Rabu, 10 April 2013

Kalian Hebat!

Dari dulu, saya ingin sekali menjadi orang hebat, dengan cara saya sendiri, dengan kemampuan saya sendiri. Biarkan saya jelaskan terlebih dahulu alasannya, sebagai pembuka.

Karena masa kecil sayalah yang membentuk diri saya seperti ini.

Bukankah masa kecil bagi kebanyakan orang justru seharusnya dipenuhi dengan hal-hal yang membahagiakan, pertemanan yang menyenangkan, penuh canda tawa, dan tak perlu memikirkan hal-hal berat yang belum layak dipikirkan pada usia Taman Kanak-kanak hingga Sekolah Dasar?
Tapi apa yang saya hadapi tidaklah semudah itu.

Saya ingin menjadi orang hebat dan itu justru karena kalian. Ingin bisa seperti kalian.
Waktu dulu, mungkin banyak teman-teman yang menganggap saya anti-sosial, sulit berbaur atau bergaul dengan mereka. Tapi saya yakin, inilah balasan mereka yang memang sedikit lebih tega terhadap saya.
Saya amat sangat jarang punya teman. Dan itu justru disaat masa-masa peer group seseorang sangat terbentuk, disaat hubungan sosial seseorang memang dibutuhkan untuk berkembang.

Saya lebih banyak menghabiskan bekal makan siang saya sendirian.
Saya lebih suka didalam kelas, mengerjakan buku-buku tugas dikala orang-orang asyik bermain bersama sahabat-sahabatnya.
Saya lebih suka datang telat ke sekolah, supaya ketika saya sampai ke sekolah langsung waktunya belajar. Tanpa harus menunggu dengan bermain-main dengan teman terlebih dahulu.
Saya lebih banyak berdiam diri di jemputan sekolah, baik saat berangkat maupun pulang.
Saya lebih memilih berjalan-jalan sendirian dikala orang lain sibuk tertawa-tawa dengan temannya.
Bahkan, saya tidak pernah jajan di kantin atau tukang jajanan sekitar sekolah sampai saya kelas 3 SD. Dan hal itu membuat kewajaran kalau saya amat sangat ingin tahu rasanya jajanan waktu kecil saya seperti apa.

Anti-sosial kah saya?

Sesungguhnya tidak. Ini hanya dampak awal negatif yang terjadi terhadap saya. Dimulai dari TK.

Saya merasa tidak sanggup ketika saya ditatap dengan tatapan yang seakan-akan saya pantas dibenci oleh dua orang yang satu jemputan dengan saya. Padahal sedikitpun saya tidak kenal mereka.
Saya menahan sakit ketika selalu dicubit yang amat sangat menyakitkan setiap kali baris di barisan bukan paling belakang, entah dalam hal apapun. Sekalipun saya tidak tahu alasannya apa.
Saya menahan rasa ingin tahu saya setiap kali jenis permainan yang ingin saya mainkan selalu direbut oleh teman-teman saya yang lain bahkan tak jarang justru mengusir saya.
Saya menahan semua rasa setiap kali saya dibilang "sok tahu", dicoret tangan saya dengan krayon atau pensil, mengalah setiap kali saya mendapatkan jatah pensil / krayon lebih bagus daripada orang lain, atau bahkan dicubit dengan amat sangat sakit kalau tidak memberi jawaban ketika ulangan.
Saya lebih memilih menikmati duduk-duduk paling belakang setiap hari Jumat, saat nya pelajaran shalat dan mengaji dibandingkan ikut bergerombol dengan teman-teman yang lain yang tak ingin juga mendapati kehadiran saya.
Saya yang amat sangat sedih ketika mendapati kakak saya segera lulus dari SD yang sama dan memulai hari-hari sekolah dengan sendiri sejak kelas 3 SD.

Tahukah kalian, bahwa saya amat sangat ingin seperti kalian?
Dimata saya kalian hebat, bahkan sampai sekarang pun saya memandang orang-orang yang saya kenal adalah orang-orang yang hebat.

Saya ingin cantik seperti kalian, bisa bergaul dengan mudahnya. Punya banyak teman, bisa menyanyi, bisa menggambar dengan indah sekali. Saya ingin pintar seperti kalian, berani berbicara di depan banyak orang, pintar bermain musik, rapi, bisa tertawa dengan lepas dan bahagianya, bisa dikenal guru-guru, mudah menerima pujian dan memuji antar satu sama lain.

Buat saya, kalian itu hebat.
Bahkan sampai saat ini saya akan menganggap orang-orang disekitar saya adalah orang-orang hebat.

Saya tidak punya apa-apa. Saya tidak pernah bermimpi bisa sehebat kalian, karena itu tadi.
Rasa minder saya sudah tertancap kuat sejak kecil.
Yang ada dalam diri saya sejak kecil hanya...
Saya ingin punya hal hebat yang bisa saya wujudkan dengan kemampuan diri saya sendiri. Meskipun saya tidak tahu, hal hebat apa yang pantas untuk diri saya sendiri.

Kondisi lingkungan, pertemanan yang jarang, membuat saya lebih suka habiskan untuk membaca, mengerjakan buku tugas yang bahkan bab nya belum dipelajari di kelas dan efeknya...

Karena kalian lah saya berjuang keras mendobrak rasa minder saya meskipun sampai saat ini belum sehebat kalian untuk bisa mudah bergaul dengan sesama.
Karena kalian lah saya memperjuangkan peringkat-peringkat di kelas dan bisa menjadi juara kelas.
Karena kalian lah saya mencoba terus menerus memberanikan diri saya dalam bersosialisasi dengan kalian.
Saya terus menerus mencoba belajar.
Itu karena kalian.

Saya berjuang mati-matian untuk bisa menghebatkan diri saya seperti kalian.
Meskipun sampai saat ini juga saya masih kalah hebat dengan kalian.

Lima belas tahun, terhitung sejak TK. Saya belajar banyak. Saya menemukan orang-orang hebat termasuk kamu yang mungkin sedang membaca tulisan saya. Dan saya selalu belajar akan satu hal.
Bahwa sesungguhnya setiap orang itu bisa menciptakan atau memunculkan kehebatan dari dirinya masing-masing.
Mungkin ada yang hebat dalam kompetisi, ada yang hebat dalam musik atau menyanyi, ada yang hebat dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Diluar sana masih banyak orang hebat. Yang hafal Al-Quran, pengarang buku-buku terkenal, hebat dalam berorganisasi, merancang suatu konsep ide.
Bahkan mungkin diantara kalian yang masih menganggap diri kalian biasa aja, saya akan tetap menemukan kehebatan dalam diri kalian.
Ayo, sama-sama kita hancurkan rasa minder ini. Sama-sama ciptakan kehebatan masing-masing.

Buat saya, kalian akan tetap dan selalu menjadi yang terhebat sekalipun kalian menyangkalnya. Saya selalu ingin menjadi seperti kalian, untuk itu lah saya berterima kasih karena kalian.

Terima kasih. Karena kalian lah penyemangat hidup saya yang masih amat sangat biasa ini. Karena kalian lah saya belajar bahwa manusia semua adalah istimewa.
Terima kasih.
Karena kalian lah saya terus menerus ingin menjadi hebat.
Karena kalian lah saya mengerti rasanya berjuang melawan.
Dalam hidup.

Tidak ada komentar: