Rabu, 24 September 2014

Some Words on the Pieces of Paper From Me To You

"Pada ketiadaan, apa yang sanggup kita hadirkan selain kenangan? Siapa berkehendak menolak atau memilih mimpi? Dan kadang yang Tuhan pilihkan adalah sesuatu yang paling kita hindari. Aku bermimpi lagi tentangmu semalam. Aku sadar, mimpi hanyalah sebatas caramu menghubungiku. Untuk menitip apa yang tak sempat kau pesankan. Atau sekadar menengok keberadaanku. Mencari tahu keadaanku. Tapi tahu kah kau, apa yang paling kutakutkan dari mimpi? Ketika aku terbangun, dan mendapati semuanya sudah berlalu." - Robin Wijaya

Hai, apa kabar?
Masih saja aku menanyakan kabarmu seperti apa. Padahal belum tentu pula kamu memikirkan aku atau merencanakan untuk menanyakan kabarku pun saja, bisa jadi tidak terlintas dalam pikiranmu. Jadi maafkan orang yang tidak tahu diri ini, masih saja memaksakan perasaan orang lain atas dirinya sendiri. Aku tahu kamu juga pasti muak dengan tingkahku, tapi sungguh, aku tidak punya cara, aku tidak punya keberanian lagi layaknya perempuan-perempuan lain yang mungkin akan melakukan cara apapun hanya untuk sekedar mengetahui mengapa semua ini bisa terjadi secepat itu. Sungguh aku tidak seberani itu.

Dan yang aku lakukan hanya menikmati setiap kenangan, karena aku tahu, Tuhan memberikan aku waktu yang tidak singkat untuk perasaan ini dan tergantikan dengan pertemuan yang sangat singkat, justru itu bukan suatu hal yang sia-sia. Dan itu justru membuatku berterima kasih. Aku bahagia. Ya. Bahagia bahwa aku mencintai seseorang dan orang itu juga mencintaiku, walau hanya sekejap. Setidaknya aku bisa merasakan saat-saat dimana penantianku tergantikan dengan setiap detik kenangan indah dari rasa sayang kamu berikan padaku.




Iya. Aku menulis ini, sebagai bentuk bahwa aku betul-betul bahagia telah bertemu denganmu. Sungguh. Aku tahu rasanya menaruh perasaan pada seseorang yang entah bagaimana kabarnya, bertahan dengan ke-sok-pede-an nya bahwa pasti suatu saat Tuhan akan membalas semua yang telah aku usahakan. Dan ketika betul-betul dipertemukan denganmu, sungguh tidak ada kata yang mampu mendeskripsikannya. Lebih dari bahagia. Dan aku harap kamu tahu itu.

Aku tidak menyesal sekalipun saat ini kamu entah dimana lagi. Bukan karena aku malah senang berpisah denganmu, tapi rasa tidak menyesal karena selama pertemuan itu aku bisa menciptakan kenangan-kenangan yang indah dan tidak bisa terlupakan denganmu. Sungguh, Dan aku ingin mengumpulkannya kembali menjadi satu, lalu aku simpan. Sampai suatu saat nanti mungkin kamu membukanya kembali dan mengajak aku bersama-sama menyusunnya secara permanen atau justru orang lain yang membukanya dan membantuku untuk membuangnya secara perlahan. Tapi sungguh aku masih berharap pilihan pertama lah yang akan terjadi kepadaku.




Ya, Terkadang, kita menerima orang lain dalam hati saja, belum tentu di kehidupan nyatanya seperti apa. Dan mungkin bagimu, aku begitu. Kamu menerima aku hanya dalam hati, tapi belum tentu untuk hidup kamu nanti. Bahkan bisa jadi, di hatimu pun saat ini sudah tidak ada aku lagi. Ah, begitu hebatnya waktu. Mampu menghapus segala hal dengan mudahnya. Tapi bagiku, waktu ku sulit untuk melupakanmu.

Katakan saja aku bodoh atau tidak tahu diri. Entahlah. Mungkin aku memang bodoh dan tidak tahu betulan. Terhadap kamu.

"Bahwa perpisahan bukanlah hal yang menyenangkan sekalipun itu harus dilakukan" - Robin Wijaya

Ya. Berpisah denganmu pun bukan suatu hal yang aku harapkan lagi setelah Tuhan berikan kesempatan berharga itu. Tapi rencanaNya memisahkan ku dengan mu lagi bukan suatu hal yang tanpa arti, bukan? Setidaknya pikiran itu membuatku percaya bahwa aku, kamu, mungkin sedang diajarkanNya untuk menjadi manusia yang lebih bijaksana.




Kamu meninggalkanku, lantas aku berusaha untuk meninggalkanmu juga? Tidak. Tidak semudah itu dan aku juga tidak berharap begitu. Aku berusaha untuk memperjuangkannya dari awal, love is worth fighting for, right? Dan aku juga harus memperjuangkannya sampai akhir. But, sometimes you can't be the only one fighting. Lantas kalau kamu tidak mau, aku bisa apa?

Sungguh, pilihan untuk meninggalkanmu itu adalah pilihan tersulit bagiku. Aku tidak mau meninggalkanmu begitu saja.

"Waktu dan jarak akan menyingkap rahasia besarnya, apakah rasa suka itu semakin besar, atau semakin memudar."- Tere Liye

Mungkin biar waktu dan jarak yang akan menentukan sampai kapan perasaan ini akan terus ada padaku. Biar itu berlaku padaku, kamu tidak perlu juga tidak apa-apa.




Biar begitu, izinkan aku tetap berdoa untukmu. Aku berharap Tuhan selalu menemanimu, menjagamu, memberikan kesehatan, kasih sayang, juga melimpahkan rezeki yang banyak untukmu. Semoga hidupmu selalu dalam kebaikan. Melakukan hal-hal terbaik dan mendapatkan yang terbaik pula.

Ingat hukum I Newton? Setiap benda akan mempertahankan keadaan diam atau bergerak lurus beraturan, kecuali ada gaya yang bekerja untuk mengubahnya. Sama seperti hidup, kamu akan tetap diam kalau kamu tidak bergerak. Maka terus berusahalah, semua pasti berubah.

Ingat juga hukum III Newton? Si hukum aksi-reaksi. Seberapa besar usaha (aksi) kamu, maka sebesar itu pula hasil (reaksi) yang kamu dapatkan.

Kamu kuat. Kamu pasti mampu menjalani semua yang kamu anggap sulit dan semua itu akan berakhir indah untuk mu. Terus berusaha, aku percaya kamu juga sedang berjuang "lari" mengejar teman-temanmu, mengejar hal-hal yang tertunda, dan suatu saat nanti kamu pasti bisa menyusulnya bahkan melewati mereka.




Dimanapun kamu berada, aku harap kamu selalu bahagia. Sungguh dulu pun aku tidak mau melihat kamu sedih karena suatu hal. Kamu berhak atas kebahagiaan hidup kamu sendiri dan bisa jadi justru salah satu kebahagiaan dalam hidupmu adalah tanpa adanya aku lagi.

Ya. Mungkin tanpa adanya aku, kamu bisa lebih bahagia. Aku senang liat kamu bahagia. Rasanya melihat kamu seperti itu, seperti virus. Menular. Semoga kamu tetap terus bahagia disana.




Kamu tahu, salah satu hal yang membuat aku jatuh cinta dan selalu jatuh cinta padamu? Senyummu. Sungguh tidak ada kejadian apapun yang bisa menggantikan selain saat-saat kamu tersenyum. Bagiku, itu seperti morfin. Menenangkan.

Aku tahu pada saat dulu ketika aku dihadapkan dalam suatu masalah, dan kamu hadir membantuku, sesungguhnya kamu tidak perlu menasihatiku dengan kata-kata panjang lebar. Karena hanya dengan melihat kamu tersenyum dan berkata "tidak apa-apa, semua pasti baik-baik saja", sungguh itu lebih daripada cukup.

Maka semoga kamu selalu menemukan alasan untuk selalu tersenyum, dalam suka maupun duka. Meskpiun bukan aku salah satu alasannya.

"Pada waktunya nanti, kita akan tertawa bersama lagi,sekalipun mesti dibayar tangis hari ini" - Robin Wijaya

Ya. Mungkin suatu saat nanti kita akan tertawa bersama. Supaya aku bisa melihat senyummu lagi. Tertawa bersama untuk selamanya atau tertawa bersama ketika aku melihatmu telah memilih pilihan hidupmu, begitu pula sebaliknya. Tapi lagi-lagi semoga pilihan pertama.




"Jika aku, bukan jalanmu,
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu,
Jodoh pasti bertemu..." - Afgan

Ah, aku terlalu tergesa-gesa mengambil kesimpulan. Aku terlanjur bahagia luar biasa saat dipertemukan kembali dan langsung menjudge bahwa ini betul Tuhan menjodohkanku dengan mu. Tapi nyatanya, aku terlalu congkak, mendahului takdir.
Tapi, masih bolehkah aku berharap bahwa suatu saat nanti aku dipertemukan kembali dengan mu dengan sebenar-benarnya bahwa Tuhan mentakdirkan ku akhirnya padamu?

Kamu ingat, saat kamu bercerita dulu sempat hendak dijodohkan dengan orang lain? Kamu sebutkan kondisi nya, dan tahukah kamu saat mendengarkannya aku sungguh minder. Rasanya kamu seharusnya berhak mendapatkan yang jauh lebih baik seperti dia dibanding aku. Maka dari itu aku hanya bisa diam, mendengarkan, sungguh disatu sisi aku minder, tapi disatu sisi aku berjanji, aku juga ingin menjadi wanita luar biasa untuk hidupmu.

Tapi memang tidak semua harapan bisa terkabulkan, bukan?

Jika suatu saat nanti kemungkinan terburuknya adalah tidak, semoga kamu bahagia, Jauh lebih bahagia dibandingkan dengan ku. Bagiku kamu menawan, luar biasa hebat. Maka saat itu juga, kamu harus memandang orang yang kamu pilih untuk hidupmu juga menawan dan hebat.

Pasti aku sedih, tapi harapanku salah satu nya juga menginginkan kamu bahagia, bukan?



...until now.

Sampai suatu saat nanti bagaimana Tuhan merencanakan takdir terbaiknya pada kita. Tapi aku harap akan selalu ada kata "kita" dalam hidupku juga hidupmu.




Never change.

"Sekalipun kita tak lagi bertemu, percayalah padaku, aku mendoakanmu dari jauh. Kamu hanya tak perlu menganggap ada cerita dalam hidup yang pernah kita lewati berdua, Kamu hanya perlu menghapus bagian itu. Kamu boleh membuangnya jika kamu mau.
Tapi aku, akan ingat selamanya padamu." - Robin Wijaya

Ya. Aku akan ingat selamanya padamu, wahai orang yang satu-satunya membuatku percaya sekalipun baru pertama kali bertemu. Aku akan ingat selamanya padamu, wahai orang yang aku nekat pertahankan perasaanku tanpa kejelasan selama bertahun-tahun. Untukmu.




Karena aku betul-betul sudah tidak punya keberanian lagi untuk mempertanyakan padamu. Aku tidak berani lagi untuk menghubungi kamu, sungguh aku tidak berani. Dan yang bisa aku lakukan hanya doa dan kata-kata dalam tulisan. Aku tahu usaha ini sangat jauh tidak ada efeknya, dibandingkan memperjuangkan secara nyata, Tapi aku tetaplah aku, orang pengecut yang telah sering menerima penolakan dan tak akan bisa berani seperti orang lain.

Ada hal-hal yang kadang sulit diungkapkan. Salah satunya perasaan. Dan aku hanya bisa menuliskan nya dalam kata-kata, bahwa aku betul-betul bahagia, kamu telah terlahir di dunia dan menjadi bagian dalam cerita hidupku. Walau sekejap.

Kadang cinta membuatmu bertahan pada orang yang tak pernah membalas cintamu. Kau yang tetap berada di sisinya dan berharap ia mengerti arti keberadaanmu.- Robin Wijaya

Mungkin kenangan terlalu sempurna. Hingga segalanya tentangmu sulit dilupakan. Atau mungkin sebenarnya aku yang tak mau. Ah. Kamu, jangan pernah putus asa. Suatu hari nanti cinta akan dipertemukan. Mungkin untuk "kita" atau untuk orang lain. Dan aku tetap berharap akan selalu ada kata "kita" dalam hidupku dan hidupmu. Semoga.

Tidak ada komentar: