta pada satu orang itu memang ada, dan itu aku yang menjadi terdakwanya, kamu korbannya.

Dan entah bagaimana pula kamu menanggapinya, mungkin kamu juga akan menganggap bahwa aku bodoh betulan, atau kamu akan menyadari bahwa ada seseorang yang begitu mencintai kamu tak kurang sedikitpun, bertahun-tahun, meski terpisah jauh, tak pernah berubah.

Tuhan, jika aku memang bukan yang terbaik buatnya, semoga dia mendapatkan orang yang juga terbaik sebagaimana aku menganggap dia adalah orang terbaik yang pernah ku temukan dalam hidupku.

Selasa, 05 Juni 2012

Buatku, Kamu, dan Waktu-Waktu yang Berjalan - 3

Malam ini saja, terlihat lebih sunyi dari biasanya. Rasa-rasa dingin yang tercipta juga melebihi batas kemampuanku untuk mampu bertahan menikmatinya. Terkadang setiap mimpi-mimpi yang tercipta dari setiap helai malam justru terlampau melenakan manusia, tapi ada pula yang semangat mencari nikmat jiwa muncul dari sekelompok orang-orang yang tunduk patuh pada TuhanNya.

Aku ingin bercerita, Tuhan. Di malam ini, di sunyinya suasana ini, dan di kondisi seperti ini.

Tentang orang-orang yang masih memiliki mimpi, tentang jiwa-jiwa yang masih menyimpan harapan. Setidaknya, orang-orang seperti itulah, orang-orang yang masih memiliki semangat untuk meneruskan hari-harinya. Orang-orang yang masih percaya bahwa ada Zat yang Maha Kuasa yang tak pernah lelah mendengar keluh kesah dan menemani setiap detik perjalanan kehidupan mereka.

Termasuk aku. Yang masih memiliki harapan dan mimpi tentang suatu indikator keberhasilan. Yang masih terkadang merasa kerdil ketika tak mampu memberikan suatu kebahagian bagi orang lain. Dan yang masih memiliki kepercayaan bahwa suatu saat nanti, aku bisa menjadi hebat dan menciptakan orang-orang hebat lewat diriku.

Ya, suatu saat nanti.

Rasanya membahagiakan orang lain menjadi suatu kepuasan tersendiri bagiku. Setidaknya dalam hitungan beberapa detik, ketika sebentuk garis itu tampak jelas di mataku. Ada suatu kekuatan magis tersendiri yang memberikan kesan kalau mereka masih punya semangat dalam hidupnya. Ada suatu keyakinan bahwa hati mereka pasti akan menjadi lebih baik meski hanya sepersekian persen kadarnya.

Ya, meski dalam beberapa hitungan detik pun, saya menikmatinya. Karena bagi saya urgensi senyum bukan hanya sekedar tanda dari keriangan dan kebahagiaan. Lebih dari itu.

"Kamu tak akan pernah tahu arti senyum dari orang-orang pinggiran seperti itu."
"Memangnya kamu tahu?"
Diam. Hening.
"Ah, paling hanya sekedar formalitas ketika bertemu dengan orang lain. Memang tabiat orang Indonesia seperti itu, bukan?"
"Apakah berlaku juga buat kamu?"
"Yaa, aku rasa setiap orang juga begitu. Kamu juga palingan seperti itu."
"Bahkan ketika melihat seseorang yang tersenyum tulus seperti itu, yang berterima kasih dengan ikhlas padamu? Tidakkah kamu merasakan ada suatu hal yang berbeda dari hatimu?"
"Maksudmu? Memangnya apa hubungan nya dengan keihklasan? Ada juga lho, senyum ikhlas dan pura-pura. Memang kamu mengerti bagaimana membedakannya?"
"Bukan, aku juga tidak tahu membedakannya kalau bukan karena aku, orang itu melontarkan senyumnya."
"Lantas?"
"Tapi aku bisa mengetahuinya. Dari perasaan hati aku. Ada suatu kelegaan dan kerelaan tersendiri, bahkan rasa-rasanya aku ingin ikut tersenyum seperti mereka."
"Semudah itukah? Berteori itu memang mudah, kawan"
"Tapi mempraktikannya juga tidak kalah mudah, kalau kamu mau melakukannya."
Kembali diam. Aku terpaku, mencoba tersenyum meresapi kata-kata diri saya sendiri.
Sebuah pemandangan indah ketika kawan saya, sahabat saya mulai menampakan senyum indahnya.
"Ya, aku kalah. Urgensi senyum tidak hanya untuk suatu "kesenangan", bukan?"

Kamu, dunia ini luas.
Dengan bermiliar-miliar orang, bermiliar-miliar pula kepribadian dan watak, berpangkat entah berapa juta mengenai harapan dan doa-doa yang terlontar, dan tak kalah pula berpangkat berapa juta mengenai cobaan-cobaan yang diterima. Dan untuk menerima dan meneruskan hidup, butuh suatu energi tersendiri dimana kita mampu bertahan atas semua kejadian, baik ataupun buruk.
Tidak semua kondisi orang-orang yang ada di dunia, sama. Ada segelintir orang yang bahagia karena baru memperoleh jabatan baru, ada pula sekelompok orang yang sedih karena tak tahu harus memperoleh uang dengan cara seperti apa lagi.
Ada kumpulan orang-orang yang tetap mengisi jiwa nya dengan semangat-semangat yang masih tersimpan dalam dirinya, tapi ada pula orang-orang yang tak tahu lagi harus berbuat apa.

Kamu, ada banyak cara menikmati sepotong kehidupan, entah dalam kondisi sedih ataupun senang. Memandang riak kecil air di kolam akibat tetesan air yang terjatuh dari atap rumah. Mendengar suara gemerisik gerimis yang membasahi jalanan. Menghirup udara segar di pagi hari. Melihat anak-anak kecil berkeliaran sambil tertawa riang. Saat melihat noda di baju yang kita sendiri tidak tahu dikarenakan apa. Saat menyadari bahwa barang yang kita miliki tertukar dengan milik orang lain. Ketika melihat kerincingan di depan pintu rumah bergerak dan menimbulkan suara akibat ditiup angin.

Ada banyak cara. Baik atau buruk.

Dan semua itu, apabila kita mengetahui dan menikmatinya, tidak terasa "senyum" itu juga timbul.

Ya, bagiku, senyum bukan hanya untuk kebahagiaan. Ketika sedih pun saya rasa sah-sah saja apabila kita tersenyum. Itu tandanya, kita masih punya semangat, kita punya rencana yang lebih baik, kita punya keyakinan yang lebih besar daripada semuanya, dan kita punya harapan akan kebahagiaan lainnya.

Sederhana, tidak sulit. Hanya sisipkan sebentuk garis melengkung kebawah pada bibir kita, disetiap urusan, baik ataupun buruk.
Sederhana, tidak sulit. Hanya bantu mereka melakukan posisi seperti itu, dan kamu akan rasakan betapa lega dan puasnya karena telah membuat orang tersenyum.
Dan kemungkinan kamu ikut tersenyum, pasti lebih besar.

Ya.
Karena buatku makna senyum tidak hanya untuk itu.
Kamu. Jangan bersedih. Tetaplah tersenyum.