Sabtu, 13 Desember 2014

Rendezvous : Carpe Diem - 1

Carpe Diem - 1
Kamu, percayakah bahwa cinta bermula dan kembali pada tempat yang sama?

(Aku, 18 Agustus 2015 : 05.10)

"Kamu nggak tahu salah kamu apa?"
"Nggak, sumpah. Aku nggak tahu."
"Pikir aja sendiri. Intinya, aku nggak mau lanjutin apapun sama kamu."
Mataku mulai berkaca-kaca. Telapak tangan juga mulai mendingin.
"Kamu...Seriusan?"
"Iya. Ngapain aku bercanda?"
Tidak ada nada baik sedikitpun dalam ucapannya. Sungguh. Rasanya... sesak.
"Kamu kenapa bisa jadi gini? Aku minta maaf kalau ada salah."

Telepon terputus, kucoba menelpon ulang. Nomor tidak aktif. Kucoba telepon rumahnya, tidak ada yang angkat. Terus, terus, terus, berusaha mungkin saja yang kali ini berhasil diangkat. Aku tahu kali ini aku mulai menangis. Bahkan rasanya sudah putus asa. Tanganku gemetar, dingin, jantung juga sudah tidak karuan, dan pastinya sesak.

KRIIIIIIIIIIINGGGGG...

Aku terbangun dengan kedua mata terbuka lebar, napas tersengal-sengal, bajuku basah berkat keringat dan telapak tangan terasa dingin. Rasanya sesak. Kuliat disekililingku, ah, nyawa dan diriku sesungguhnya sedang ada di dalam kamarku sendiri. Dan sudah pasti ini mimpi.


Iya. Sudah lebih dari tiga kali aku bermimpi hal yang sama, lagi-lagi, dan terbangun dengan keadaan yang sama seakan-akan aku kelelahan berlari 1000 meter. Kuraba pipiku, ah, memang ada bekas air mata, dan bukan sekali dua kali ketika aku bermimpi dengan adegan aku menangis, aku terbangun dan mendapati kedua pipiku pun basah dengan air mata.

Tuhan, aku bangun terlambat lagi. Setiap kali aku bermimpi yang sama, aku selalu ketakutan.
Sungguh aku ketakutan.

***

(06.10)

Ya. Siapapun pasti pernah merasakan bagaimana rasanya dicintai dan mencintai, tapi aku rasa, jauh lebih menakjubkan ketika kita dicintai dibandingkan dengan mencintai seseorang. Tandanya ada orang yang mau menerima kamu dalam hidupnya. Ada orang yang butuh berjuang dengan gigih untuk mendapatkannya, atau hanya berusaha ala kadarnya, bahkan justru mendapatkannya tanpa harus bersusah payah.

Beruntung sekali yang dibagian terakhir itu.

Oke, biar kita setting seperti ini. Ketika yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan, ya, mereka yang berusaha mati-matian akan jatuh lebih dalam dari siapapun. Sedangkan yang mungkin diberikan kemudahan di awal, akan bergabung dengan kerapuhan kebahagiaan mereka yang sedikit demi sedikit memudar. Sama-sama menyakitkan dan menyedihkan, hanya saja mungkin kadarnya berbeda.

Ah, itulah hidup. Biar bagaimanapun kebahagian berkawan baik dengan kesedihan. Hukum alam. Sama halnya dengan pertemuan bersahabat baik dengan perpisahan. Tapi sayangnya, aku berada di posisi dimana aku berusaha keras dan menghadapi perpisahan. Kalian pasti tahu akhirnya seperti apa.

Tatapan ku kosong menatap jendela kereta diantara sesaknya penumpang yang tidak tahu tata krama. Ah, bukankah diluar sana, seiring bergeraknya sebuah kereta, sekelilingnya berlalu dengan cepat. Semakin cepat kamu bergerak, semakin cepat berlalu. Bukankah aku harus begitu?

TRIIING.

Diikuti getaran, aku yakin HP ku menerima pesan masuk. Good. Pesan via salah satu aplikasi messenger masuk. Dari sahabatku yang luar biasa bawel dan ribetnya, sebut saja namanya Ve.

Gambar. Dia mengirimiku gambar.

(06:20)


Sial.
Kuketik sebagai balasan.
Ratusan (06:20)

Ve is typing...

So, lebih baikkah hari ini? (06:22)

Pastinya. Jauh lebih baik. Sangaaat baik. (06:24)

Really? Stop acting tough! Sometimes you have to cry to let go of the pain! Setidaknya gue yakin, badan lo saat ini nggak baik berkat kebrutalan ibu-ibu di gerbong cewek Commuter Line. Ngaku deh! (06:25)


Kalau itu maksud lo, you've got it. Haha. (06:26)

Emang gue ada maksud lain? (06:26)

Good. Aku kena jebakannya lagi. 

Lo bilang situasi di Commuter Line. Jelas lah gue ga dalam kondisi baik. (06:30)

Kalau bukan kondisi di kereta? Yakin baik? (06:31)

Aku menghela napas. Entah Ve itu betulan cenayang atau bagaimana, dia selalu tahu kondisi ku kalau ada "apa-apa". Dia mungkin tahu aku bermasalah sama mimpi tidurku semalam. Dan jelas itu buat kondisiku nggak baik sama sekali.

Gue ga tahu lo itu terbuat dari apa. Iya, gue bermasalah lagi sama mimpi. (06:35)

Bersyukurlah lo sama Tuhan. Memberikan gue sebagai teman yang tahu kapan lo nggak baik dan kapan lo baik. HE IS, RIGHT? GOD! STOP THINKING ABOUT HIM AGAIN. REZA GA BAIK BUAT LO! (06:40)

Gue ga mikirin tentang dia, hei. DIA YANG MUNCUL DI MIMPI GUE KAYAK HANTU! (06:45)


Setidaknya aku tidak munafik pada diri sendiri. Dia yang muncul lagi ke mimpiku.

Oke, whatever. AND, PLIS. Lo mau presentasi. HILANGKAN INGATAN LO TENTANG GIO GA TAU DIRI ITU SETIDAKNYA UNTUK BEBERAPA JAM KEDEPAN. Oke? (06:50)

Okeee. (06:51)

Baiklah. Aku juga berharap, message dari Ve cukup untuk pagi ini. Ya, presentasiku jauh lebih penting dari sekedar mempermasalahkan mimpifobia ku tentang Gio. Gio? Biar ku ceritakan nanti saja dia itu siapa.

Ah, kalau orang-orang lain sibuk bercerita berangkat kerja dengan mobil atau motor pribadinya, aku hanya dengan naik kendaraan umum pun sudah cukup bahagia. Maklumlah, ibarat kalau dikelompokkan, paling aku masuk ke kelas menengah pas ditengah-tengah. Lagi dikasih rezeki banyak, bisa agak menikmati hidup yaaa Alhamdulillah, sekalinya lagi seret dompet juga mau nggak mau harus mau.

Oh, ya. Namaku Bintang, biasa dipanggil Bi. Plis, nggak perlu ditambah lagi belakangnya dengan nama lain. Aku anak ke 3 dari 3 bersaudara. Lulusan jurusan Komunikasi, dan saat ini menjadi kuli di salah satu perusahaan penerbitan paling oke di negara ini.
Setidaknya versi aku pribadi.
Jangan tanya jabatanku apa. Secret makes a woman, woman. Setidaknya itu kata Vermouth, salah satu tokoh di manga Detektif Conan.
Baiklah.

Aku produk melankolis-pregmatis, ditambah pula introvert dengan kadar 70%. Haha. Itu takaran pribadi juga sih. Jadi kebayang lah ya, model aku seperti apa. Belum kebayang? Biar nanti kita sama-sama mengenal. Cieilah.
Kebayang kan, orang sebegininya punya sahabat yang luar biasa bocor macam Ve? Biar bagaimanapun, dia super duper tahan lho punya sahabat macam patung kayak aku ini.

Aku sangat, sangat suka musik. Dari kecil kalau orang tua lain sibuk sana-sini yang paksa anaknya les, aku justru yang maksa mereka untuk dikasih les. Tapi aku lebih tertarik les musik. Piano dan gitar ditambah nyanyi betul-betul jadi senjata aku untuk bisa dianggap oleh orang lain meskipun aku introvert dengan kadar 70% itu.
Dan beruntungnya, orang-orang banyak menganggap aku cerdas.
Setidaknya belum ada yang mengatakan aku tidak cerdas dengan sepenuh hati.

***

(10.45)

"Lo emang paling ciamiiik. Thanks yaaa." puji Arinta sambil menepuk pundakku sedikit kejam.
"Konsepnya sih yaaa, kurang lebih begitulah. Mudah-mudahan realisasinya bisa sebaik apa yang diharapkan," balasku.
"Yaaa, setidaknya manajer suka, Bi. Gue juga suka banget, banget, banget." kali ini si lebay Gilang yang berkomentar.
"Astaga! Gue lupa! Gue lupaaa. Tadi ada anak baru. Dan gue lupa, gue anggurin gitu aja apa gue oper ke siapa ya?"teriak Astrid.
"Ah elo, gimana sih? Lumutan kali tuh orang sekarang. Dimana lo taruh tadi?" Sandi ngomel. Biasa sih, kayaknya lebih ke statusnya sebagai "penentang Astrid dalam segala hal". Atau kata lainnya, sengaja banget nyindir si Astrid dalam bentuk apapun. Nggak kok, mereka nggak musuhan, kayaknya emang iseng satu sama lain.

"Di tarooo? Lo kira tuh anak kayak kolor lo yang ditaro sembarangan?" Gilang membalas Sandi. 
As an introvert woman, yaaa aku sih mendingan mengamati sambil cekikan. Astrid buru-buru menghilang keluar ruangan, mencoba mencari "barang titipannya". Belum sempat aku dan yang lain membantu mencari, dengan suara melengking khasnya dia menjerit.

"KETEMUUU. Ya ampuuun, sumpah gue minta maaf banget ya. Sini gue kenalin sama yang lain." Astrid muncul sambil memegang pundak si anak baru, mendorong-dorongnya menuju kerumunan aku dan yang lainnya.
Astrid cengar-cengir,"Dia namanya Rayya. Let's introduce your self." 
Rayya memandang kami satu persatu, berhubung salah satu hobi ku adalah mengamati orang lain, aku bisa menebak dia bosan setengah mati dibiarkan begitu saja menunggu selama kami meeting tadi. Tapi kemudian dia pasang senyum yang bisa aku indikatorkan sebagai salah satu senyum se-innocent mungkin dikala hati kesal.

"Nama saya Rayya Alfian Nurandri. Tapi panggil aja Rayya. Saya sebenarnya resign dari tempat kerja yang lalu dan mencoba peruntungan disini." entah kenapa saat mengatakan "peruntungan", dia menantapku sebegitu tajamnya.
Tapi sambil tersenyum.

"Oke, Rayya. Gue Astrid, maaf tadi gue melupakan lo dengan keji di ruangan tamu, dimaafin kan? Pastilah yaaa."
As usual, Astrid emang kadang berkata seakan nggak tahu malu campur kepedean.
"Yang ini namanya Gilang, imut banget kan dia kayak bakpao isi daging." ucapnya sambil mencubit pipi Gilang yang emang modelnya bisa disamain kayak adonan roti belum diapa-apain.
"Sial lo." Gilang mencibir.
"Tinggal banting-banting aja biar tambah mengembang."
"Bangke," balas Gilang lebih sadis.

"Ini Sandi. Ah, gue nggak mau deh kenalin dengan panjang lebar kalau dia. Kalau ini Arinta, dia kita anggap, ibu nya kita-kita deh. BIJAK ABIS!"
"Seriusan?" Rayya menanggapi. Kami serempak mengangguk. Rayya ikut mengangguk. Paham. Gilang pasang muka bete atas ketidaksopanan Astrid memperkenalkan dia ke Rayya.

"Kalau ini, Bintang. Biasa dipanggil Bi. The other wise person in here. Tapi dia paling muda. Jadi emang rada, sorry ya Bi, manja!"
"Tapi kalau soal main musik, hmm. Jangan ditanya!" celetuk Gilang.
"Dan..." Arinta mengarahkan telunjuknya ke pelipis, kemudian dilanjutkan dengan jempolnya.

"Ahahaha. Nggak lah, Gue mah apa atuh, remahan kue rangi dibanding kalian yang udah berjuang lama disini." aku mencoba untuk merendah.
"Bi juga anak baru disini?" tanya Rayya. Aku menggeleng,"Nggak. Nggak lama-lama amat kok."
"Bi udah setahun disini, Ray. Yasudahlah, sini Ray, gue kasih gambaran dulu bagian lo ngapain aja," Astrid menyudahi acara remeh temeh ini. Syukurlah, aku juga sadar diri, sesungguhnya hari ini aku butuh waktu ekstra untuk tumpukan tugas yang juga ekstra.

Betul-betul ekstra.

***

(18:20)

"Bi, belum balik?" Gilang menyapaku selepas balik dari mushalla kantor. Begini-begini aku juga mau jadi hamba Tuhan yang beriman.
"Belum, Lang. Duluan aja. Bentar lagi kok."
"Oke, duluan ya, Bi," Gilang menyambar jaket di sandaran kursinya dan menepuk pundakku lembut, "Jangan memforsir diri, Bi. Menyibukkan diri bukan satu-satunya cara untuk melupakan hal yang nggak enak. Nanti lo sakit. Oke?"
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum. "Siap, bos. Gue balik bentar lagi kok. Biar sekalian dapat kereta yang kosong." Aku tertawa kecil.
"Dasar. Oke deh. Rayya, gue balik duluan ya. Hati-hati lo berdua."

Aku menengok ke meja Rayya. Ah, betul dia masih bertahan disini. Ternyata aku bukan pejuang terakhir.

"Belum balik, kak?"
Aku tahu dia dua tahun lebih tua umurnya dibanding aku. Dan sudah kebiasaan pula aku memanggil teman-teman yang lain (yang kebetulan juga lebih tua, Oh God, thanks gue masih muda) dengan panggilan 'kak'.

"Eh, iya belum. Baru masuk udah dikasih kerjaan banyak sama Astrid. Nih liat." Dia menunjuk tumpukan kertas yang harus dia edit maksimal lusa sudah kelar.
"Ahaha. Itulah kak, baik banget kan Kak Astrid."
"Iya. Baik banget. Lo ga balik, Bi?" Dia balik bertanya.
"Udah kelar sih. Tapi mau 'penyegaran' dulu. Biar rileks." Aku menyandarkan badan ke kursi sambil mengecek handphone. Lagi-lagi message dari Ve.

Gue tahu, lo pasti belum balik. NGAKU! (18:30)

Emang. Biarin sih, sekali-kali ah (18:31)

Sinting. Sekali-kali apanya? Udah hampir sebulan, kaliiii (18:32)

Kejar target, Ve. Lo juga tau kan kalau gue perfeksionis? Tantangan baru juga nih buat gue. (18:35)

"Bi..." suara Rayya memanggil. Aku agak terkesiap sejenak. Rasa dari panggilannya entah mengapa terlalu merdu untuk sekedar memanggil 'Bi' doang. Tapi aku segera menoleh kearahnya.

"Dalem." 

Rayya tertawa, "Lo orang Jawa? Nggak. Gue izin sebentar mau maghrib-an. Kali-kali aja kalau gue nggak ngomong, lo malah takut tiba-tiba gue menghilang."

"Oh, iya, iya kak. Nggak apa-apa. Aku kan juga lagi 'penyegaran'", balasku sambil tersenyum. Dia bergegas ke mushalla dan aku bercumbu lagi dengan Ve via handphone. Sumpah, terdengar nggak enak banget ya dibacanya? Aku masih normal kok.

Gila. Gaji lo tambah banyak nih bulan depan. Ngedokem mulu di kantor. Hati-hati baliknya. (18:40)

Siap. Lo lagi sama Raga? (18:42)

Iyaaaa. Biasaaaa penggemukan badan. Lo juga jangan lupa menggemukan badan. Awas lho kalau sampai sakit. Oke deh. Mmmuuaaah. (18:45)

Aku menutup chat dengan Ve, tapi... Iya aku tahu, bahkan sampai saat ini, history chat dengan seorang mantan bernama Reza masih abadi aku simpan. Jangankan itu, foto, message dalam bentuk apapun masih utuh tak hilang satupun. Kalau begitu, betul kata Ve. Aku terlalu bertingkah 'semua baik-baik saja' padahal kenyataannya nggak. 

Kututup handphone dan bergegas ke ruangan ritual 'penyegaran'. Ah, beruntungnya punya kantor oke dimana ada ruangan tersendiri untuk para karyawan bebas menyalurkan hobinya. Disini tersedia gitar, keyboard, komputer-komputer khusus game-game (iya, komputer pribadi karyawan nggak akan bisa akses ataupun download games bahkan film dan video apapun. Jadi jangan harap bisa liat video SISTAR selama bekerja. Kalau mau liat aja via handphone sendiri), ada berbagai buku-buku buat yang mau menghabiskan waktu 'istirahat' dari kerja rodi sialan ini dengan membaca. Atau sekedar main biliar pun juga ada. Asal jangan dipakai buat ajang judi. Bahkan, percaya atau tidak, ada sofa empuk banget yang bisa dipakai buat tidur. Dan tivi yang oke punya kalau-kalau mau nonton drama bareng-bareng. Alhamdulillahnya disini nggak ada yang doyan sinetron, tapi pada freak abis kalau soal gosip-gosip pemerintah dan artis.

Aku menekan tuts-tuts keyboard. Aku tahu, aku tidak merasa "nggak apa-apa.", aku tertekan, aku sampai sekarang belum tahu alasan sesungguhnya dari semua kejadiaan ini, yang aku tahu aku hanya ingat dari sekian banyak kata yang dia katakan untuk aku bukanlah penjelasan, bukanlah pujian atau penyesalan, tapi...

Tiga kata. Pecicilan. Pengkhianat. Pembohong.
Ya Tuhan, sepecicilan dan semunafikkah aku dimata orang lain, apalagi dia? Padahal diluar sana teman aku jauuuuh lebih banyak yang menjijikan dengan centil sana-sini. Sedangkan aku? Duh, apakah introvert kadar 70% dan melankolis-pregmatis macam kayak gini doyan pecicilan bak chili-chili-an? 

Aku mulai memainkan jemariku diatas tuts hitam dan putih itu. Aku mencoba menikmati alunan yang aku mainkan sendiri. For your information, begini-begini aku doyan lagu-lagu Jepang, Korea, Barat, bahkan Indonesia tapi yang nggak alay. 
Tenang, lagu yang aku mainkan bukan 'Sakitnya Tuh Disini' nya Cita Citata kok. Eh, jangan salah, aku suka melodinya kok. Someday bisa kali ya aku mainin versi piano akustik.

Tuh, betulkan? Sama diri sendiri aja sok tegar. Padahal tahu, hatinya nggak kuat lagi pengen teriak.

"Barame heutnallineun geudaeui meoritgyeoreul
Baraman boneun geollo deo baralge eobseonne

Kkumcheoreom dagaon neo ibyeolman namgyeojun neo
Nae saenge geudael manna geujeo gamsahal ppunya...

Geuttae geuttae geudael mannago
Heil su eomneun bamdeureul geurimyeo bangimyeo

Pecicilan. Pengkhianat. Pembohong. Kata-kata itu eakan-akan berbisik terus menerus di telingaku.

Uyeonhi dasi natana jura
Geurium jeonhaji motaetdeon babo gateun naegero dasi
dorawajwo
Uyeonhi dasi natana jura
Ichyeojyeo gal geudae moseup gadeukhi dameul su itge
Ttaseuhan bombyeotcheoreom cheoeumcheoreom dasi
naege

Kkumcheoreom dagaon neo ibyeolman namgyeojun neo
Nae saenge geudael manna geujeo gamsahal ppunya

Geuttae (geuttae) geuttae (geuttae) geudael bonaego
Heil su eomneun bamdeureul nunmullo geurimyeo

Pecicilan. Pengkhianat. Pembohong... Aku mulai menangis.

Uyeonhi dasi natana jura
Geurium jeonhaji motaetdeon babo gateun naegero dasi
dorawajwo
Uyeonhi dasi natana jura
Ichyeojyeo gal geudae moseup gadeukhi dameul su itge
Ttaseuhan bombyeotcheoreom cheoeumcheoreom dasi...

Dia yang justru aku percaya habis-habisan.
Pecicilan. Pengkhianat. Pembohong.
Kali ini lagi-lagi aku menangis. 

Dasi dorawajwo
Uyeonhi dasi natana jura
Ichyeojyeo gal geudae moseup gadeukhi dameul su itge
Ttaseuhan bombyeotcheoreom cheoeumcheoreom dasi
naege..."

[English Translation]

"Just watching your hair blowing in the breeze
A perfect moment I wish I could freeze
You came like a dream then left without a trace
I’m just so grateful in my heart to meet you in my life

The time the time when I met you
Countless nights I missed you and longed for you

Come to me again over the destiny
Come back to this fool who couldn’t say I miss you
Come to me again over the destiny
So I can fill my heart with your image that is fading
Like the warm spring sun, just like the first time
You came like a dream then left without a trace
I’m just so grateful in my heart to meet you in my life
The time (the time) the time (the time) I let you go
Countless nights I spent in tears
Come to me again over the destiny
Come back to this fool who couldn’t say I miss you
Come to me again over the destiny
So I can fill my heart with your image that is fading
Like the warm spring sun, just like...
I miss you
Come to me again over the destiny
So I can fill my heart with your image that is fading
Like the warm spring sun, just like the first time"

Nafasku tersengal-sengal. Ah Tuhan, sesak rasanya. Kuhapus air mata yang jatuh di pipiku, khawatir ketahuan sudah menangis.
Tapi tidak mau berhenti juga.

"Bi?"
Aku tersentak. Hening setelah panggilan itu. Yang aku tahu, aku bernafas seperti orang kelelahan sehabis lari. Dadaku sesak.

***



Nb :

Okeee. Untuk kali ini lagu yang terpilih adalah Over The Destiny dari 2AM. Dasarnya sih, berhubung saya juga doyan banget sama 2AM (tapi bukan fans fanatik dari segala macam jenis perkorea-an, karena pengetahuan saya tentang ini mah nggak ada apa-apanya) dan ini lagu terbarunya dari album terbarunya juga Let's Talk.

Kenapa pilih lagu ini?
Karena saya suka lagunya berikut MV nya. Oke banget. Oke dalam artian, entah sudah berapa banyak barang-barang yang hancur yang digunakan buat MV ini. Yang namanya bikin video klip, kecil kemungkinan buat take cuma sekali kan?

Bahkan disini segala-gala ada mobil, sepeda, bahkan tempat tidur yang dijatuhin dari atas.
Kalau itu semua barang asli, berapa uang yang kudu digunain buat ini MV?
Dan pas lihat MV ini, di adegan si cewek mau jatuh, bahkan batin saya agak menjerit, geregetan, pengen teriak "TANGKEP CEWEKNYA, BEGO!!!"
Frontal dan sadis sih.
Maaf ya.

Makanya saya bilang oke.
But, tiap MV nya 2AM emang tertampak oke sih buat saya. Entah buat yang doyan dan jago menganalisis MV-MV, bisa jadi beranggapan yang berbeda sama saya.
Satu lagi, artinya bagus. Ngena.

FYI. Saya doyan lagu dari musik dan arti lagunya sih, bukan terbatas dari siapa yang nyanyi..
Oke. Thanks to 2AM for their song, Over The Destiny.
You can watch it from this link.

Over The Destiny - 2AM - MV :
2AM "나타나 주라(Over the Destiny)" M/V

Over The Destiny - 2AM - Hangul/Romanization/English Translation :
[Han/Rom/Eng] 2AM - 나타나 주라 (Over The Destiny) Lyrics

Enjoy it!

Senin, 17 November 2014

Untukmu, Wanita Pilihan Terakhir dari Pria yang Aku Cintai

Hai.
Kali ini aku ingin menulis untuk wanita, yang mungkin suatu saat nanti ditakdirkan denganmu. Menggenapkanmu. Membahagiakanmu. Dan yang kemungkinan terbesarnya bukanlah aku.

***

Hai kamu, wanita yang suatu saat nanti akan bersama dengan pria yang amat aku cintai saat ini. Aku tahu, mungkin rasanya tidak akan adil. Aku yang telah lama menunggu pria mu, tapi jika Tuhan berkehendak lain dan memutuskan agar dia bersamamu, lantas aku bisa apa? Sekuat apapun aku meronta ataupun memohon kepadaNya, tidak akan pernah mengubah takdir yang sudah ditentukan bahkan sebelum aku, kamu, dan dia lahir, bukan?

Jangan khawatir. Kamu tidak perlu merasa tidak enak padaku. Mungkin bisa jadi kamu justru merasa bersalah, sudah merebut dirinya dariku, tapi itu bukan salahmu. Sungguh. Jika memang itu yang membuatnya bahagia, jika itu membuatnya bisa lebih bebas, menikmati setiap kasih sayang dari orang selain keluarganya, dan itu adalah kamu, berbahagialah. Bersyukurlah. Jangan sekali-kali kamu sia-siakan.
Dan aku, dari sini, sekalipun kamu dan dia tidak tahu, juga akan turut bahagia dan bersyukur. Bersyukur karena akhirnya pria yang aku cintai ini bisa memiliki wanita yang baik-baik untuknya, seutuhnya.

Kamu mungkin bisa bilang aku munafik. Wanita mana yang turut bahagia melihat pria yang dicintainya bersama wanita lain? Iya. Siapa bilang aku tidak sedih? Aku pasti sedih, tapi entah mengapa, melihatnya bahagia itu jauh lebih indah dibandingkan aku bisa bersamanya tapi dia tidak bahagia sama sekali. Sungguh.

Hai kamu, salah satu hal yang membuatku jatuh cinta padanya adalah senyumnya. Tolong buat dia selalu tersenyum padamu, agar dia bisa tertawa bersamamu, hingga kamu pun akan menyadari, bahwa kamu pasti juga akan jatuh cinta pada senyumnya.

Kamu tahu? Setiap kali aku melihat orang lain saling bergandengan tangan, aku suka membayangkan, suatu saat nanti akan ada wanita yang betul-betul akan menggandeng tangannya. Jika itu kamu, gandenglah tangannya dan genggam jemarinya erat-erat. Dia akan menggandeng tanganmu terlebih dulu, berbahagialah. Lelakimu betul-betul menghargaimu dan mengingkan kamu terjaga olehnya. Dia tidak mau kamu berjalan didepannya, yang dia inginkan adalah berjalan bersama-sama denganmu.
Betapa baik dirinya bukan? Bersyukurlah.

Ah. Kamu juga tidak perlu khawatir. Dia lucu, dia akan pandai membuat kamu tertawa, bahkan ketika kamu menangis atas kesulitanmu, dia akan senang hati menghiburmu, melontarkan hal-hal lucu, dan aku jamin, kamu akan tertawa kembali. Dan kamu akan lebih jatuh cinta padanya. Lagi.

Oh ya, jangan lupa, ajak dia bernyanyi bersamamu. Minta dia mainkan gitar, dia pintar memainkan alat musik itu. Atau mungkin dia akan berikan kamu satu lagu buatannya sendiri, lantas hal romantis apa lagi yang dibutuhkan seorang wanita pada pria yang dicintainya?

Hai, wanita yang suatu saat akan menggenapi pria yang aku cintai. Pria ini biar bagaimanapun tetaplah seorang manusia. Aku tahu, dibalik tegarnya dia, dibalik setiap nasihat-nasihat yang diberikan padanya padaku, atau padamu nanti, sesungguhnya akan tetap ada masalah dalam hidup setiap manusia. Jika dia merasa terjatuh, aku mohon, rengkuh dia, berikan dia semangat yang jauh lebih banyak. Buat dia untuk percaya diri jauh lebih besar. Karena sesungguhnya, dia hanya kehilangan rasa percaya dirinya, sesungguhnya dia jauh lebih hebat dari apa yang dia pikirkan. Maka kamu hanya perlu tetap disampingnya, peluk dia jika rasa terjatuhnya betul-betul tidak dapat terbendungi, bahkan hapus air matanya. Tolong, buat dia terus semangat, buat dia tetap selalu tersenyum dan bangga telah memiliki dirimu.

Dia punya begitu banyak impian dalam hidupnya, aku mohon jangan pernah remehkan satupun impian-impiannya. Terus dukung yang terbaik dari setiap impiannya. Karena aku tahu, impiannya itu untukmu juga.

Oh, aku lupa. Dia akan suka sekali kalau kamu mau memasakan sesuatu untuknya. Jangan tiru aku yang tidak bisa apa-apa. Untuk pertama sekaligus terakhir kalinya aku hanya bisa membuatkan dia kue yang aku sendiri tidak sempat tahu apa komentarnya. Mungkin tidak enak. Aku tahu diri kalau tidak bisa masak. Tapi kalau kamu juga tidak bisa masak, tetap berusahalah, beri dia keyakinan kalau kamu berusaha untuk membuat makanan spesial untuknya.

Hei, wanita yang ditakdirkan untuk pria yang aku amat sangat harapkan. Jika dalam waktu senggang, cobalah sedikit kamu tatap matanya. Ah, kamu tahu? Dia salah satu pemilik bulu mata yang pasti kamu kagumi ketika kamu juga melihatnya. Sentuh kedua pipinya, usap halus rambutnya, karena sesungguhnya dia suka dimanja. Mungkin dia tidak meminta, tapi biarlah kamu yang melakukannya terlebih dahulu.

Kamu, aku mohon, jangan sampai buat dia kelelahan. Ingatkan dia untuk terus menjaga kesehatannya. Karena tidak jarang dia lupa untuk sekedar makan tepat pada waktunya, atau tidur tepat waktu. Ingatkan dia untuk sering minum air putih, jangan lupa mandi, jangan alpa shalat dan mengaji nya, jangan takut untuk berolahraga, ah kalau kamu tahu betapa kerennya dia ketika dia berolahraga, kamu akan memahami betapa aku jatuh cinta padanya. Dan sekarang dia untuk kamu, maka terus berikan semangat untuknya.

Dan aku mohon, jangan buat dia terbebani dengan banyak pikiran-pikiran negatif. Jangan seperti aku. Buat dia selalu rileks tanpa beban memikirkan tingkah laku burukmu. Buat dia selalu berpikir positif atas apapun dalam hidupnya.

Kalau dia emosi padamu, aku mohon, jangan kau balas dengan emosi yang sama. Entah dia mungkin sedang lelah, entah itu karena kesalahpahaman, tapi percayalah, dia hanya ingin kamu menjadi wanita terbaik untuknya. Maka redakanlah amarahnya, buktikan kamu tidak seperti wanita lainnya yang turut terbawa emosi ketika pria yang dicintainya terluka.

Ketika dia lupa mengabarimu, jangan sungkan untuk memberi kabar terlebih dahulu. Mungkin dia tidak seromantis pria lain yang sering memberi kabar pada wanitanya, tapi percayalah, sesungguhnya dia sedang menunggumu mengabarinya, apakah kamu masih ingat padanya atau terlalu sibuk memikirkan hal lain. Dia mungkin tidak seromantis pria lain yang suka memberikan kejutan dengan benda hal-hal luar biasa, tapi percayalah, dia pria termanis yang pasti beruntung kamu miliki. Dia bisa jadi akan menelponmu tanpa kamu minta, dia yang pertama kali mengucapkan selamat ketika kamu bertambah usia, dia yang akan tiba-tiba mengajakmu untuk bertemu, dia yang akan menenangkanmu pertama kali ketika kamu mulai menangis, dia yang menyediakan bahu nya untuk kau sandarkan dengan sukarela. Ah, hal apa lagi yang dibutuhkan seorang wanita pada pria yang dicintainya? Sungguh beruntung sekali kamu. Tolong, jangan sia-sia kan dia.

Dia mungkin tidak sehangat pria lainnya, tapi percayalah setiap tatapan, senyumnya, genggaman, pelukan darinya itu lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa dia betul-betul mencintaimu dan berharap kamu lah yang terbaik untuknya.

Kamu, boleh aku minta satu hal lagi? Tolong hormati dia, sebagaimana dia yang menjadi akhir dari perjalanan hidupmu. Hormati dia sebagaimana kamu juga menghormati ayahmu, dengan tidak berkata kasar, mencium tangannya, laksanakan perintahnya apabila itu baik dan masuk akal, jangan sekali-kali menyakiti hati nya. Aku mohon.

Hai, kamu yang kini telah bersama pria yang aku sendiri sampai saat ini tidak dapat memunafikkan diri sendiri bahwa aku masih mencintainya. Jika kamu membaca, bisakah kamu lakukan satu hal ini untuk ku?
Datanglah padanya, tatap matanya, peluk erat dirinya dan bisikkan padanya bahwa kamu begitu beruntung, bahagia memilikinya, betapa kamu begitu mencintainya.

Jangan khawatir. Percayalah, kamu yang terakhir untuknya. Bukan aku.
Dan aku juga akan bahagia.
Untuk mu dan untuk pria mu yang juga aku cinta.
Setidaknya sampai saat ini.

Minggu, 02 November 2014

Buatku, Kamu, dan Waktu-Waktu yang Berjalan - 20

"Perahu kertas ku kan melaju,
membawa surat cinta bagimu,
kata-kata yang sedikit gila, 
tapi ini adanya..."

Hai, kamu.
Apa kabar? Senang bertemu denganmu lagi,
Sumpah. Bahagianya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

***
Agam, Sumatera Barat, 24 Agustus 2012.

"Disini hujan dari pagi. Jadi agak molor kesananya,"
Hening sejenak.
"Iya, nggak apa-apa kan ya? Jalanannya juga agak becek, jadi nggak berani ngebut kesana. Tunggu aja ya. Sebentar lagi."
Percakapan dosenku dengan temannya via telepon selesai. Iya. Hari ini aku ikut dosenku untuk membantu penelitiannya. Hitung-hitung bisa sekaligus menjadi bahan penelitian aku juga.

"Ya, disini emang begini cuacanya. Nikmatin aja."celetuk dosenku yang merangkap guide selama perjalanan 3 hari 2 malam ini. "Iya sih. Tapi enak banget belum banyak polusi," balas dosenku.
"Di Padang nya mah nggak lho. Biasalah, ibu kota."

"Perahu kertas mengingatkanku,
betapa ajaib hidup ini,
mencari tambatan hati, 
kau sahabatku sendiri..."

Radio di mobil memutar lagu ini dan dosenku justru sudah tahu lagu ini. Aku juga tahu, ini pasti lagu Perahu Kertas yang memang lagi booming filmnya, aku juga sudah pernah baca bukunya. Tapi aku belum pernah dengar lagunya seperti ini.

"Siapa yang nyanyi, bu?" tanyaku.
"Maudy Ayunda. Perahu Kertas, Udah nonton filmnya belum? Bagus lho."
"Belum sih, bu. Tapi udah pernah baca bukunya."
"Oh, pantes, Keliatan sih doyan baca. Hahaha."
Baiklah, dosenku yang ini memang jauh lebih gaul. Mungkin karena usianya juga.

"Ku bahagia, kau telah terlahir di dunia,
dan kau ada, di antara miliaran manusia
dan ku bisa, dengan radarku,
menemukanmu."

Kamu.
Aku suka banget sama buku ini, tapi saat itu aku belum nonton film nya. Sumpah, aku suka banget buku ini.

Aku tersenyum sedikit. Tapi aku belum menemukanmu.
Kamu dimana? Sedang apa? Entah mengapa, aku masih punya perasaan yang sama. Belum pernah hilang dan tergantikan dengan perasaan yang lain.

Sepulangnya, aku langsung mencari lagu tersebut dan mendownloadnya. Fix sudah menjadi teman tidurku paling ampuh selama beberapa bulan.
Dan aku tidur dengan air mata. Bukan menangis meratapi, tapi lagu itu seperti penyemangat buatku.
Iya, aku mencari-cari orang yang bisa aku sukai, dan itu justru sahabatku sendiri, kamu telah terlahir di dunia dan ada diantara miliaran manusia.

Betul-betul penyemangat. Kamu pasti ada. Kamu pasti tidak hilang entah kemana.
Kamu pasti bisa aku temukan. Tunggu aku selesai kuliahku dan aku akan punya waktu lebih banyak lagi untuk mencarimu.

***

"Ku bahagia, kau telah terlahir di dunia,
dan kau ada, diantara miliaran manusia
dan ku bisa, dengan radarku,
menemukanmu..."

MP3 di handphone ku memutar lagu itu kembali. Ah. Hari ini hujan. Dan aku lagi-lagi tidak membawa payungku. Siapa peduli? Toh, aku juga lebih menikmati tubuhku terkena hujan. Rasanya bebas. Bahkan aku tidak peduli seandainya aku menangis pada saat ini. Hujan teman terbaikku, dia menutup raut wajah sedihku dan membaurkan air mataku yang jatuh dengan dirinya.

Dan lagu itu pula yang aku nyanyikan untukmu, pertama kalinya ketika aku kembali dipertemukan denganmu.
Lagu yang aku nyanyikan berulang-ulang ketika pertama kali aku betul-betul bertemu denganmu secara langsung. Hingga aku menangis.
Bahagia.
Didepanmu.

Aku benci mengakui satu hal ini, aku benci setiap kali keluar dari stasiun, kudapati gedung pusat perbelanjaan tempat aku sering bertemu denganmu. Aku benci setiap kali melewati jalan dari sana menuju rumahku, karena itu jalan yang sama setiap kali aku hendak pulang bersamamu. Aku benci melihat tempat makan dimana aku dan kamu sering menghabiskan waktu, menceritakan banyak cita-citaku, cita-citamu tentangku, tentangmu, semuanya.
Hingga belakangan ini aku selalu menolak untuk pergi keluar, dengan keluargaku sekalipun. Aku takut, jika setiap tempat yang akan aku tuju akan mengingatkanku padamu. Apapun itu.

Ah. Dan kali ini aku mengingat kembali, aku selalu mengejar waktu hanya sekedar untuk bertemu denganmu. Disela-sela waktu kerjaku, aku mengejar waktu habis-habisan. Iya. Waktuku untuk bisa bertemu denganmu itu langka dan selalu aku nanti-nantikan.
Aku tidak mau kamu menunggu aku, Aku tahu kamu pasti tidak suka. Biarlah aku yang menunggu kamu, toh selama ini pula aku yang terus-terusan menunggu kamu. Mencoba mencari kamu, menunggumu barang satu jam atau dua jam, jelas itu belum seberapa.
Aku selalu buru-buru, setiap kali kamu punya waktu luang untuk bertemu. Berharap kereta kali ini yang membawa aku pulang kembali ke kotaku tidak mengalami gangguan atau tepat jadwal. Mengecek handphone ku setiap beberapa menit, sekedar memastikan, kamu tidak mengirimkan pesan betapa bosannya kamu menunggu aku.
Iya. Aku khawatir kamu yang menunggu aku. Biar aku saja yang menunggu kamu.

***

Bogor, 06 Juni 2014

Waktu itu, aku juga pernah selepas dari kampusku, sekedar menemani temanku untuk menghadiri kegiatan job fair, dan pada saat yang bersamaan, kamu punya waktu luang untuk bertemu denganmu. Iya, katamu, kamu mau menemani aku belanja keperluan sehari-hariku.

Aku selalu menantikan. Selalu.
Kehilangan kamu selama ini membuatku selalu mencoba untuk tidak akan pernah menolak untuk bertemu kamu dan membuatmu hilang kembali dalam hidupku.
Aku mengiyakan. Tentu saja aku senang. Aku bahagia bisa bertemu denganmu lagi hari ini. Meskipun hanya sekedar menemani aku untuk belanja kebutuhanku.

Jam 12.00, temanku mengajak aku untuk makan siang terlebih dahulu, dan demi menghargai dia (karena rumahnya pun jauh), aku juga mengiyakan. Aku janji bertemu denganmu selepas Ashar, kurang lebih jam 16.00.
Jam 12.40 aku selesai makan, dan temanku minta ditemani terlebih dahulu untuk menanyakan reservasi hotel dekat kampus, karena sebentar lagi dia akan wisuda. Baiklah, aku pikir, masih ada waktu, toh dia juga teman baikku selama kuliah.
Jam 13.30, urusan sudah selesai, masih ada waktu untuk mengejar waktu supaya kamu tidak menungguku. Semoga jadwal kereta tidak molor, semoga tidak ada gangguan.
Jam 13.50, Tuhan. Macet. Bogor saat ini jauh lebih menyebalkan  macetnya. Dan macet kali ini, diluar sepengetahuanku. Aku juga sudah lama tidak kesini.
Jam 14.10, Ya Tuhan, ini belum ada setengah perjalanan menuju stasiun Bogor. Biasanya, selama aku kuliah, semacet apapun hanya menghabiskan waktu 40-45 menit.
Jam 14.20, terus-terusan aku mengecek handphone, khawatir kamu sudah siap, sedangkan aku masih ada di kota lain.
Jam 14. 45, baru sampai setengah perjalanan. Sungguh muak rasanya.
Jam 15. 10, 15.15 akhirnya sampai stasiun yang dituju. Sebentar lagi Ashar, atau bahkan sudah Ashar. Aku segera menuju kereta tujuanku, ah, ini akan menghabiskan waktu untuk melewatkan 4 stasiun sampai stasiun tujuanku. Semoga kamu tidak menungguku.
Ah, sialnya, kereta gangguan. Aku tidak peduli, aku memilih pindah ke kereta sebelah yang sudah penuh, lebih baik aku berdiri, daripada membiarkan kamu menungguku.
Pada saat itu juga aku selalu mengecek handphoneku, mengabarkan bahwa sebentar lagi aku sampai.Supaya kamu tidak perlu khawatir.

"Tak kan pernah ada yang lain di sisi,
segenap jiwa hanya untukmu,
tak kan mungkin ada yang lain di sisi,
ku ingin kau disini, tepiskan sepi bersamamu,
hingga akhir waktu..."

Perempuan sebelahku, mungkin mendengar musik dengan volume yang cukup besar karena sekalipun dia menggunakan headset, masih bisa terdengar olehku.
Ah. Iya.Tidak ada yang lain. Seperti lagu itu. Tidak ada yang lain, yang aku lakukan semuanya untukmu.

Jam 15.57, 3 menit lagi, aku bergegas keluar kereta, keluar dari stasiun, buru-buru. menuju mushalla tempat janji untuk bertemu, melaksanakan shalat Ashar terlebih dahulu. Aku harap, semoga kamu belum menungguku.
16.20, aku selesai. Menelponmu, menanyakan kamu ada dimana. Telepon pertama tidak terjawab. Semoga belum menungguku, biar aku yang menunggu.
Aku telpon lagi, menunggu, menunggu kamu menjawab teleponku.

Kamu baru bangun tidur.

Rasanya aku ingin menangis.

Menangis karena lega, kamu belum menungguku. Aku tidak marah padamu, aku tahu rasanya menunggu yang jauh lebih lama itu seperti apa dan ini belum seberapa.
Biar aku yang menunggu kamu. Jangan kamu yang menunggu aku.

***

"Geogi isseojwoseo geuge neoraseo,
gakkeum naege joyonghage angyeojueoseo,

naneun itjanha jeongmal namgimeobsi gomawo,
neoreul ttaraseo siganeun heureugo meomchwo,

Mulkkeureomi neoreul deullyeodabogon hae,
neoreul boneun ge naegeneun saranginikka,
neoui modeun sungan geuge nayeosseumyeon joketda,
saenggangman haedo gaseumi chaolla naneun ontong neoro..."

Ni modeun sungan nayeosseumyeon..."

[English Translation]

"Because you stayed there, because it’s you,
Because you sometimes quietly lean on my shoulder,
I’m really, wholly thankful,
Time flows and stops with you,

Sometimes, I gaze at you,
Because for me, looking at you is love,
Every moment of you, I hope it’ll be me,
Just thinking of it overwhelms me, filling me with you...

Every moment of you, I hope it’ll be me..."

Hujan. Kamu sedang apa?
Kamu tidak perlu repot-repot mengingatkanku untuk berteduh dahulu supaya tidak kehujanan. Toh kali ini siapa yang peduli?
Kamu tidak perlu repot-repot mengingatkanku untuk bergegas mandi sesampainya di rumah, supaya tidak masuk angin karena kehujanan. Toh kali ini siapa yang peduli?
Aku benci.
Aku benci kota ini. Membuatku takut menghadapinya. Membuatku takut untuk kemana-mana.
Rasanya aku ingin memilih keluar dari sini.
Mungkin iya untuk melarikan diri, tapi yang utama justru supaya kamu tidak lagi dibayang-bayangi oleh aku yang tidak tahu diri ini.
Kenangan tentangmu, tidak akan semudah itu aku hapus dan kubuang jauh-jauh. Kamu terlalu berharga buat aku. Kamu terlalu aku perjuangkan.
Selama itu.

"Kamu benci sama aku?"
"Iya. Kamu baru tahu?"

Ah, kamu tahu, hal paling menyedihkan lainnya selain dilupakan?
Ketika orang yang kamu cintai dan kamu pikir dia juga mencintaimu ternyata berkata bahwa dia membencimu.

Datang, membuat nyaman, lalu pergi.
Ah, ketulusan tidak setega itu, bukan?
Aku yang salah, Aku yang salah telah memaksamu untuk juga mencintai aku.

Hai.
Sudah hampir berapa bulan ya?
Betulkah kamu ingin aku melupakanmu selama-lamanya?
Betulkah kamu ingin aku menghapus semua apa yang aku perjuangkan selama ini begitu saja untuk selama-lamanya?
Betulkah kamu ingin mencintai orang lain, bukan aku, untuk selama-lamanya?
Betulkah kamu tidak ingin melihatku, tidak peduli, atau mengetahui kabarku lagi selama-lamanya?
Betulkah kamu membenciku untuk selama-lamanya?

Aku mungkin memang melakukan kesalahan dan anggap aku pembohong dan pengkhianat bagimu.
Tapi aku tak pernah membohongi dan mengkhianati perasaanku padamu.

Hai.
Selamat tinggal.
Aku tahu itu sulit. Tapi, iya, jika Tuhan tidak menghapuskan kenangan aku denganmu, semoga Dia menghapuskan perasaanku padamu.
Seperti kamu yang tidak lagi punya perasaan padaku.
Selama-lamanya.

***

Nb : Thanks untuk lagu Perahu Kertas - Maudy Ayunda (salah satu dari banyaknya lagu yang paling, paling, paling aku suka pakai banget), Hingga Akhir Waktu - Nineball yang kebetulan aku dengar waktu itu pas remake versi Gita Gutawa, dan Every Moment Of You - Sung Si Kyung.

For link :
Perahu Kertas (MV) - Maudy Ayunda

Hingga Akhir Waktu (MV) - Remake by Gita Gutawa

Every Moment Of You (Hangul+Romanized+English Sub) - Sung Si Kyung

Senin, 27 Oktober 2014

Serenade in Retrouvailles

Bahkan sampai sekarang, perasaan dipertemukan kembali denganmu masih tersimpan. Rapi. Hangatnya pun masih mampu aku rasakan. Apa yang aku lakukan setelahnya, rasa tangisan yang bahkan sampai sekarang belum hilang, rasa sujud pada Tuhan betapa aku berterima kasih padaNya amat sangat.

Masih aku simpan. Rapat-rapat.

Ah, bagaimana mungkin aku bisa membuangnya begitu saja? Bagaimana mungkin aku mampu menghapus, kecuali jika memang aku ditakdirkan hilang ingatan? Sumpah. Itu hal yang sulit untuk kulakukan. Karena, tahukah kamu betapa aku amat sangat bersyukur saat dipertemukan?

Rasa hati yang berdebar saat pertama kali kembalinya aku dipertemukan walau hanya lewat tulisan. Rasa lega yang aku sendiri belum pernah rasakan sebelumnya hingga aku berpikir, "dia masih ada", Aku menangis sekaligus tersenyum pada waktu yang bersamaan pada waktu itu.
Kamu pikir aku mampu melepaskan semua perasaan itu?
Kamu pikir aku saat ini telah berhasil menjadi sosok yang 'baik-baik saja'?


Would you be sad, If we never met again?
Right. Maybe, you wouldn't.

Do you miss me?
Aku pernah berikan pertanyaan itu berkali-kali padamu dan saat ini,
aku yakin kamu tidak lagi merasakannya.
Padahal bagiku, sampai saat ini, aku masih merasakannya. Sama. Tidak berkurang sedikitpun.

I think, one of the saddest things is when two people really get to know each others : Their secrets, their fears, their favorite things, what they love, what they hate, literally every thing, and then they go back to being strangers.
It's like you have to walk pas them and pretend like you never knew them, never even talked to them before, when really, you know  every thing about them.

Dan itulah yang terjadi saat ini.
Kamu telah menjadi sosok yang asing bagiku, hilang, menghindar, dan sukses membuatku terpuruk.
Betul-betul seperti diangkat tinggi-tinggi lantas dibanting sekuat tenaga.
Sakit.

Tapi sampai saat ini pula, mengingatmu masih membuat hatiku terasa hangat.
Sekalipun itu tidak berlaku padamu.

Aku. Kamu. Dan waktu-waktu yang berjalan.
Kita dipertemukan, kemudian kamu menghilang, lantas bertahun-tahun aku terus berharap dan berdoa, dan Tuhan perkenankan kembali untuk dipertemukan yang kedua kalinya.
Dan waktu pula yang berikan rasa bahagia itu dalam sekejap. Lantas kamu kembali menghilang untuk yang kedua kalinya.
Tanpa memandang aku lagi.
Tanpa tahu aku terjatuh amat sangat.

Tidak ada pasangan yang 100% sempurna. Dan seingin apapun aku menjadi wanita yang sempurna, aku tidak akan pernah bisa. Dan semoga kamu tahu, aku selalu berusaha untuk menjadi wanitamu yang sempurna bagimu. Begitupula aku memandangmu.


"Geunyang geureon nari
inneun geot gata
Geunyang gapjagi neomu
saenggangnaneun nal

Nalssiga heurin geotdo aninde
Sureul masin geotdo aninde
Teukbyeolhan eumageul deutgeona
Nugul mannan geotdo aninde

Yeollin changmun teum sairo
Bureooneun bombarami
Neoreul naege deryeowa noko
Gyesok neoreul saenggangnage hae

Neoneun eodiseo mwol haneunji
nae saenggak gakkeum naneunji
Ireon nari gyesok itgetji
nunngamneun nalkkaji

Oneulttara ne saenggagi cham manhi nanda
Gaseume sseulsseulhan barami tto bunda
Oneulttara ne moseubi cham bogo sipda
Geu balgeun misoga tto areungeorinda

Sarangi jeomjeom gipeogatji
Chamaboryeogo aereul sseotjiman
Mamdaero doejiga anhatji
Ohiryeo jeomjeom gipeogatji

Deo isang giri eobseoseo
Igeon jalmotdoengeol araseo
Seoroui gillo doragatji
Geureoke seororeul bonaejwotji

Neoneun eodiseo mwol haneunji
nae saenggak gakkeum naneunji
Ireon nari gyesok itgetji
nunngamneun nalkkaji

Oneulttara ne saenggagi cham manhi nanda
Gaseume sseulsseulhan barami tto bunda
Oneulttara ne moseubi cham bogo sipda
Geu balgeun misoga tto areungeorinda

Nan neol itji motal geon gabwa
Nan neol itji motal geon gabwa

Oneulttara ne saenggagi cham manhi nanda
Gaseume sseulsseulhan barami tto bunda
Oneulttara ne moseubi cham bogo sipda
Geu balgeun misoga tto areungeorinda"


[English Translation]

"Guess it’s just one of
those days
The days when it all
comes back

It’s not like the weather is grey
Not like I drank too much
Not like I heard some special music
Or got in touch with someone

Through the open window
The warm spring breeze blows through
The breeze brought you here before me
And makes me think of you

Wondering where you’re at, what you do,
if you think of me
These days will yet still come,
it’s what I put myself through

On days like today, I think of you a lot
The lonely wind sweeps through my heart again
On days like today, I miss you a lot
Your bright smile lingers now and then

Love continued to grow
Though I tried so hard to deny
It just did not work out
Love only deepened, don’t know why

There was no way out
Knowing it was wrong, no doubt
We returned to where we started
That’s how we parted

Wondering where you’re at, what you do,
if you think of me
These days will yet still come,
it’s what I put myself through

On days like today, I think of you a lot
The lonely wind sweeps through my heart again
On days like today, I miss you a lot
Your bright smile lingers now and then

Guess I’ll never forget you
Guess I’ll never forget you

On days like today, I think of you a lot
The lonely wind sweeps through my heart again
On days like today, I miss you a lot
Your bright smile lingers now and then"


Ketika melihat namamu saja, hatiku masih berdebar. Hangat.
Ketika melihat fotomu saja, hatiku merindu lebih banyak lagi.
Ketika melihat tulisanmu saja, hatiku tahu, aku masih mencintaimu.

Kamu.
Kamu memintaku pergi dari kehidupanmu?
Kalau itu maumu, aku akan lakukan. Tapi boleh kuberitahu satu hal?
Aku tidak mau lari dari kenyataan.
Aku bukan pembohong dan pengkhianat terhadap perasaan aku sendiri.
Aku tidak pernah bersikap munafk pada orang yang aku doakan habis-habisan selama ini.
Tapi kalau itu buat kamu bahagia, baiklah.

Aku akan terus mencoba mencari cara agar keluar dari hidupmu, keluar dari kota ini, keluar dari keberadaanmu.
Agar kamu bahagia.
Agar kamu tanpa bayang-bayang aku lagi.
Agar hatiku membeku dan tidak lagi hangat saat mengingatmu.
Seperti yang kamu inginkan dariku.


***

Nb :
*Serenade (english) : aliran musik yang dinyanyikan untuk seseorang yang spesial di hati. Lagu-lagu dengan aliran Serenade adalah lagu yang menggambarkan suasana hati pencipta sekaligus penyanyi lagu tersebut

*Retrouvailles (france) : istilah untuk menyebut perasaan bahagia seseorang ketika akhirnya bertemu kembali dengan seseorang setelah sekian lama.

***

Thank you 2AM. New MV and I immediately love this song. Very recommended.

For link :
2AM - Days Like Today (MV)
2AM "오늘따라(days like today)" M/V

2AM - Days Like Today (Hangul + Romanization + English Sub)
2AM- Days Like Today (Hangul + Romanization + English subs)

Senin, 13 Oktober 2014

Tainted Love

I just want to be ok.
But I’m not. I’m not ok.
I’m not ok with missing you every second, of every minute, of every hour. How every day gets worse and worse.
I’m not ok with fighting back these tears just to lose the battle. Over and over again.

Ever since we met, I’ve known that you’re special. That the way we talk and laugh around each other is different than everybody else. That I will never meet anyone I can trust as much as I trust you. And I think most people search their whole lives to find what I’ve already found.

I’ve fallen for your laugh, which is utterly contagious. I’ve fallen for your smile, which makes me giddy for no reason at all. I’ve fallen for our late night talks, when 1:00 am arrives far too quickly. I’ve fallen for our jokes, which I’ll remember days later and burst into laughter. I’ve fallen for how you can make my day better, even if I wanted to cry a minute before. I’ve fallen for every second I get to spend with you, even if those seconds will always leave me wanting more.

I’m not ok with knowing that you once loved me just as much as I loved you.
But things simply didn’t work out.
I’m not ok with looking in the mirror wondering who I am. Because you took what little was left of me.
I’m not ok with having you constantly on my mind. Wondering if I’m on yours too.

When I’m with you, I act different. In a good way. I smile more and laugh more. I don’t have to pretend everything is ok when it’s really not. With you, I can drop the fake smile and put on a real one.
I don’t feel hurt and alone when I’m with you.
Instead, I feel safe and loved. You’re easy to talk to, and you listen me. I don’t have to worry about holding back with you.
I don’t feel self conscious. I don’t ever feel insecure or sad, you show me that you really do care, and you’re not just pretending. I really appreciate your company, because with you, I’m different.
With you. I’m happy.

I’m not ok with being shattered and broken on the ground.
Calling out for you but I know you won’t come to save me.
I’m not ok with drowning my sorrows every night. Hoping to one day see you again.
I’m not ok with still being in love with you. Wishing that you were in love with me too.
I’m not ok with still wanting you. Even after all this time.

I’m not perfect. I will annoy you, piss you off, say stupid things, then take it all back. But put that all aside, and you’ll never find a person who cares or loves you more than me.
I’m not ok with watching my pieces fall around me like snow. The ashes of a once passionate flame.
I’m not ok with you leaving. Reminding me of what its like to be alone.
I can feel myself starting to fall apart again.
And the truth is, I don’t know how to fix it.
I don’t know how to fix me.
You’ve always been the best at doing that. But you walked away. And I didn’t have to courage to ask you to stay. Maybe that’s just something I’ll always regret.

I’m not over you just yet, I cannot hide it. You’re not that easy to forget.
I might have erased your texts but I will never forget what you wrote. We might have stopped talking but I will never forget your voices. We might have stopped hugging, but I will never forget your smell. Anything we did, I will never forget.

I hope one day you will realize I did truly care for you. I promise you’re gonna miss me being there, putting up with you, refusing to give up in you. You’re gonna regret everything You’ve done to me, including all the damage you’ve caused.
And someday, you’ll turn back and I won’t be waiting for you any longer. I might have been worthless to you, but you’ll miss me, when I become priceless to another.

I know there are other people, but I don’t want anyone else. I want you. Even when you’re sad, even when you make mistake, even if we don’t agree at times. I still just want you. Just because we can’t be together doesn’t mean I won’t love you.
Even if we can’t be together in the end, I’m glad that you were a part of my life.

But, I want you to be happy. And if it’s not with me that’s fine, I always try. Because you’re the only person I have loved enough to put before my self.
Seeing you happy, makes me happy, and that’s what love is, right?

I’m not ok, dear. Now. But I know, someday I’ll be ok.

***

Nb : Tainted Love (n.) is love you have for a person that is so deep and feels like it should last forever, but it can't for some complicated, unfair reason.

Sabtu, 04 Oktober 2014

Akhir Senja di Pengantar Idul Adha

Hai senja.
Hari ini aku ingin menikmatimu, ditemani semilir angin, ditemani warnamu. Aku harap, jikalau aku menangis lagi kali ini, semoga ini tangisan yang menguatkan, Tangisan yang esok harinya membuat aku jauh lebih baik lagi. Di hari raya.
Karena aku sendiri sudah lelah menangis, senja.

Hai senja, bulan ini bulan yang berat buatku. Aku seharusnya juga malu, menangis dihadapan Tuhan hanya karena beberapa masalah sepele tentang sesuatu yang bernama perasaan. Padahal di luar sana ada banyak orang yang menghadapi permasalahan jauh lebih berat dariku, jauh lebih menyakitkan dariku, jauh lebih menyesakkan dada dibanding aku. Tapi senja, aku lemah. Rasanya aku betul-betul lemah. Boleh aku menceritakannya padamu?

Senja, orang yang aku sayang kini meninggalkanku, dengan alasan yang dengan cara apapun aku berusaha meyakininya tidak akan berpengaruh apa-apa. Sekalipun itu aku harus menerima anggapan salahnya dia terhadapku, aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Dia meninggalkanku dengan begitu mudahnya, menganggap setiap kali aku berhubungan dengan teman-temanku yang lawan jenis adalah salah satu bentuk pengkhianatan dan melukai hatinya. Apa aku salah? Tidak bolehkah aku berteman dengan lawan jenis? Apa aku salah? Setiap kali aku dekat dengan lawan jenis maka pada saat itu aku dianggap wanita yang centil, pecicilan, bahkan pembohong besar?

Padahal sedikitpun aku tidak punya perasaan apapun dengan mereka. Padahal yang aku justru bersyukur setiap kali ada orang-orang yang mau menganggap aku ada, berteman dengan mereka, berbagi pikiran dengan mereka.

Aku hanya tahu rasanya tidak punya teman, senja. Dan aku tidak pernah mau menyia-nyiakan setiap kali ada yang mau berteman dengan ku. Itupun juga dengan syarat, aku juga kenal dengan mereka, tidak setiap lawan jenis yang aneh-aneh pun aku terima keberadaan mereka. Bahkan untuk dekat dengan lawan jenis pun sesungguhnya aku tidak terlalu suka. Teman-temanku pun tahu itu. Berbincang-bincang atau tertawa cekikan dengan yang bukan lawan jenis pun tidak pernah terlintas dalam keinginanku. Hanya alakadarnya. Sungguh. Teman-teman yang paham aku pun tahu itu,

Padahal diluar sana jauh lebih banyak yang lebih centil dan pecicilan. Jadi seperti mereka pun tidak pernah terlintas dalam pikiran aku.

Tapi senja, dia tidak peduli. Yang dia lihat hanya aku telah melakukan kesalahan baginya. Dan itu fatal. Maaf senja, aku menangis lagi.
Aku menyimpan perasaan untuknya selama bertahun-tahun, dia balas perasaanku dengan "kesempatan". Dan baginya kesempatanku sudah habis. Kepercayaannya habis, padahal aku..

Bahkan disaat dia entah ada dimana, aku percaya suatu saat dia akan ada kembali dan tidak hilang lagi.

Tapi kepercayaan dia untukku sesederhana itu. Aku fix dibuang dari kehidupannya. Tidak peduli dengan apapun yang sudah aku usahakan, aku perjuangkan. Aku tidak pernah sedikitpun menyalahkannya hingga menganggapnya pembohong atau pengkhianat. Berpikir untuk meninggalkannya pun tidak. Melakukan apapun yang dia inginkan terhadapku, menyanyikan lagu-lagu untuknya, menghormatinya setiap kali bertemu, ditinggal sendiran sedangkan ia justru tertidur, menunggu nya hingga kapanpun sampai dia ingat untuk menghubungiku, mendengar keluh kesahnya, memberikan semangat setiap awal hari, tidak menuntutnya satupun dengan kondisinya saat ini. Tapi semua itu hilang tanpa bekas. Lenyap. Tidak dianggap.

Bahkan ketika aku menangis dihadapannya pun, dia hanya tersenyum seakan-akan aku lawakan bagi dia.

Senja, tidak. Aku tidak benci dia. Sungguh. Aku justru masih punya perasaan yang sama padanya, hanya saja aku harus sadar, bahwa aku tidak ingin menangis lagi dihadapannya. Aku ingat pada kata-kata Ali bin Abi Thalib r.a, "Jika seorang wanita menangis karena disakiti oleh pria, maka setiap langkah pria tersebut dikutuk oleh para malaikat."
Justru karena dia orang yang baik, aku tidak mau menangis lagi. Sekalipun aku sedih, sekalipun aku tahu ini sakit. Tapi aku menyayanginya, aku menyimpan perasaan yang bukan cuma sebentar untuknya. Aku tidak pernah menyesal telah mencintainya. Aku pelakunya, aku yang melakukan ini semua. Bukan dia.

Ah, senja. Tapi lagi-lagi aku menangis. Payah.

Sungguh aku tidak membencinya. Aku tetap mengharapkan semoga Tuhan senantiasa jaga dia, berikan yang terbaik untuk hidupnya, doaku sungguh tak pernah berubah. Sekalipun aku diperlakukan begitu. Sekalipun akupun tidak munafik merasakan sakit.
Aku juga tidak mau menganggap bahwa aku tidak akan pernah mau lagi kembali dengannya. Bukan, bukan berarti aku masih mengemis-ngemis perasaan padanya. Mungkin iya aku berharap, tapi aku lebih memilih mundur.
Karena aku sadar, takdir Tuhan siapa yang tahu? Dia maha membolak-balikan hati manusia. Dan banyak teman-temanku pun begitu. Ditinggalkan, tapi sesungguhnya pada saat itu juga menyadari bahwa mereka saling membutuhkan satu sama lain.
Siapa yang tahu?
Biar waktu yang mengungkapkan siapa sesungguhnya masing-masing dari kita.

Senja, besok Idul Adha.
Aku juga kangen nenekku. Lagi.
Mungkin kalau ada beliau saat ini, beliau akan bantu aku untuk mendengar banyak cerita-ceritaku. Menyemangati aku yang saat ini disahkan dokter terkena penyakit paru-paru. Bagiku, beliau tempat terbaik berbagi cerita dibanding anggota keluarga ku yang lainnya.

Beliau yang meyakini aku untuk berkuliah di Bogor.
Beliau yang setiap kali aku makan selalu melihatku sambil bersenandung.
Beliau yang bahkan masih sempat mengingat aku setiap kali membeli makanan apapun itu.
Beliau yang selalu menanyakan kehadiran aku lebih awal dibandingkan cucu-cucu lainnya.
Beliau yang selalu percaya bahwa aku pasti dapat peringkat terbaik di sekolah dan cucu terpintar diantara cucu-cucu nya.
Beliau yang memasang setiap foto cucu-cucunya dibanding memasang foto anak-anaknya.
Beliau yang selalu mengelus-elus pundakku setiap kali aku tidur disampingnya sekalipun aku sudah berumur 20an.
Beliau yang tidak pernah mengeluh dengan penyakitnya,
Beliau yang selalu akrab dengan tetangga-tetangganya.
Beliau yang selalu menanyakan, "sudah ngaji juz berapa?"
Beliau yang bahkan meminta maaf pertama kali ketika aku kesal dengan anaknya.
Beliau yang tak pernah absen hadir setiap undangan acara dari teman-temannya.
Beliau yang berkata, "kalau nanti kamu kerja, traktir nenek ya." tapi aku belum sempat lakukan itu.
Beliau yang meninggalkan buku-buku agama untuk ku saat beliau tiada.
Beliau yang punya cita-cita naik haji dan pada saat tahun kesempatannya beliau, Allah memanggilnya.
Beliau yang selalu mengajak aku untuk bertakbir setiap kali mulai berkumandang di malam menjelang hari raya.
Beliau yang selalu membangunkan aku setiap kali hendak shalat hari raya.
Beliau yang justru hanya menanyakan aku dan ibuku di menjelang kepergiannya.

Sungguh aku merindukannya,
Aku ingin berterima kasih untuknya atas semua yang dilakukannya padaku.
Aku ingin berterima kasih telah melahirkan orang luar biasa kuatnya yang kini adalah ibuku.
Aku ingin berterima kasih telah memberikan kepercayaan luar biasa dengan menganggapku sebagai cucu terbaiknya.

Senja, maaf. Aku menangis tak tertahankan lagi.
Aku kehilangan dua orang yang aku sayangi itu dan aku merindukannya saat ini.


Amu junbido haji mothan chae
ddeonaryeoneun neoui nunape seoseo
geu eoddeon maljocha
haji mothae geujeo sonman heundeuleo
jalga son heundeuleo
banjjakineun neoreul hyanghae

Budi haengbokhagil
eonjena geudae neul bichi naneun saramigireul
misoro annyeong jogeum deo himeul nae ijeneun annyeong jal ga
uri ije

Annyeong nae sarang nae sojoonghan sarama
haessalcheoreom ddeugeobgeman mal anajoon geudaeyeo
du noon gadeukhi neol bomyeo annyeong
hwanhage useumyeo

Annyeong jal ga sojoonghan sarama
areumdabge banjjakimyeo nal bichwijoon geudaeyeo
annyeong nae sarang neol bomyeo annyeong,
jogeum deo neol bomyeo annyeong


English Translation :

I wasn't even ready but before my eyes
You are about to leave
I couldn't say anything
So I just waved
So long, I wave
Toward the shining you

Goodbye my love, my precious person
You always warmly hugged me
I fill my eyes with you as I say goodbye
I look at you a little bit more as I say goodbye

I hope that you'll be happy
I hope that you will always be a shining person
Saying goodbye with a smile. Let's be a little bit stronger
Goodbye now, so long now

Goodbye my love, my precious person
You always warmly hugged me
I fill my eyes with you as I say goodbye
With a bright smile

Goodbye my love, my precious person
You, who beautifully dazzled and shined on me
Goodbye my love. As I look at you, goodbye
I look at you a little bit more, goodbye.




Iya, Selamat tinggal dua orang yang amat kusayangi. My precious person. I hope that you'll be happy, I hope that you will always be a shining person.

Senja, semoga dengan ini aku bisa menjadi wanita yang jauh lebih kuat, senantiasa diberikan yang terbaik dalam hidup. Ini semua untuk menguatkan aku, bukan?
Senja, semoga tangisan ku ini ikut terlarut dengan warnamu. Bawa mereka bersamamu. Karena apa lagi yang bisa kita harapkan dari orang yang meninggalkan kita selain kenangan?

Senja, aku mencintai mereka berdua. Sampaikan salamku pada mereka.

***

NB : Thank you for Taeyeon for this lovely song. Good voice, good lyric, good music, I love this song very much. The title is "Bye", one of the song from ost. Mr Go. Hear it. Enjoy it. Very recommended.

For Link:
Taeyeon - Bye (Hangul + Romanization + English Sub)
Taeyeon - Bye (Hangul & Romanization & Eng sub) [Mr. Go OST]

Jodoh Pasti Bertemu

Musim nikah.
Iya setidaknya akhir-akhir ini saya menemukan beberapa teman saya yang seumuran (ah, saya masih kelahiran 1991 kok) sudah memberanikan diri untuk menikah dengan orang yang telah Tuhan pilihkan untuknya. Hal yang membuat saya merasa, "wow, berani banget udah siap berumah tangga. Gue aja masih sibuk sana-sini nyari pernak-pernik Hello Kitty" tapi sekaligus merasa mupeng, "Ya ampun. Si xxx cantik banget. Pengen banget deh kayak begitu. Gue kapan ya ketemu sama jodoh gue?"

Dilema.

Yah. Saya pernah bilang begini sama beberapa teman saya, "Aaaah teman gue ada lagi yang nikaaaah!!!" Dari sekian banyaknya tanggapan, sebagian besar menanggapi dengan kata-kata, "Aaaah iyaaa. Kita kapan yaaa? Semoga nanti giliran kita yaaa" atau "Semoga kita juga dipertemukan secepatnya yaaa."
Terlalu standar menurut saya. Yah meskipun itu juga termasuk doa juga sih. Dan dari sekian banyaknya orang yang saya kasih statement seakan-akan betapa merana nya hidup saya karena belum seperti para istri dan suami muda yang bahagia itu, saya mendapatkan satu jawaban yang manis. Iya, saya mengakui bahwa itu jawaban yang sederhana dan manis.

"Berarti dia sudah dipertemukan jodohnya sama Allah, Del."

Ah. Nyes banget rasanya pas baca kata-kata itu. Rasanya, beruntunglah orang-orang yang sudah diberikan tempat pemberhentian terakhir atas perasaan cintanya terhadap lawan jenis.
Berat ya bahasa saya? Haha.
Tapi betulan, beruntung sekali orang-orang yang seperti itu.

But, yang saya mau bahas justru bukan tentang bagaimana cara kita untuk mempercepat dapat jodoh atau sebagainya. Ah, saya bukan ahli perjodohan atau ahli-ahli percintaan macam madam-madam yang bikin iklan-iklan. Jadi jangan harap baca tulisan saya untuk dapat wejangan tentang itu. Lah saya juga belum dipertemukan kok.

Oke.
Musim nikah. Dan semua berbahagia. Saya yakin kalau ada yang nikah, wuaaaah semuanya sibuk ngucapin like "Aaaah xxx, selamat yaaa. Barakallah. Semoga jadi keluarga yang samara yaaaa.." atau "Kok nikah nggak ngundang-ngundang? Aaaah, semoga berkah pernikahannyaaaa.." atau "Aaaah, kamu cantik bangettt, si xxx juga ganteng. Selamat yaaa.."
Dan ucapan-ucapan selamat jenis lainnya.

Tapi berhubung saya doyan perhatiin orang lain dan suka melihat dari sisi yang berbeda, jelas saya punya perasaan yang netral. Iya, tidak selamanya semua universe merasa bahagia atas kebahagiaan orang lain, bukan?
Beberapa teman saya, ditinggal nikah sama orang lain. Entah yang dulu memang pacarnya atau orang yang memang diharapkan memang diperjodohkan dengan nya. Mungkin sebagian ada yang menanggapi, "Yaelah, itu sih wajar. Udahlah move on. Berarti dia bukan jodoh lo" dan sejenisnya.

Yaaa, nggak salah sih. Itu betul. Semua sudah terjadi. Orang yang pernah kita sayang atau kita harapkan ternyata berlabuh pada hati orang lain dan nggak bisa diubah kecuali kalau memang Allah mengizinkan dengan rencana lain. Tapi berhubung saya suka melihat dari segi perasaan, saya rasa itu bukan suatu tanggapan yang bijaksana.

Let's see. Teman saya, cowok, saya cuma pantau via kehidupannya saja sih dan nggak akrab malah. Saya kenal dia dari SD yaa karena satu sekolahan. Waktu di SD dia pernah deket sama cewek, ih kalau zamannya dulu masih kecil mah ya katanya cinta monyet tapi entahlah, lihat si cowok dan si cewek ini kayaknya cute aja buat ukuran cinta-cintaan anak kecil.
Tapi saya nggak tertarik nyoba pacaran dari kecil.

Balik lagi ke si cowok. Jadi ceweknya si cowok ini punya geng lah ya. Sebut saja si cowok namanya A, Cewek namanya B, dan salah satu teman si cewek ini C. Ah, namanya perasaan siapa yang bisa tahu akhirnya sama siapa. Kadang kita justru sibuk menerka-nerka soal perasaan. Dan seiring berjalannya waktu, si A ini entah karena hal apa putus dengan si B.

Dan ketika SMA, saya satu sekolahan lagi sama dia dan si C. Seiring berjalannya waktu, si A akhirnya jadian sama C. Iya, si C yang dulu se-geng sama si B. Beuuuh, sampai di anggap couple of the year karena anteng banget perjalanan cinta mereka berdua. Yaaa saya ngeliatnya sih manis aja. Bahkan sepengetahuan saya (atau kepo? Hahaha) mereka anteng sampai kuliah karena kuliah pun universitasnya pun ditakdirkan sama.

Sekilas saya pikir, ah jadi nih-jadi nih. Tapi Tuhan berkehendak lain. Saya nggak mau tahu alasan kenapa mereka berpisah dan siapa yang memutuskan tapi intinya, perjalanan hidup cinta mereka tidak berakhir mulus.
Dan, saya dapat kabar. Awal bulan yang lalu si cewek B menikah dengan laki-laki lain yang saya percaya itu pasti jauh lebih baik buat dia, dan awal bulan kemarin si cewek C menikah dengan laki-laki yang juga saya percaya itu pasti jauh lebih baik buat dia. But,

Saya coba bisa ngerasain rasanya jadi si cowok dan si cewek. Lho kok? Kan yang ditinggal nikah si cowok? Kenapa harus si cewek juga?

Oke, sebelum itu, saya kasih kondisi yang lain, yang bukan pacaran ya.
Temen saya yang ini, dulu deket banget sama cowok. Sebut saya yang cewek namanya D dan si cowok namanya E. Dekeeeet banget, dan yah you know lah, naluariah wanita dimana prasangkanya jauh lebih besar dibandingkan kaum pria. Timbul lah harapan bagi si cewek, terus berharap, berharap, hingga di akhir... Si cowok memilih cewek lain dan menikah.

Saya coba bisa ngerasain rasanya jadi si cowok dan si cewek. Iya, keduanya.

Untuk disini, yang pernah jadi pacarnya (si cowok A, dan temen gue si D), siapa sih yang nggak akan merasa "down", pernah punya perasaan yang besar ke seseorang lantas kalaupun sudah tidak ada hubungan apapun lagi, biar bagaimanapun orang itu yang pernah "dipercaya" untuk berbagi perasaan kan? Terlepas dari siapa yang memilih untuk menyudahi atau disudahi, saya yakin, bekasnya pasti ada. Dan ditinggal dalam kondisi biasa saja itu cukup menyedihkan, apalagi dalam kondisi ditinggal menikah.

But, lagi-lagi bukan dari segi yang ditinggalkan menikah saja, tapi dari segi yang menikah juga pasti pernah merasakan nya sebelum mereka bahagia dengan pernikahannya yang telah ditakdirkan Tuhan ini. Anggap begini, si cewek B dan si cewek C yang kita nggak tahu ada alasan apa dari terpisahnya hubungan mereka dengan si cowok A, bisa jadi saat ditinggalkan mereka sedih yang teramat sangat. Tapi Tuhan itu adil, sungguh adil. Maka dia berikan pasangan yang pasti jauh lebih baik dan mampu menggantikan semua sedihnya dia.

Ah, iya. Tuhan itu maha adil. Mungkin saat ini, si cowok A merasa tidak adil, tersakiti karena ditinggal menikah dengan si cewek B dan C. Atau si cewek D ditinggal menikah dengan si cowok E. Tapi bisakah melihat juga, mungkin dulu justru si cewek B dan C yang merasa tidak adil, tersakiti karena ditinggalkan si cowok A.
Terlepas dalam hal apapun.

Dan karena itulah, tidak ada yang salah. Pasti berat rasanya ditinggal menikah, tapi rasakan juga perasaan yang ditinggalkan oleh mu pada saat kamu meninggalkannya. But how, kalau kasusnya ditinggal menikah karena di PHP in doang?
Ah, Tuhan itu maha adil. Mungkin si cowok pun sempat ingin mendekatimu tapi kamu tidak menerimanya dia atau sok jual mahal. Bisa jadi.

So, berbahaya sekali ya yang namanya perasaan itu?
Itulah mengapa terkadang menyerahkan nya langsung pada Tuhan jauh lebih indah dibandingkan tidak. Tapi namanya manusia, siapa sih yang bisa terhindar dari masalah perasaan. Tuhan yang menciptakan hati manusia, membolak-balikannya. Yang tadinya cinta banget bisa jadi benci banget atau bisa jadi balik lagi jadi cinta banget. Rahasia Tuhan jauh lebih indah.

"Lepaskanlah, dan semoga yang lebih baik segera datang untuk menggantikan. Ikhlaskanlah, dan semoga perasaan itu jadi lebih baik daripada saat memiliki." - Menata Hati, Nazrul Anwar

Ini kata-kata bagus yang sama dapat dari seorang kakak kelas (beda jurusan juga sih, mungkin dia juga nggak kenal saya, cuma satu almamater doang). Dan bagi saya, kata-kata ini jauh lebih bagus diperuntukkan bagi mereka yang dikecewakan.

Iya, lepaskanlah. Dan semoga yang lebih baik akan segera datang untuk menggantikan. Mungkin itu adalah salah satu doa dari yang pernah engkau tinggalkan hingga dia akhirnya mendapatkan yang terbaik, maka berdoalah hal yang sama supaya kamu juga mendapatkan yang terbaik.

"Dan bahwasanya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,
dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya),
Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,
dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu),
dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,
dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan,
dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita,
dari air mani, apabila dipancarkan,
dan bahwasanya Dialah yang menetapkan kejadian yang lain (kebangkitan sesudah mati),
dan bahwasanya Dia yang memberikan kekayaan dan memberikan kecukupan..."

-Q.S An-Najm : 39-48-

Iya. Tuhan maha adil. Jodoh pasti bertemu. Bisa jadi dirimu akan berjodoh dengan yang kamu harapkan, bisa jadi dipertemukan dengan orang yang sudah kamu kenal hanya saja kamu tidak perhatikan sebelumnya. Atau bisa jadi dipersatukan dengan orang yang bahkan belum kamu kenal sama sekali. Atau mungkin terpaut usia yang jauh berbeda denganmu. Ah, jodoh itu memang rahasiaNya yang unik.
Untuk yang ditinggalkan, tak apa menangislah, jangan malu. Karena Tuhan juga pasti akan siapkan tawa bahagia untukmu.


Rabu, 24 September 2014

Some Words on the Pieces of Paper From Me To You

"Pada ketiadaan, apa yang sanggup kita hadirkan selain kenangan? Siapa berkehendak menolak atau memilih mimpi? Dan kadang yang Tuhan pilihkan adalah sesuatu yang paling kita hindari. Aku bermimpi lagi tentangmu semalam. Aku sadar, mimpi hanyalah sebatas caramu menghubungiku. Untuk menitip apa yang tak sempat kau pesankan. Atau sekadar menengok keberadaanku. Mencari tahu keadaanku. Tapi tahu kah kau, apa yang paling kutakutkan dari mimpi? Ketika aku terbangun, dan mendapati semuanya sudah berlalu." - Robin Wijaya

Hai, apa kabar?
Masih saja aku menanyakan kabarmu seperti apa. Padahal belum tentu pula kamu memikirkan aku atau merencanakan untuk menanyakan kabarku pun saja, bisa jadi tidak terlintas dalam pikiranmu. Jadi maafkan orang yang tidak tahu diri ini, masih saja memaksakan perasaan orang lain atas dirinya sendiri. Aku tahu kamu juga pasti muak dengan tingkahku, tapi sungguh, aku tidak punya cara, aku tidak punya keberanian lagi layaknya perempuan-perempuan lain yang mungkin akan melakukan cara apapun hanya untuk sekedar mengetahui mengapa semua ini bisa terjadi secepat itu. Sungguh aku tidak seberani itu.

Dan yang aku lakukan hanya menikmati setiap kenangan, karena aku tahu, Tuhan memberikan aku waktu yang tidak singkat untuk perasaan ini dan tergantikan dengan pertemuan yang sangat singkat, justru itu bukan suatu hal yang sia-sia. Dan itu justru membuatku berterima kasih. Aku bahagia. Ya. Bahagia bahwa aku mencintai seseorang dan orang itu juga mencintaiku, walau hanya sekejap. Setidaknya aku bisa merasakan saat-saat dimana penantianku tergantikan dengan setiap detik kenangan indah dari rasa sayang kamu berikan padaku.




Iya. Aku menulis ini, sebagai bentuk bahwa aku betul-betul bahagia telah bertemu denganmu. Sungguh. Aku tahu rasanya menaruh perasaan pada seseorang yang entah bagaimana kabarnya, bertahan dengan ke-sok-pede-an nya bahwa pasti suatu saat Tuhan akan membalas semua yang telah aku usahakan. Dan ketika betul-betul dipertemukan denganmu, sungguh tidak ada kata yang mampu mendeskripsikannya. Lebih dari bahagia. Dan aku harap kamu tahu itu.

Aku tidak menyesal sekalipun saat ini kamu entah dimana lagi. Bukan karena aku malah senang berpisah denganmu, tapi rasa tidak menyesal karena selama pertemuan itu aku bisa menciptakan kenangan-kenangan yang indah dan tidak bisa terlupakan denganmu. Sungguh, Dan aku ingin mengumpulkannya kembali menjadi satu, lalu aku simpan. Sampai suatu saat nanti mungkin kamu membukanya kembali dan mengajak aku bersama-sama menyusunnya secara permanen atau justru orang lain yang membukanya dan membantuku untuk membuangnya secara perlahan. Tapi sungguh aku masih berharap pilihan pertama lah yang akan terjadi kepadaku.




Ya, Terkadang, kita menerima orang lain dalam hati saja, belum tentu di kehidupan nyatanya seperti apa. Dan mungkin bagimu, aku begitu. Kamu menerima aku hanya dalam hati, tapi belum tentu untuk hidup kamu nanti. Bahkan bisa jadi, di hatimu pun saat ini sudah tidak ada aku lagi. Ah, begitu hebatnya waktu. Mampu menghapus segala hal dengan mudahnya. Tapi bagiku, waktu ku sulit untuk melupakanmu.

Katakan saja aku bodoh atau tidak tahu diri. Entahlah. Mungkin aku memang bodoh dan tidak tahu betulan. Terhadap kamu.

"Bahwa perpisahan bukanlah hal yang menyenangkan sekalipun itu harus dilakukan" - Robin Wijaya

Ya. Berpisah denganmu pun bukan suatu hal yang aku harapkan lagi setelah Tuhan berikan kesempatan berharga itu. Tapi rencanaNya memisahkan ku dengan mu lagi bukan suatu hal yang tanpa arti, bukan? Setidaknya pikiran itu membuatku percaya bahwa aku, kamu, mungkin sedang diajarkanNya untuk menjadi manusia yang lebih bijaksana.




Kamu meninggalkanku, lantas aku berusaha untuk meninggalkanmu juga? Tidak. Tidak semudah itu dan aku juga tidak berharap begitu. Aku berusaha untuk memperjuangkannya dari awal, love is worth fighting for, right? Dan aku juga harus memperjuangkannya sampai akhir. But, sometimes you can't be the only one fighting. Lantas kalau kamu tidak mau, aku bisa apa?

Sungguh, pilihan untuk meninggalkanmu itu adalah pilihan tersulit bagiku. Aku tidak mau meninggalkanmu begitu saja.

"Waktu dan jarak akan menyingkap rahasia besarnya, apakah rasa suka itu semakin besar, atau semakin memudar."- Tere Liye

Mungkin biar waktu dan jarak yang akan menentukan sampai kapan perasaan ini akan terus ada padaku. Biar itu berlaku padaku, kamu tidak perlu juga tidak apa-apa.




Biar begitu, izinkan aku tetap berdoa untukmu. Aku berharap Tuhan selalu menemanimu, menjagamu, memberikan kesehatan, kasih sayang, juga melimpahkan rezeki yang banyak untukmu. Semoga hidupmu selalu dalam kebaikan. Melakukan hal-hal terbaik dan mendapatkan yang terbaik pula.

Ingat hukum I Newton? Setiap benda akan mempertahankan keadaan diam atau bergerak lurus beraturan, kecuali ada gaya yang bekerja untuk mengubahnya. Sama seperti hidup, kamu akan tetap diam kalau kamu tidak bergerak. Maka terus berusahalah, semua pasti berubah.

Ingat juga hukum III Newton? Si hukum aksi-reaksi. Seberapa besar usaha (aksi) kamu, maka sebesar itu pula hasil (reaksi) yang kamu dapatkan.

Kamu kuat. Kamu pasti mampu menjalani semua yang kamu anggap sulit dan semua itu akan berakhir indah untuk mu. Terus berusaha, aku percaya kamu juga sedang berjuang "lari" mengejar teman-temanmu, mengejar hal-hal yang tertunda, dan suatu saat nanti kamu pasti bisa menyusulnya bahkan melewati mereka.




Dimanapun kamu berada, aku harap kamu selalu bahagia. Sungguh dulu pun aku tidak mau melihat kamu sedih karena suatu hal. Kamu berhak atas kebahagiaan hidup kamu sendiri dan bisa jadi justru salah satu kebahagiaan dalam hidupmu adalah tanpa adanya aku lagi.

Ya. Mungkin tanpa adanya aku, kamu bisa lebih bahagia. Aku senang liat kamu bahagia. Rasanya melihat kamu seperti itu, seperti virus. Menular. Semoga kamu tetap terus bahagia disana.




Kamu tahu, salah satu hal yang membuat aku jatuh cinta dan selalu jatuh cinta padamu? Senyummu. Sungguh tidak ada kejadian apapun yang bisa menggantikan selain saat-saat kamu tersenyum. Bagiku, itu seperti morfin. Menenangkan.

Aku tahu pada saat dulu ketika aku dihadapkan dalam suatu masalah, dan kamu hadir membantuku, sesungguhnya kamu tidak perlu menasihatiku dengan kata-kata panjang lebar. Karena hanya dengan melihat kamu tersenyum dan berkata "tidak apa-apa, semua pasti baik-baik saja", sungguh itu lebih daripada cukup.

Maka semoga kamu selalu menemukan alasan untuk selalu tersenyum, dalam suka maupun duka. Meskpiun bukan aku salah satu alasannya.

"Pada waktunya nanti, kita akan tertawa bersama lagi,sekalipun mesti dibayar tangis hari ini" - Robin Wijaya

Ya. Mungkin suatu saat nanti kita akan tertawa bersama. Supaya aku bisa melihat senyummu lagi. Tertawa bersama untuk selamanya atau tertawa bersama ketika aku melihatmu telah memilih pilihan hidupmu, begitu pula sebaliknya. Tapi lagi-lagi semoga pilihan pertama.




"Jika aku, bukan jalanmu,
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu,
Jodoh pasti bertemu..." - Afgan

Ah, aku terlalu tergesa-gesa mengambil kesimpulan. Aku terlanjur bahagia luar biasa saat dipertemukan kembali dan langsung menjudge bahwa ini betul Tuhan menjodohkanku dengan mu. Tapi nyatanya, aku terlalu congkak, mendahului takdir.
Tapi, masih bolehkah aku berharap bahwa suatu saat nanti aku dipertemukan kembali dengan mu dengan sebenar-benarnya bahwa Tuhan mentakdirkan ku akhirnya padamu?

Kamu ingat, saat kamu bercerita dulu sempat hendak dijodohkan dengan orang lain? Kamu sebutkan kondisi nya, dan tahukah kamu saat mendengarkannya aku sungguh minder. Rasanya kamu seharusnya berhak mendapatkan yang jauh lebih baik seperti dia dibanding aku. Maka dari itu aku hanya bisa diam, mendengarkan, sungguh disatu sisi aku minder, tapi disatu sisi aku berjanji, aku juga ingin menjadi wanita luar biasa untuk hidupmu.

Tapi memang tidak semua harapan bisa terkabulkan, bukan?

Jika suatu saat nanti kemungkinan terburuknya adalah tidak, semoga kamu bahagia, Jauh lebih bahagia dibandingkan dengan ku. Bagiku kamu menawan, luar biasa hebat. Maka saat itu juga, kamu harus memandang orang yang kamu pilih untuk hidupmu juga menawan dan hebat.

Pasti aku sedih, tapi harapanku salah satu nya juga menginginkan kamu bahagia, bukan?



...until now.

Sampai suatu saat nanti bagaimana Tuhan merencanakan takdir terbaiknya pada kita. Tapi aku harap akan selalu ada kata "kita" dalam hidupku juga hidupmu.




Never change.

"Sekalipun kita tak lagi bertemu, percayalah padaku, aku mendoakanmu dari jauh. Kamu hanya tak perlu menganggap ada cerita dalam hidup yang pernah kita lewati berdua, Kamu hanya perlu menghapus bagian itu. Kamu boleh membuangnya jika kamu mau.
Tapi aku, akan ingat selamanya padamu." - Robin Wijaya

Ya. Aku akan ingat selamanya padamu, wahai orang yang satu-satunya membuatku percaya sekalipun baru pertama kali bertemu. Aku akan ingat selamanya padamu, wahai orang yang aku nekat pertahankan perasaanku tanpa kejelasan selama bertahun-tahun. Untukmu.




Karena aku betul-betul sudah tidak punya keberanian lagi untuk mempertanyakan padamu. Aku tidak berani lagi untuk menghubungi kamu, sungguh aku tidak berani. Dan yang bisa aku lakukan hanya doa dan kata-kata dalam tulisan. Aku tahu usaha ini sangat jauh tidak ada efeknya, dibandingkan memperjuangkan secara nyata, Tapi aku tetaplah aku, orang pengecut yang telah sering menerima penolakan dan tak akan bisa berani seperti orang lain.

Ada hal-hal yang kadang sulit diungkapkan. Salah satunya perasaan. Dan aku hanya bisa menuliskan nya dalam kata-kata, bahwa aku betul-betul bahagia, kamu telah terlahir di dunia dan menjadi bagian dalam cerita hidupku. Walau sekejap.

Kadang cinta membuatmu bertahan pada orang yang tak pernah membalas cintamu. Kau yang tetap berada di sisinya dan berharap ia mengerti arti keberadaanmu.- Robin Wijaya

Mungkin kenangan terlalu sempurna. Hingga segalanya tentangmu sulit dilupakan. Atau mungkin sebenarnya aku yang tak mau. Ah. Kamu, jangan pernah putus asa. Suatu hari nanti cinta akan dipertemukan. Mungkin untuk "kita" atau untuk orang lain. Dan aku tetap berharap akan selalu ada kata "kita" dalam hidupku dan hidupmu. Semoga.