Hari ini aku ingin menikmatimu, ditemani semilir angin, ditemani warnamu. Aku harap, jikalau aku menangis lagi kali ini, semoga ini tangisan yang menguatkan, Tangisan yang esok harinya membuat aku jauh lebih baik lagi. Di hari raya.
Karena aku sendiri sudah lelah menangis, senja.
Hai senja, bulan ini bulan yang berat buatku. Aku seharusnya juga malu, menangis dihadapan Tuhan hanya karena beberapa masalah sepele tentang sesuatu yang bernama perasaan. Padahal di luar sana ada banyak orang yang menghadapi permasalahan jauh lebih berat dariku, jauh lebih menyakitkan dariku, jauh lebih menyesakkan dada dibanding aku. Tapi senja, aku lemah. Rasanya aku betul-betul lemah. Boleh aku menceritakannya padamu?
Senja, orang yang aku sayang kini meninggalkanku, dengan alasan yang dengan cara apapun aku berusaha meyakininya tidak akan berpengaruh apa-apa. Sekalipun itu aku harus menerima anggapan salahnya dia terhadapku, aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Dia meninggalkanku dengan begitu mudahnya, menganggap setiap kali aku berhubungan dengan teman-temanku yang lawan jenis adalah salah satu bentuk pengkhianatan dan melukai hatinya. Apa aku salah? Tidak bolehkah aku berteman dengan lawan jenis? Apa aku salah? Setiap kali aku dekat dengan lawan jenis maka pada saat itu aku dianggap wanita yang centil, pecicilan, bahkan pembohong besar?
Padahal sedikitpun aku tidak punya perasaan apapun dengan mereka. Padahal yang aku justru bersyukur setiap kali ada orang-orang yang mau menganggap aku ada, berteman dengan mereka, berbagi pikiran dengan mereka.
Aku hanya tahu rasanya tidak punya teman, senja. Dan aku tidak pernah mau menyia-nyiakan setiap kali ada yang mau berteman dengan ku. Itupun juga dengan syarat, aku juga kenal dengan mereka, tidak setiap lawan jenis yang aneh-aneh pun aku terima keberadaan mereka. Bahkan untuk dekat dengan lawan jenis pun sesungguhnya aku tidak terlalu suka. Teman-temanku pun tahu itu. Berbincang-bincang atau tertawa cekikan dengan yang bukan lawan jenis pun tidak pernah terlintas dalam keinginanku. Hanya alakadarnya. Sungguh. Teman-teman yang paham aku pun tahu itu,
Padahal diluar sana jauh lebih banyak yang lebih centil dan pecicilan. Jadi seperti mereka pun tidak pernah terlintas dalam pikiran aku.
Tapi senja, dia tidak peduli. Yang dia lihat hanya aku telah melakukan kesalahan baginya. Dan itu fatal. Maaf senja, aku menangis lagi.
Aku menyimpan perasaan untuknya selama bertahun-tahun, dia balas perasaanku dengan "kesempatan". Dan baginya kesempatanku sudah habis. Kepercayaannya habis, padahal aku..
Bahkan disaat dia entah ada dimana, aku percaya suatu saat dia akan ada kembali dan tidak hilang lagi.
Tapi kepercayaan dia untukku sesederhana itu. Aku fix dibuang dari kehidupannya. Tidak peduli dengan apapun yang sudah aku usahakan, aku perjuangkan. Aku tidak pernah sedikitpun menyalahkannya hingga menganggapnya pembohong atau pengkhianat. Berpikir untuk meninggalkannya pun tidak. Melakukan apapun yang dia inginkan terhadapku, menyanyikan lagu-lagu untuknya, menghormatinya setiap kali bertemu, ditinggal sendiran sedangkan ia justru tertidur, menunggu nya hingga kapanpun sampai dia ingat untuk menghubungiku, mendengar keluh kesahnya, memberikan semangat setiap awal hari, tidak menuntutnya satupun dengan kondisinya saat ini. Tapi semua itu hilang tanpa bekas. Lenyap. Tidak dianggap.
Bahkan ketika aku menangis dihadapannya pun, dia hanya tersenyum seakan-akan aku lawakan bagi dia.
Senja, tidak. Aku tidak benci dia. Sungguh. Aku justru masih punya perasaan yang sama padanya, hanya saja aku harus sadar, bahwa aku tidak ingin menangis lagi dihadapannya. Aku ingat pada kata-kata Ali bin Abi Thalib r.a, "Jika seorang wanita menangis karena disakiti oleh pria, maka setiap langkah pria tersebut dikutuk oleh para malaikat."
Justru karena dia orang yang baik, aku tidak mau menangis lagi. Sekalipun aku sedih, sekalipun aku tahu ini sakit. Tapi aku menyayanginya, aku menyimpan perasaan yang bukan cuma sebentar untuknya. Aku tidak pernah menyesal telah mencintainya. Aku pelakunya, aku yang melakukan ini semua. Bukan dia.
Ah, senja. Tapi lagi-lagi aku menangis. Payah.
Sungguh aku tidak membencinya. Aku tetap mengharapkan semoga Tuhan senantiasa jaga dia, berikan yang terbaik untuk hidupnya, doaku sungguh tak pernah berubah. Sekalipun aku diperlakukan begitu. Sekalipun akupun tidak munafik merasakan sakit.
Aku juga tidak mau menganggap bahwa aku tidak akan pernah mau lagi kembali dengannya. Bukan, bukan berarti aku masih mengemis-ngemis perasaan padanya. Mungkin iya aku berharap, tapi aku lebih memilih mundur.
Karena aku sadar, takdir Tuhan siapa yang tahu? Dia maha membolak-balikan hati manusia. Dan banyak teman-temanku pun begitu. Ditinggalkan, tapi sesungguhnya pada saat itu juga menyadari bahwa mereka saling membutuhkan satu sama lain.
Siapa yang tahu?
Biar waktu yang mengungkapkan siapa sesungguhnya masing-masing dari kita.
Senja, besok Idul Adha.
Aku juga kangen nenekku. Lagi.
Mungkin kalau ada beliau saat ini, beliau akan bantu aku untuk mendengar banyak cerita-ceritaku. Menyemangati aku yang saat ini disahkan dokter terkena penyakit paru-paru. Bagiku, beliau tempat terbaik berbagi cerita dibanding anggota keluarga ku yang lainnya.
Beliau yang meyakini aku untuk berkuliah di Bogor.
Beliau yang setiap kali aku makan selalu melihatku sambil bersenandung.
Beliau yang bahkan masih sempat mengingat aku setiap kali membeli makanan apapun itu.
Beliau yang selalu menanyakan kehadiran aku lebih awal dibandingkan cucu-cucu lainnya.
Beliau yang selalu percaya bahwa aku pasti dapat peringkat terbaik di sekolah dan cucu terpintar diantara cucu-cucu nya.
Beliau yang memasang setiap foto cucu-cucunya dibanding memasang foto anak-anaknya.
Beliau yang selalu mengelus-elus pundakku setiap kali aku tidur disampingnya sekalipun aku sudah berumur 20an.
Beliau yang tidak pernah mengeluh dengan penyakitnya,
Beliau yang selalu akrab dengan tetangga-tetangganya.
Beliau yang selalu menanyakan, "sudah ngaji juz berapa?"
Beliau yang bahkan meminta maaf pertama kali ketika aku kesal dengan anaknya.
Beliau yang tak pernah absen hadir setiap undangan acara dari teman-temannya.
Beliau yang berkata, "kalau nanti kamu kerja, traktir nenek ya." tapi aku belum sempat lakukan itu.
Beliau yang meninggalkan buku-buku agama untuk ku saat beliau tiada.
Beliau yang punya cita-cita naik haji dan pada saat tahun kesempatannya beliau, Allah memanggilnya.
Beliau yang selalu mengajak aku untuk bertakbir setiap kali mulai berkumandang di malam menjelang hari raya.
Beliau yang selalu membangunkan aku setiap kali hendak shalat hari raya.
Beliau yang justru hanya menanyakan aku dan ibuku di menjelang kepergiannya.
Sungguh aku merindukannya,
Aku ingin berterima kasih untuknya atas semua yang dilakukannya padaku.
Aku ingin berterima kasih telah melahirkan orang luar biasa kuatnya yang kini adalah ibuku.
Aku ingin berterima kasih telah memberikan kepercayaan luar biasa dengan menganggapku sebagai cucu terbaiknya.
Senja, maaf. Aku menangis tak tertahankan lagi.
Aku kehilangan dua orang yang aku sayangi itu dan aku merindukannya saat ini.
Amu junbido haji mothan chae
ddeonaryeoneun neoui nunape seoseo
geu eoddeon maljocha
haji mothae geujeo sonman heundeuleo
jalga son heundeuleo
banjjakineun neoreul hyanghae
Budi haengbokhagil
eonjena geudae neul bichi naneun saramigireul
misoro annyeong jogeum deo himeul nae ijeneun annyeong jal ga
uri ije
Annyeong nae sarang nae sojoonghan sarama
haessalcheoreom ddeugeobgeman mal anajoon geudaeyeo
du noon gadeukhi neol bomyeo annyeong
hwanhage useumyeo
Annyeong jal ga sojoonghan sarama
areumdabge banjjakimyeo nal bichwijoon geudaeyeo
annyeong nae sarang neol bomyeo annyeong,
jogeum deo neol bomyeo annyeong
English Translation :
You are about to leave
I couldn't say anything
So I just waved
So long, I wave
Toward the shining you
Goodbye my love, my precious person
You always warmly hugged me
I fill my eyes with you as I say goodbye
I look at you a little bit more as I say goodbye
I hope that you'll be happy
I hope that you will always be a shining person
Saying goodbye with a smile. Let's be a little bit stronger
Goodbye now, so long now
Goodbye my love, my precious person
You always warmly hugged me
I fill my eyes with you as I say goodbye
With a bright smile
Goodbye my love, my precious person
You, who beautifully dazzled and shined on me
Goodbye my love. As I look at you, goodbye
I look at you a little bit more, goodbye.
Iya, Selamat tinggal dua orang yang amat kusayangi. My precious person. I hope that you'll be happy, I hope that you will always be a shining person.
Senja, semoga dengan ini aku bisa menjadi wanita yang jauh lebih kuat, senantiasa diberikan yang terbaik dalam hidup. Ini semua untuk menguatkan aku, bukan?
Senja, semoga tangisan ku ini ikut terlarut dengan warnamu. Bawa mereka bersamamu. Karena apa lagi yang bisa kita harapkan dari orang yang meninggalkan kita selain kenangan?
Senja, aku mencintai mereka berdua. Sampaikan salamku pada mereka.
***
NB : Thank you for Taeyeon for this lovely song. Good voice, good lyric, good music, I love this song very much. The title is "Bye", one of the song from ost. Mr Go. Hear it. Enjoy it. Very recommended.
For Link:
Taeyeon - Bye (Hangul + Romanization + English Sub)
Taeyeon - Bye (Hangul & Romanization & Eng sub) [Mr. Go OST]
For Link:
Taeyeon - Bye (Hangul + Romanization + English Sub)
Taeyeon - Bye (Hangul & Romanization & Eng sub) [Mr. Go OST]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar