Jumat, 22 November 2013

Time Still Running, Ayo Sukses Sama-Sama!

" I still wondering where is the end of my way"
"Kalau belum berakhir, belum indah. Semangat!"
" Tapi penasaran banget endingnya dimana.."
" Kalau lo tau endingnya gimana, sama aja kayak minta Indomie nggak usah dimasak. Makan aja mentah-mentah. Semua pakai proses, penasaran endingnya yaa terus lanjut sampai endingnya diarahkan. Jangan lupa doa dan ibadah."
"Aku akan sabar. Kamu tunggu aku yah. Cepat atau lambat aku bakalan gabung ke Jakarta. Aamiin.."
"Aku nggak mau kita saling tunggu. Ayo lari bareng, ketemu di garis pas finished. Terus ngaso bareng. Lari lagi. Time still running. There's no time to wait, you just have to know how to stop. Time flies so fast. Memories  stays. Let's go dude, no time to worry with!"

***

Itu percakapan yang entah sengaja "terlihat" (nggak kepo sih, beneran keliatan dengan sendirinya) antara kedua teman saya. Dan ini yeaaah, saya rasa betul banget. Makanya saya mau izin untuk share tulisan mereka lewat blog saya.

Mungkin dalam kasus mereka adalah mengenai pekerjaan. Maklumlah, saya dan teman-teman kuliah saya (mereka teman kuliah saya) yang baru fresh graduate, apa lagi yang digalaukan kalau bukan pekerjaan terlebih dahulu.

Saya mau membahas tentang tulisan mereka ini. Poin inti tulisan mereka yang saya tangkap ada tiga. Saya ingin ajak kalian yang lagi baca blog saya juga sama-sama belajar (termasuk saya pastinya). Kalau-kalau pemikiran saya ada yang salah, please correct me.

1. "Ayo kita sukses bareng-bareng!" bukan "Gue sih mau sukses, kalo lo nggak mau, ya bodo amat" atau "Gue tunggu lo di universitas/perusahaan xxx, ayolah semangat!"

Great. Saya rasa ini yang masih amat sangat jarang ada di diri manusia. Zaman sekarang, tanya deh paling utama ke diri sendiri, ketika Ujian Nasional atau ujian-ujian lainnya (bukan pas lagi ngerjain ujiannya ya), cuek aja kalau-kalay ada temannya yang masih sangat tertinggal jauh sama pelajaran, mata kuliah, atau bahan yang mau diujikan. Sangat amat jarang ada orang yang mau dengan ikhlas dan sukarela untuk, "ayo kita belajar bareng-bareng, kalau ada yang belum ngerti kita share sama-sama". Atau mungkin nipu? Maksud saya, sebenarnya kita paham, ngerti lah dikit-dikit setidaknya, tapi pas orang lain ingin minta ajarin sedikiiiit aja dari apa yang kita tahu, paling-paling jawaban kita cuma, "Duuuh, gue juga belum ngerti nih. Serius deh. Coba tanya yang lain". Dan 'yang lain' pun juga membalas dengan kata-kata yang sama.

See? Saya pun mengakui terkadang saya masih bersikap begitu.

Atau kayak kasus nya teman saya ini tentang jobseeker. Ah, siapapun ingin sukses, saya yakin itu. Hanya saja sukses yang seperti apa? Sukses hanya untuk diri sendirinya kah?
Yaaaa, biasa sih kalau hidup setelah pasca pendidikan dan guna mencari pekerjaan, kita inginnya yaa udah jalan hidup masing-masing. Yang penting saya sudah dapat kerjaan, mencari kesuksesan sendiri. Bodo sama teman atau bahkan lebih kejamnya lagi saudara sendiri.

Tapi, apakah biasa itu sama definisinya dengan wajar?

Ah ya, bukankah kalau sama-sama sukses itu lebih indah?
Tapi memang terkadang rasa iri dan nggak adil ketika melihat orang lain yang juga sukses itu lebih berkuasa dibanding rasa puas bahwa kita sudah sukses bersama-sama.
Hidup itu memang tentang pemenang dan dan yang kalah. Tapi bukan tidak mungkin kalau semuanya adalah pemenang kan? Ini tentang hidup, bukan penilaian dari-Nya.

2. Semua butuh proses, bahkan masak mie pun juga butuh itu.

Haha. Mie nya kayaknya ga usah dipertegas juga kali ya. Cuma memang begitulah keadaannya. Lagi-lagi ini tentang hidup.
Tapi kalau tadi ibaratnya sama masak mie, saya mau ibarat-in kayak hukum I dan III Newton. Tolong koreksi saya kalau pendapat saya agak ga bagus. Hahaha.

"Setiap benda akan memiliki kecepatan yang konstan kecuali ada gaya yang resultannya tidak nol bekerja pada benda tersebut."

Hukum Newton I. Konsep sederhananya anak Fisika (SMP-SMA, ga tau kalau kuliah :p), Kalau resultan gayanya nol, benda akan tetap diam ditempat atau bergerak secara konstan. See? Untuk mencapai sukses, percuma aja lo kalau nggak ada pergerakan atau usaha bahasa bagusnya (bukan usahanya versi fisika). Nggak akan ngaruh hidup kita, samaaaaa aja kayak gitu-gitu doang. Teman-teman yang lain udah ngajak sukses bareng tapi kita nya tetap bodo amat, yaaa itu sih balik lagi ke pilihan hidup kalian. 
Semua butuh proses, dan kita lah pembuat proses itu.

"Gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang sama, dengan arah terbalik, dan segaris"

Hukum Newton III. Yaaa nggak usah dibuat pusing kata-katanya. Intinya kalau versi SMP-SMA mah, gaya aksi sama besar dengan gaya reaksi. Yaaa kalau kita mau sukses, harus disesuaikan juga dong sama berapa besar aksinya kita (bahasa kita nya mah usaha). Usaha yang dilakuin sedikit, hasil yang didapat juga yaaa standar lah. Dia (Tuhan) lebih suka melihat hambaNya berusaha lebih banyak lagi.
Lagi-lagi saya setuju. Semua butuh proses. Proses yang halal. Proses yang disukai Tuhan. Usaha lebih kuat lagi dalam proses, dan temui sukses itu.

3. Ikhtiar, perbanyak doa.

Saya mau nambahin versinya.
Berdoa untuk diri sendiri, kayak nya mah tanpa disuruh untuk yang menganut monoteisme juga akan melakukannya. Tapi turut mendoakan orang lain?
Masih berat rasanya.
Saya juga terkadang merasakannnya.

Saya pernah diceritain sama guru les saya, terlepas dari mana ceritanya, yaaa ambil ibroh nya aja. Tentang ibu-ibu yang belum dikasih kesempatan untuk punya anak. Ibu itu datang ke salah seorang ustadz (katakanlah begitu) untuk menanyakan apa yang harus dilakukan oleh dia lagi selain usaha dan berdoa kepada Allah. Jawaban ustadz sederhana, beliau nggak nyuruh si ibu buat sedekah sehari 100.000 atau puasa daud dan sebagainya, tapi cuma 'mendoakan hal yang serupa untuk orang-orang yang juga merasakan hal yang sama seperti ibu itu'.

Ibu itu ngelakuinnya, dan dalam waktu sebulan, Allah mengabulkan.

Doa yang mengandung kebaikan itu akan memantul pada kita lho. Saya sering ngerasainnya.
Maksudnya bukan riya', jelas harus disertai niat tulus, bukan karena supaya doa baiknya benar-benar memantul ke saya juga.
Dan tulus itulah yang sedikit atau bahkan sulit dilakukan. Makanya ayo kita belajar!

Ya. Mendoakan orang lain untuk bisa sukses kayak kita, kenapa tidak? Kalau ada teman kita bilang, "bro, doain gue ya supaya gue lulus juga UN nya" atau "doain gue ya, supaya gue lolos bisa masuk keterima di perusahaan xxx" atau "doain aku ya supaya aku betulan keterima di universitas xxx", bukan hal yang sulit juga bukan untuk mengamini dalam hati seikhlas mungkin?

Kalaupun suatu saat nanti ternyata "aamiin"-an kita dikabulkan, dia lebih sukses dari kita, mengapa galau? Toh Tuhan sudah tentukan siapa rezekinya dimana dan berapa, tidak akan pernah tertukar. Tidak akan pernah selama usaha meraihnya itu benar.

***

Ah ya, sekali lagi tulisan saya ini pun juga masih belajar. Maksudnya, saya pun ingin membagi bersama kalian, bahwa, Ya! Ayo kita sama-sama berhenti egois. Ayo kita semua saling mendoakan, jangan belagu sendirian, pamer takdir kebaikan kalian didepan orang-orang yang masih mencari. Ayo kita sama-sama sukses untuk diri, keluarga, dan negara kita. Bukan munafik ketika saya bilang sukses untuk negara. Negara ini sudah bobrok keadaannya, makanya kita harus sukses juga untuk negara kita.

Sukses itu kita yang memulai, kita subjeknya, hidup objeknya. Ayo kita nikmati prosesnya dengan usaha terbaik kita..

Terakhir, ayah saya pernah bilang ke saya, dulu waktu saya masih belum dapat universitas manapun. Beliau cuma bilang hal yang sederhana, "Kamu itu anak baik, Allah pasti kasih yang terbaik". Dan saya akan mendoakan hal yang sama juga pada kalian. saya percaya kalian orang yang baik-baik juga, maka Allah juga pasti akan berikan yang terbaik untuk kalian.

Ayo kita sama-sama semangat! :)

Tidak ada komentar: