Rabu, 06 Juni 2012

Buatku, Kamu, dan Waktu-Waktu yang Berjalan - 4

Hari ini, seharusnya aku sibuk berkutat dengan buku-buku, dengan soal-soal, dengan rangkuman-rangkuman atau catatan-catatan kecil yang sempat aku tulis saat kuliah, tapi aktualnya tidak seperti itu. Hari ini aku hanya sibuk menata pikiranku, mencoba tetap berpikir positif, setelah kejadian yang sekian kalinya terulang timbul kembali dalam sekian jam yang entah tak mampu aku hitung dan ku jangkau.

Aku bermimpi lagi. Dan itu kembali tentang kamu.

Bukan suatu hal yang baru, bukan pula suatu hal yang asing. Toh, hal seperti ini sudah amat sangat sering ku terima. Dan sampai saat ini pula, aku tidak mengerti apa maksud dari semua yang Tuhan beri kepada ku. Ada suatu ketenangan, bahwa ternyata Tuhan tidak memberikan ku mimpi buruk. Tetapi ada kekhawatiran pula, bahwa setahu ku mimpi itu hanya bunga tidur, bahkan justru apa yang ada di mimpi bisa jadi di dunia nyata semua menjadi terbalik adanya.

Sudah terhitung 3 kali pula aku bermimpi dengan tema yang sama tentang mu.
Tentang kebahagiaan itu, tentang sesuatu yang pernah kamu lontarkan kepada ku, meski sudah sangat lama sekali.

Sayangnya, aku bukan Tuhan, bukan pula orang yang mampu memprediksi takdir Tuhan seperti apa, bahkan aku juga bukan orang yang tahu mengenai bagaimana nasib jodoh seseorang bisa diindikasikan dengan indikator apa saja.

Berbagai kebetulan itu ada, sering muncul, bahkan sampai saat ini pun masih timbul tenggelam dalam pikiran aku. Tapi terkadang, entah mengapa bagi ku rasa kebetulan itu terasa ganjil dan mengakibatkan justru timbul rasa penasaran, apakah benar ini hanya suatu "kebetulan" saja atau memang suatu pertanda?

Bahkan hingga saat ini, aku tetap terpisah jauh dengan mu.
Sejak aku berumur 15 tahun, selama 9 tahun pula aku tak pernah bertemu. Lagi.

Dan aku juga tak bisa pungkiri, mungkin apabila suatu saat nanti, ketika Tuhan masih memberikan ku kesempatan untuk bisa mempertemukan ku denganmu, rasa itu tidak akan pernah hilang. Akan masih sama dan tidak berubah. Tapi, selama bertahun-tahun itu pula, berbagai pertanda datang silih berganti, entah muncul secara mendadak, atau sengaja aku pikirkan, toh pada kenyataannya sampai saat ini aku tetap tak bisa bertemu dengannmu bahkan tidak pernah terjadi apa-apa.

Cinta bertepuk sebelah tangan kah? Aku rasa tidak.
Bukan ke-PD-an, tapi aku tahu kamu juga menyukaiku. Setidaknya itu yang pernah kamu katakan kepada ku, 9 tahun yang lalu.
Apakah ini hanya sekedar masa lalu dan cukup menjadi suatu memori indah dalam hidup aku saja? Tapi, terkadang, dalam hati kecil yang lain ingin rasanya berteriak, "Ini bukan suatu kebetulan yang disengaja" dan ada rasa harapan yang timbul bahwa kamu memang takdir buatku.

Tapi lagi-lagi aku bukan Tuhan, bukan peramal, bukan pula orang yang berkuasa mendahului takdir Tuhan.

Ah, hujan kali ini benar-benar nikmat. Sepertinya aku ingin minta tolong pada genangan air yang mulai mengalir di jalan untuk turut membawa serta kenangan-kenanganku tentang mu ke tempatmu saat ini. Kalau orang lain tidak mempercayai adanya cinta sejati, kalau begitu aku hanya orang bodoh yang mempercayai itu sekaligus melakukannya? Dimana hatiku hanya tertambat pada satu orang saja, sejak 9 tahun yang lalu, yaitu kamu.

Ya, terkadang aku menyesalinya. Tapi dilain waktu aku meyakininya. Aku menikmatinya, bahwa ini murni keinginanku, murni harapanku.
Mungkin suatu saat aku melihat kamu dengan orang lain, bahkan lebih menyakitkannya memilih orang lain itu menjadi pendamping hidup kamu. Entahlah, biarlah rasa sedih itu menjalariku, dan entah mengapa hatiku tetap tidak mau mengakhiri untuk mengenang tentangmu dari awal saja sebelum kemungkinan itu terjadi.

Ya, when i miss you, i re-read old conversation and smile.

Aku selalu mengingat semua kenangan, tak kurang satu pun, sampai saat ini tercetak jelas di ingatanku.

Aku selalu menguatkan perasaan ini, bahwa tidak masalah ketika kamu terus mengingat "seseorang" itu. Itu tandanya dia amat berarti bagimu. Itu tandanya memang dia berharga untukmu.
Entah aku bodoh, atau aku hanya orang yang mempercayai bahwa cinta pada satu orang itu memang ada, dan itu aku yang menjadi terdakwanya, kamu korbannya.

Dan entah bagaimana pula kamu menanggapinya, mungkin kamu juga akan menganggap bahwa aku bodoh betulan, atau kamu akan menyadari bahwa ada seseorang yang begitu mencintai kamu tak kurang sedikitpun, bertahun-tahun, meski terpisah jauh, tak pernah berubah.

Tuhan, jika aku memang bukan yang terbaik buatnya, semoga dia mendapatkan orang yang juga terbaik sebagaimana aku menganggap dia adalah orang terbaik yang pernah ku temukan dalam hidupku.

Tidak ada komentar: