Bukan. Bukan tentang sinetron. Kebetulan iklan sinetron terkenal saat ini muncul tepat pada saat saya menulis tentang ini.
Tentang kamu.
Tentang kalian.
Tentang orang-orang hebat.
Tentang Ikhlas.
Terkadang hubungan antara sabar dengan ikhlas itu dekaaaat sekali. Saya juga belum pernah menemukan teorinya, jadi ini murni pemikiran saya. Ketika seseorang mampu bersikap sabar, sesungguhnya dia juga telah berlaku ikhlas. Maksudnya?
Bisa saya analogikan begini.
Seandainya kamu sangat tidak menyukai dikritik orang lain, dan pada kondisi saat ini ada orang lain yang mengkritik anda, pilihan anda cuma dua. Menerima atau menolak.
Menerima kritikan orang lain atau menolaknya.
Efeknya? Bisa macam-macam.
Menerima kritikan dengan terbuka, menerima kemudian kamu menangisi kekurangan diri sendiri, menerima dengan masa bodo, menerima kemudian memaki di belakang orang yang mengkritik.
Macam-macam. Begitu juga dengan menolak.
Menolak kritikan dengan sok kepedean kalau itu tidak benar, menolak sambil membalas kritikan yang baru untuk orang yang mengkritik kamu, atau menolak dengan emosi yang berlebihan.
Dan ketika kamu memilih pilihan yang meminta dirinmu untuk berlaku sabar dari kritikan dan menjadikannya pelajaran, sesungguhnya kamu juga telah mengikhlaskan bahwa memang setiap orang memang memiliki kekurangan dibalik kelebihan. Dan ada orang yang lebih baik dibanding kamu dalam hidup ini. Kamu harus bisa menerima hal itu.
Dari pilihan akan menimbulkan pilihan lain yang jumlahnya jauh lebih banyak.
Itu memang konsep hidup manusia.
Percaya atau tidak, ilmu sains memang mempengaruhi dalam hidup manusia.
Saya yakin kalian tahu infinitas atau bahasa ilmiahnya adalah ketakterhinggaan dengan lambang (∞). Lantas apa hubungannya?
Sekali lagi ini murni teori menurut saya. Saya hanya mengkait-kaitkannya saja dalam hidup manusia.
Tak terhingga artinya suatu yang besarannya melebihi kemampuan dari satuan, bilangan, atau apapun. Dia ada. Hanya saja memang tidak dapat ditentukan batasnya sampai mana terhadap sesuatu yang dinilai tak hingga ini.
Salah satunya ikhlas.
Saya rasa ikhlas yang dimiliki oleh setiap manusia harus bersifat tak hingga. Bilangan apapun bila nilainya positif akan bernilai besar untuk tak hingga. Begitu pula sebaliknya. Bilangan apapun bila nilainya negatif akan bernilai kecil untuk negatif tak hingga.
Semakin besar ikhlasmu mendekati tak hingga, semakin besar hatimu.
Ah, teori memang tidak sesulit praktiknya.
Memang. Siapa bilang mudah?
Orang sealim apapun, akan punya kemungkinan yang sama untuk mudah terkontaminasi peluruhan ikhlas dalam hidupnya.
Tinggal bagaimana mau melatih menjadikan ikhlas itu menjadi suatu infinitas.
Saya sendiri juga tidak sepenuhnya yakin bisa menjadi sehebat itu. Tapi mencoba juga bukan suatu hal yang dilarang, kan? Malah akan lebih baik efeknya buat hidup, orang lain, dan kamu.
Saling menasehatilah dalam kebenaran dan kesabaran.
Ikhlaslah dalam segala hal.
Menuntut ilmu lah dengan ikhlas hanya untuk Allah bukan semata-mata mengejar nilai apalagi mengejar jodoh.
Bekerjalah dengan ikhlas bukan semata-mata mencari uang.
Apabila ada musibah, ikhlaskan, karena pasti akan ada rezeki lain dikemudian hari.
Apabila sedih karena kesalahan diri sendiri atau orang lain, ikhlaskan, Allah akan menggantinya dengan kebahagiaan yang lain.
Apabila gagal terhadap sesuatu, ikhlaskan, karena Allah sedang menyiapkan keberhasilan untukmu dan mengajarimu bahwa didunia kesempatan berhasil bisa diperoleh oleh siapa saja.
Apabila tidak sesuai dengan keinginan dan harapan, ikhlaskan, Allah merencakan sesuatu yang jelas-jelas lebih baik dari apa yang kamu inginkan.
Ikhlaskan.
Semakin besar ikhlasmu mendekati tak hingga, semakin besar hatimu.
Karena ikhlas itu tidak ada batasannya. Dimanapun, kapanpun, kepada siapapun, dalam situasi apapun, dia menuntut dan dituntut untuk hadir dan dimiliki di dalam hati manusia.
Infinitaskanlah ikhlasmu.
***
Saya yakin kalian tahu infinitas atau bahasa ilmiahnya adalah ketakterhinggaan dengan lambang (∞). Lantas apa hubungannya?
Sekali lagi ini murni teori menurut saya. Saya hanya mengkait-kaitkannya saja dalam hidup manusia.
Tak terhingga artinya suatu yang besarannya melebihi kemampuan dari satuan, bilangan, atau apapun. Dia ada. Hanya saja memang tidak dapat ditentukan batasnya sampai mana terhadap sesuatu yang dinilai tak hingga ini.
Salah satunya ikhlas.
Saya rasa ikhlas yang dimiliki oleh setiap manusia harus bersifat tak hingga. Bilangan apapun bila nilainya positif akan bernilai besar untuk tak hingga. Begitu pula sebaliknya. Bilangan apapun bila nilainya negatif akan bernilai kecil untuk negatif tak hingga.
Semakin besar ikhlasmu mendekati tak hingga, semakin besar hatimu.
Ah, teori memang tidak sesulit praktiknya.
Memang. Siapa bilang mudah?
Orang sealim apapun, akan punya kemungkinan yang sama untuk mudah terkontaminasi peluruhan ikhlas dalam hidupnya.
Tinggal bagaimana mau melatih menjadikan ikhlas itu menjadi suatu infinitas.
Saya sendiri juga tidak sepenuhnya yakin bisa menjadi sehebat itu. Tapi mencoba juga bukan suatu hal yang dilarang, kan? Malah akan lebih baik efeknya buat hidup, orang lain, dan kamu.
Saling menasehatilah dalam kebenaran dan kesabaran.
Ikhlaslah dalam segala hal.
Menuntut ilmu lah dengan ikhlas hanya untuk Allah bukan semata-mata mengejar nilai apalagi mengejar jodoh.
Bekerjalah dengan ikhlas bukan semata-mata mencari uang.
Apabila ada musibah, ikhlaskan, karena pasti akan ada rezeki lain dikemudian hari.
Apabila sedih karena kesalahan diri sendiri atau orang lain, ikhlaskan, Allah akan menggantinya dengan kebahagiaan yang lain.
Apabila gagal terhadap sesuatu, ikhlaskan, karena Allah sedang menyiapkan keberhasilan untukmu dan mengajarimu bahwa didunia kesempatan berhasil bisa diperoleh oleh siapa saja.
Apabila tidak sesuai dengan keinginan dan harapan, ikhlaskan, Allah merencakan sesuatu yang jelas-jelas lebih baik dari apa yang kamu inginkan.
Ikhlaskan.
Semakin besar ikhlasmu mendekati tak hingga, semakin besar hatimu.
Karena ikhlas itu tidak ada batasannya. Dimanapun, kapanpun, kepada siapapun, dalam situasi apapun, dia menuntut dan dituntut untuk hadir dan dimiliki di dalam hati manusia.
Infinitaskanlah ikhlasmu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar