Musim nikah.
Iya setidaknya akhir-akhir ini saya menemukan beberapa teman saya yang seumuran (ah, saya masih kelahiran 1991 kok) sudah memberanikan diri untuk menikah dengan orang yang telah Tuhan pilihkan untuknya. Hal yang membuat saya merasa, "wow, berani banget udah siap berumah tangga. Gue aja masih sibuk sana-sini nyari pernak-pernik Hello Kitty" tapi sekaligus merasa mupeng, "Ya ampun. Si xxx cantik banget. Pengen banget deh kayak begitu. Gue kapan ya ketemu sama jodoh gue?"
Dilema.
Yah. Saya pernah bilang begini sama beberapa teman saya, "Aaaah teman gue ada lagi yang nikaaaah!!!" Dari sekian banyaknya tanggapan, sebagian besar menanggapi dengan kata-kata, "Aaaah iyaaa. Kita kapan yaaa? Semoga nanti giliran kita yaaa" atau "Semoga kita juga dipertemukan secepatnya yaaa."
Terlalu standar menurut saya. Yah meskipun itu juga termasuk doa juga sih. Dan dari sekian banyaknya orang yang saya kasih statement seakan-akan betapa merana nya hidup saya karena belum seperti para istri dan suami muda yang bahagia itu, saya mendapatkan satu jawaban yang manis. Iya, saya mengakui bahwa itu jawaban yang sederhana dan manis.
"Berarti dia sudah dipertemukan jodohnya sama Allah, Del."
Ah. Nyes banget rasanya pas baca kata-kata itu. Rasanya, beruntunglah orang-orang yang sudah diberikan tempat pemberhentian terakhir atas perasaan cintanya terhadap lawan jenis.
Berat ya bahasa saya? Haha.
Tapi betulan, beruntung sekali orang-orang yang seperti itu.
But, yang saya mau bahas justru bukan tentang bagaimana cara kita untuk mempercepat dapat jodoh atau sebagainya. Ah, saya bukan ahli perjodohan atau ahli-ahli percintaan macam madam-madam yang bikin iklan-iklan. Jadi jangan harap baca tulisan saya untuk dapat wejangan tentang itu. Lah saya juga belum dipertemukan kok.
Oke.
Musim nikah. Dan semua berbahagia. Saya yakin kalau ada yang nikah, wuaaaah semuanya sibuk ngucapin like "Aaaah xxx, selamat yaaa. Barakallah. Semoga jadi keluarga yang samara yaaaa.." atau "Kok nikah nggak ngundang-ngundang? Aaaah, semoga berkah pernikahannyaaaa.." atau "Aaaah, kamu cantik bangettt, si xxx juga ganteng. Selamat yaaa.."
Dan ucapan-ucapan selamat jenis lainnya.
Tapi berhubung saya doyan perhatiin orang lain dan suka melihat dari sisi yang berbeda, jelas saya punya perasaan yang netral. Iya, tidak selamanya semua universe merasa bahagia atas kebahagiaan orang lain, bukan?
Beberapa teman saya, ditinggal nikah sama orang lain. Entah yang dulu memang pacarnya atau orang yang memang diharapkan memang diperjodohkan dengan nya. Mungkin sebagian ada yang menanggapi, "Yaelah, itu sih wajar. Udahlah move on. Berarti dia bukan jodoh lo" dan sejenisnya.
Yaaa, nggak salah sih. Itu betul. Semua sudah terjadi. Orang yang pernah kita sayang atau kita harapkan ternyata berlabuh pada hati orang lain dan nggak bisa diubah kecuali kalau memang Allah mengizinkan dengan rencana lain. Tapi berhubung saya suka melihat dari segi perasaan, saya rasa itu bukan suatu tanggapan yang bijaksana.
Let's see. Teman saya, cowok, saya cuma pantau via kehidupannya saja sih dan nggak akrab malah. Saya kenal dia dari SD yaa karena satu sekolahan. Waktu di SD dia pernah deket sama cewek, ih kalau zamannya dulu masih kecil mah ya katanya cinta monyet tapi entahlah, lihat si cowok dan si cewek ini kayaknya cute aja buat ukuran cinta-cintaan anak kecil.
Tapi saya nggak tertarik nyoba pacaran dari kecil.
Balik lagi ke si cowok. Jadi ceweknya si cowok ini punya geng lah ya. Sebut saja si cowok namanya A, Cewek namanya B, dan salah satu teman si cewek ini C. Ah, namanya perasaan siapa yang bisa tahu akhirnya sama siapa. Kadang kita justru sibuk menerka-nerka soal perasaan. Dan seiring berjalannya waktu, si A ini entah karena hal apa putus dengan si B.
Dan ketika SMA, saya satu sekolahan lagi sama dia dan si C. Seiring berjalannya waktu, si A akhirnya jadian sama C. Iya, si C yang dulu se-geng sama si B. Beuuuh, sampai di anggap couple of the year karena anteng banget perjalanan cinta mereka berdua. Yaaa saya ngeliatnya sih manis aja. Bahkan sepengetahuan saya (atau kepo? Hahaha) mereka anteng sampai kuliah karena kuliah pun universitasnya pun ditakdirkan sama.
Sekilas saya pikir, ah jadi nih-jadi nih. Tapi Tuhan berkehendak lain. Saya nggak mau tahu alasan kenapa mereka berpisah dan siapa yang memutuskan tapi intinya, perjalanan hidup cinta mereka tidak berakhir mulus.
Dan, saya dapat kabar. Awal bulan yang lalu si cewek B menikah dengan laki-laki lain yang saya percaya itu pasti jauh lebih baik buat dia, dan awal bulan kemarin si cewek C menikah dengan laki-laki yang juga saya percaya itu pasti jauh lebih baik buat dia. But,
Saya coba bisa ngerasain rasanya jadi si cowok dan si cewek. Lho kok? Kan yang ditinggal nikah si cowok? Kenapa harus si cewek juga?
Oke, sebelum itu, saya kasih kondisi yang lain, yang bukan pacaran ya.
Temen saya yang ini, dulu deket banget sama cowok. Sebut saya yang cewek namanya D dan si cowok namanya E. Dekeeeet banget, dan yah you know lah, naluariah wanita dimana prasangkanya jauh lebih besar dibandingkan kaum pria. Timbul lah harapan bagi si cewek, terus berharap, berharap, hingga di akhir... Si cowok memilih cewek lain dan menikah.
Saya coba bisa ngerasain rasanya jadi si cowok dan si cewek. Iya, keduanya.
Untuk disini, yang pernah jadi pacarnya (si cowok A, dan temen gue si D), siapa sih yang nggak akan merasa "down", pernah punya perasaan yang besar ke seseorang lantas kalaupun sudah tidak ada hubungan apapun lagi, biar bagaimanapun orang itu yang pernah "dipercaya" untuk berbagi perasaan kan? Terlepas dari siapa yang memilih untuk menyudahi atau disudahi, saya yakin, bekasnya pasti ada. Dan ditinggal dalam kondisi biasa saja itu cukup menyedihkan, apalagi dalam kondisi ditinggal menikah.
But, lagi-lagi bukan dari segi yang ditinggalkan menikah saja, tapi dari segi yang menikah juga pasti pernah merasakan nya sebelum mereka bahagia dengan pernikahannya yang telah ditakdirkan Tuhan ini. Anggap begini, si cewek B dan si cewek C yang kita nggak tahu ada alasan apa dari terpisahnya hubungan mereka dengan si cowok A, bisa jadi saat ditinggalkan mereka sedih yang teramat sangat. Tapi Tuhan itu adil, sungguh adil. Maka dia berikan pasangan yang pasti jauh lebih baik dan mampu menggantikan semua sedihnya dia.
Ah, iya. Tuhan itu maha adil. Mungkin saat ini, si cowok A merasa tidak adil, tersakiti karena ditinggal menikah dengan si cewek B dan C. Atau si cewek D ditinggal menikah dengan si cowok E. Tapi bisakah melihat juga, mungkin dulu justru si cewek B dan C yang merasa tidak adil, tersakiti karena ditinggalkan si cowok A.
Terlepas dalam hal apapun.
Dan karena itulah, tidak ada yang salah. Pasti berat rasanya ditinggal menikah, tapi rasakan juga perasaan yang ditinggalkan oleh mu pada saat kamu meninggalkannya. But how, kalau kasusnya ditinggal menikah karena di PHP in doang?
Ah, Tuhan itu maha adil. Mungkin si cowok pun sempat ingin mendekatimu tapi kamu tidak menerimanya dia atau sok jual mahal. Bisa jadi.
So, berbahaya sekali ya yang namanya perasaan itu?
Itulah mengapa terkadang menyerahkan nya langsung pada Tuhan jauh lebih indah dibandingkan tidak. Tapi namanya manusia, siapa sih yang bisa terhindar dari masalah perasaan. Tuhan yang menciptakan hati manusia, membolak-balikannya. Yang tadinya cinta banget bisa jadi benci banget atau bisa jadi balik lagi jadi cinta banget. Rahasia Tuhan jauh lebih indah.
Ini kata-kata bagus yang sama dapat dari seorang kakak kelas (beda jurusan juga sih, mungkin dia juga nggak kenal saya, cuma satu almamater doang). Dan bagi saya, kata-kata ini jauh lebih bagus diperuntukkan bagi mereka yang dikecewakan.
Iya, lepaskanlah. Dan semoga yang lebih baik akan segera datang untuk menggantikan. Mungkin itu adalah salah satu doa dari yang pernah engkau tinggalkan hingga dia akhirnya mendapatkan yang terbaik, maka berdoalah hal yang sama supaya kamu juga mendapatkan yang terbaik.
"Dan bahwasanya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,
dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya),
Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,
dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu),
dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,
dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan,
dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita,
dari air mani, apabila dipancarkan,
dan bahwasanya Dialah yang menetapkan kejadian yang lain (kebangkitan sesudah mati),
dan bahwasanya Dia yang memberikan kekayaan dan memberikan kecukupan..."
-Q.S An-Najm : 39-48-
Iya. Tuhan maha adil. Jodoh pasti bertemu. Bisa jadi dirimu akan berjodoh dengan yang kamu harapkan, bisa jadi dipertemukan dengan orang yang sudah kamu kenal hanya saja kamu tidak perhatikan sebelumnya. Atau bisa jadi dipersatukan dengan orang yang bahkan belum kamu kenal sama sekali. Atau mungkin terpaut usia yang jauh berbeda denganmu. Ah, jodoh itu memang rahasiaNya yang unik.
Untuk yang ditinggalkan, tak apa menangislah, jangan malu. Karena Tuhan juga pasti akan siapkan tawa bahagia untukmu.
Iya setidaknya akhir-akhir ini saya menemukan beberapa teman saya yang seumuran (ah, saya masih kelahiran 1991 kok) sudah memberanikan diri untuk menikah dengan orang yang telah Tuhan pilihkan untuknya. Hal yang membuat saya merasa, "wow, berani banget udah siap berumah tangga. Gue aja masih sibuk sana-sini nyari pernak-pernik Hello Kitty" tapi sekaligus merasa mupeng, "Ya ampun. Si xxx cantik banget. Pengen banget deh kayak begitu. Gue kapan ya ketemu sama jodoh gue?"
Dilema.
Yah. Saya pernah bilang begini sama beberapa teman saya, "Aaaah teman gue ada lagi yang nikaaaah!!!" Dari sekian banyaknya tanggapan, sebagian besar menanggapi dengan kata-kata, "Aaaah iyaaa. Kita kapan yaaa? Semoga nanti giliran kita yaaa" atau "Semoga kita juga dipertemukan secepatnya yaaa."
Terlalu standar menurut saya. Yah meskipun itu juga termasuk doa juga sih. Dan dari sekian banyaknya orang yang saya kasih statement seakan-akan betapa merana nya hidup saya karena belum seperti para istri dan suami muda yang bahagia itu, saya mendapatkan satu jawaban yang manis. Iya, saya mengakui bahwa itu jawaban yang sederhana dan manis.
"Berarti dia sudah dipertemukan jodohnya sama Allah, Del."
Ah. Nyes banget rasanya pas baca kata-kata itu. Rasanya, beruntunglah orang-orang yang sudah diberikan tempat pemberhentian terakhir atas perasaan cintanya terhadap lawan jenis.
Berat ya bahasa saya? Haha.
Tapi betulan, beruntung sekali orang-orang yang seperti itu.
But, yang saya mau bahas justru bukan tentang bagaimana cara kita untuk mempercepat dapat jodoh atau sebagainya. Ah, saya bukan ahli perjodohan atau ahli-ahli percintaan macam madam-madam yang bikin iklan-iklan. Jadi jangan harap baca tulisan saya untuk dapat wejangan tentang itu. Lah saya juga belum dipertemukan kok.
Oke.
Musim nikah. Dan semua berbahagia. Saya yakin kalau ada yang nikah, wuaaaah semuanya sibuk ngucapin like "Aaaah xxx, selamat yaaa. Barakallah. Semoga jadi keluarga yang samara yaaaa.." atau "Kok nikah nggak ngundang-ngundang? Aaaah, semoga berkah pernikahannyaaaa.." atau "Aaaah, kamu cantik bangettt, si xxx juga ganteng. Selamat yaaa.."
Dan ucapan-ucapan selamat jenis lainnya.
Tapi berhubung saya doyan perhatiin orang lain dan suka melihat dari sisi yang berbeda, jelas saya punya perasaan yang netral. Iya, tidak selamanya semua universe merasa bahagia atas kebahagiaan orang lain, bukan?
Beberapa teman saya, ditinggal nikah sama orang lain. Entah yang dulu memang pacarnya atau orang yang memang diharapkan memang diperjodohkan dengan nya. Mungkin sebagian ada yang menanggapi, "Yaelah, itu sih wajar. Udahlah move on. Berarti dia bukan jodoh lo" dan sejenisnya.
Yaaa, nggak salah sih. Itu betul. Semua sudah terjadi. Orang yang pernah kita sayang atau kita harapkan ternyata berlabuh pada hati orang lain dan nggak bisa diubah kecuali kalau memang Allah mengizinkan dengan rencana lain. Tapi berhubung saya suka melihat dari segi perasaan, saya rasa itu bukan suatu tanggapan yang bijaksana.
Let's see. Teman saya, cowok, saya cuma pantau via kehidupannya saja sih dan nggak akrab malah. Saya kenal dia dari SD yaa karena satu sekolahan. Waktu di SD dia pernah deket sama cewek, ih kalau zamannya dulu masih kecil mah ya katanya cinta monyet tapi entahlah, lihat si cowok dan si cewek ini kayaknya cute aja buat ukuran cinta-cintaan anak kecil.
Tapi saya nggak tertarik nyoba pacaran dari kecil.
Balik lagi ke si cowok. Jadi ceweknya si cowok ini punya geng lah ya. Sebut saja si cowok namanya A, Cewek namanya B, dan salah satu teman si cewek ini C. Ah, namanya perasaan siapa yang bisa tahu akhirnya sama siapa. Kadang kita justru sibuk menerka-nerka soal perasaan. Dan seiring berjalannya waktu, si A ini entah karena hal apa putus dengan si B.
Dan ketika SMA, saya satu sekolahan lagi sama dia dan si C. Seiring berjalannya waktu, si A akhirnya jadian sama C. Iya, si C yang dulu se-geng sama si B. Beuuuh, sampai di anggap couple of the year karena anteng banget perjalanan cinta mereka berdua. Yaaa saya ngeliatnya sih manis aja. Bahkan sepengetahuan saya (atau kepo? Hahaha) mereka anteng sampai kuliah karena kuliah pun universitasnya pun ditakdirkan sama.
Sekilas saya pikir, ah jadi nih-jadi nih. Tapi Tuhan berkehendak lain. Saya nggak mau tahu alasan kenapa mereka berpisah dan siapa yang memutuskan tapi intinya, perjalanan hidup cinta mereka tidak berakhir mulus.
Dan, saya dapat kabar. Awal bulan yang lalu si cewek B menikah dengan laki-laki lain yang saya percaya itu pasti jauh lebih baik buat dia, dan awal bulan kemarin si cewek C menikah dengan laki-laki yang juga saya percaya itu pasti jauh lebih baik buat dia. But,
Saya coba bisa ngerasain rasanya jadi si cowok dan si cewek. Lho kok? Kan yang ditinggal nikah si cowok? Kenapa harus si cewek juga?
Oke, sebelum itu, saya kasih kondisi yang lain, yang bukan pacaran ya.
Temen saya yang ini, dulu deket banget sama cowok. Sebut saya yang cewek namanya D dan si cowok namanya E. Dekeeeet banget, dan yah you know lah, naluariah wanita dimana prasangkanya jauh lebih besar dibandingkan kaum pria. Timbul lah harapan bagi si cewek, terus berharap, berharap, hingga di akhir... Si cowok memilih cewek lain dan menikah.
Saya coba bisa ngerasain rasanya jadi si cowok dan si cewek. Iya, keduanya.
Untuk disini, yang pernah jadi pacarnya (si cowok A, dan temen gue si D), siapa sih yang nggak akan merasa "down", pernah punya perasaan yang besar ke seseorang lantas kalaupun sudah tidak ada hubungan apapun lagi, biar bagaimanapun orang itu yang pernah "dipercaya" untuk berbagi perasaan kan? Terlepas dari siapa yang memilih untuk menyudahi atau disudahi, saya yakin, bekasnya pasti ada. Dan ditinggal dalam kondisi biasa saja itu cukup menyedihkan, apalagi dalam kondisi ditinggal menikah.
But, lagi-lagi bukan dari segi yang ditinggalkan menikah saja, tapi dari segi yang menikah juga pasti pernah merasakan nya sebelum mereka bahagia dengan pernikahannya yang telah ditakdirkan Tuhan ini. Anggap begini, si cewek B dan si cewek C yang kita nggak tahu ada alasan apa dari terpisahnya hubungan mereka dengan si cowok A, bisa jadi saat ditinggalkan mereka sedih yang teramat sangat. Tapi Tuhan itu adil, sungguh adil. Maka dia berikan pasangan yang pasti jauh lebih baik dan mampu menggantikan semua sedihnya dia.
Ah, iya. Tuhan itu maha adil. Mungkin saat ini, si cowok A merasa tidak adil, tersakiti karena ditinggal menikah dengan si cewek B dan C. Atau si cewek D ditinggal menikah dengan si cowok E. Tapi bisakah melihat juga, mungkin dulu justru si cewek B dan C yang merasa tidak adil, tersakiti karena ditinggalkan si cowok A.
Terlepas dalam hal apapun.
Dan karena itulah, tidak ada yang salah. Pasti berat rasanya ditinggal menikah, tapi rasakan juga perasaan yang ditinggalkan oleh mu pada saat kamu meninggalkannya. But how, kalau kasusnya ditinggal menikah karena di PHP in doang?
Ah, Tuhan itu maha adil. Mungkin si cowok pun sempat ingin mendekatimu tapi kamu tidak menerimanya dia atau sok jual mahal. Bisa jadi.
So, berbahaya sekali ya yang namanya perasaan itu?
Itulah mengapa terkadang menyerahkan nya langsung pada Tuhan jauh lebih indah dibandingkan tidak. Tapi namanya manusia, siapa sih yang bisa terhindar dari masalah perasaan. Tuhan yang menciptakan hati manusia, membolak-balikannya. Yang tadinya cinta banget bisa jadi benci banget atau bisa jadi balik lagi jadi cinta banget. Rahasia Tuhan jauh lebih indah.
"Lepaskanlah, dan semoga yang lebih baik segera datang untuk menggantikan. Ikhlaskanlah, dan semoga perasaan itu jadi lebih baik daripada saat memiliki." - Menata Hati, Nazrul Anwar
Ini kata-kata bagus yang sama dapat dari seorang kakak kelas (beda jurusan juga sih, mungkin dia juga nggak kenal saya, cuma satu almamater doang). Dan bagi saya, kata-kata ini jauh lebih bagus diperuntukkan bagi mereka yang dikecewakan.
Iya, lepaskanlah. Dan semoga yang lebih baik akan segera datang untuk menggantikan. Mungkin itu adalah salah satu doa dari yang pernah engkau tinggalkan hingga dia akhirnya mendapatkan yang terbaik, maka berdoalah hal yang sama supaya kamu juga mendapatkan yang terbaik.
"Dan bahwasanya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,
dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya),
Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,
dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu),
dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,
dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan,
dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita,
dari air mani, apabila dipancarkan,
dan bahwasanya Dialah yang menetapkan kejadian yang lain (kebangkitan sesudah mati),
dan bahwasanya Dia yang memberikan kekayaan dan memberikan kecukupan..."
-Q.S An-Najm : 39-48-
Iya. Tuhan maha adil. Jodoh pasti bertemu. Bisa jadi dirimu akan berjodoh dengan yang kamu harapkan, bisa jadi dipertemukan dengan orang yang sudah kamu kenal hanya saja kamu tidak perhatikan sebelumnya. Atau bisa jadi dipersatukan dengan orang yang bahkan belum kamu kenal sama sekali. Atau mungkin terpaut usia yang jauh berbeda denganmu. Ah, jodoh itu memang rahasiaNya yang unik.
Untuk yang ditinggalkan, tak apa menangislah, jangan malu. Karena Tuhan juga pasti akan siapkan tawa bahagia untukmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar