This Islamic Calligraphy made by me on December 6th 2012.
***
Q.S Al-Baqarah (2) : 286
Bismillah.
Latinnya begini, "Laa yukallifullahu nafsan illa wus'ahaa", kembali lagi, CMIIW jika ada kesalahan dalam penulisan latin.
Sebetulnya ayat ini cukup panjang dan mungkin kalau kalian pernah atau suka baca Al-Ma'tsurat pasti tahu. Tapi berhubung agak panjang, jadi saya ambil bagian itu saja. Ceritanya waktu itu ada teman saya curhat gitu lah ya. Nah, di akhir, dia kayak berasa putus asa gitu, bagi dia masalah kayaknya ada aja. Nggak berhenti-berhenti. Waktu pas dia bilang gitu, saya kayak langsung nyamber aja bilang, "Jangan gitu ah, kan Allah nggak bakalan ngasih cobaan diluar batas kemampuan hambaNya...endebla endeble..."
Sok bijak banget ya? Padahal mah masih suka khilaf ngeluh juga. Hahaha.
Nah, besokannya, saya kepikiran lagi sama omongan sendiri. Iya juga ya, kenapa masih doyan ngeluh kalau dikasih cobaan. Kan Dia juga nggak bakalan kasih cobaan diluar batas kemampuan hambaNya, berarti saat kita ngeluh sebetulnya kita masih mampu dong? Kita nya aja yang kebanyakan ngeluh duluan.
Mikirnya sih gitu.
Lagi juga, kenapa giliran dikasih cobaan aja kita ngeluhnya kadang panjang x tinggi x lebar. Berenteeeet nggak kelar-kelar. Berasa paling sengsara hidupnya. Padahal kalau mau di flashback selama sekian tahun kita hidup, nikmat sama rezeki nya jauuuh lebih banyak.
Egois banget ya kita?
Nah. Pas begitu, saya mikir, ini harus jadi pengingat yang baik kalau-kalau saya lagi khilaf.
"Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari kebijakan yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari kejahatan yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir."
Itu artinya berdasarkan Al-Qur'an terjemahan.
Saya waktu ikutan TPA (lagi-lagi TPA, tapi ini beneran), kudu hafalin tiga ayat terakhir Q.S Al-Baqarah ini. Ah, saya rasa yang ikutan TPA atau mungkin pesantren dan sekelasnya juga pasti disuruh hafalin ini. Yang doyan baca al-ma'tsurat juga palingan hafal secara ga langsung. Waktu itu, saya iseng nanya sama guru ngaji saya, iya sih saya orangnya kebanyakan nanya, pengen tau mulu, dan kurang lebihnya saya nanya, kenapa ayat ini harus dihafalin?
Pertanyaan nggak penting sih, namanya sebagai umat muslim, sudah semestinya menghafal ayat-ayat nya Allah. Tapi berhubung emang masih kecil yaaah SD sekitar kelas 3-4an lah, saya juga lupa, tolong wajarkan saja pertanyaan itu.
Guru ngaji saya jawab, kurang lebihnya gini.
"Kamu tahu al-ma'tsurat? Nih saya kasih."
Beliau kasih saya buku kecil ukuran yaaah paling 10x6cm lah dengan muka orang di covernya yang ditulis namanya Hasan Al-Banna. Seiring berjalannya waktu, saya baru diberi tahu siapa beliau pas SMP.
"Coba liat yang ini," sambil nunjukkin ayat Al-Quran, yang pas saya baca, oh iya, ini ayat Al-Baqarah 284-286 yang saya tanyain. Tapi saya tetep nggak ngerti maksudnya apa.
"Al-Ma'tsurat ini, doa-doanya Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam yang dikumpulin jadi satu, dibacanya pagi dan petang. Nah, yang nyusunnya ini namanya Hasan Al-Banna. Salah satu doa nya, ya ayat Al-Baqarah 284-286 itu. Tahu nggak, kalau baca dua ayat ini (terutama ayat 285-286), di malam hari, dua ayat ini cukup sebagai pengganti salat malam(*). Tapi bukan berarti kamu mikirnya, 'yaudahlah baca ini aja terus, nggak usah salat malam', jangan gitu yaaa"
"Itu hadits, kak?", semua yang ngaji di masjid dekat rumah saya emang manggil guru-gurunya "kakak".
Dia ngangguk. "Terus, waktu Rasulullah Isra' Miraj, pas sampai di Sidratul Muntaha, tahu kan Sidratul Muntaha?"
"Iya tahu, langit yang paling atas, kan?" Jawaban anak SD, maklumkan saja.
"Nah, Rasulullah ngeliat di Sidratul Muntaha ada sesuatu(**)"
"Apaan?"
"Kupu-kupu emas. Keren kan? Nah pas disitulah Rasulullah dikasih tiga perkara sama Allah, dianugerahi salat lima waktu, dianugerahi ayat-ayat terakhir Q,S Al-Baqarah, dan diampuninya orang-orang yang tidak menyekutukan Allah dengan apapun dari kalangan umatnya Rasulullah, bebas, diampunin seampun-ampunnya(***). Keren kan Allah? Diampuni lho umatnya Rasulullah yang tetap setia sama Al-Qur'an dan Hadits nya tapi ya. Terus Rasulullah bilang, 'bacalah dua ayat terakhir Al-Baqarah ini karena aku dianugerahi ayat-ayat ini di bawah arsy' yang bahkan nggak ada seorang pun, sebelum bahkan sesudah aku, yang diberikan anugerah kayak begini'(****)"
Waktu itu saya cuma bisa berimajinasi doang, enak banget ya kalau gitu.
"Nah, itu enaknya kalau kita bisa baca terus ayat itu kan? Makanya kudu dihafal, biar makin sering nanti-nanti kamu baca ayat ini. Kan enak kalau bisa dihafal?"
Saya sih ngangguk aja.
"Nah, waktu ayat ini turun, ceritanya sahabat-sahabat Rasulullah protes gitu lah sama Rasulullah, pas turun ayat 284, katanya kan, coba nih liat di Al-Ma'tsurat nya, "Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu", berarti kalau setiap kita niat, mau baik ataupun buruk, entah nanti ternyata kita lakuin ataupun masih kita sembunyiin dalam hati, tetap dihitung sama Allah."
"Makanya mereka nggak setuju, kak? Gara-gara kalau niat aja udah masuk hitungan pahala atau dosa, gitu?"
"Iya, makanya mereka mohon-mohon sama Rasulullah, 'Ya Rasulullah, kita udah melakukan shalat, puasa, sedekah, tapi kalau ini, kayaknya kita nggak bakalan sanggup.' Terus, turunlah ayat 285 dan 286. Di ayat 286, Allah bilang, 'Laa yukallifullahu nafsan illa wus'ahaa', Dia nggak akan membebani hambaNya diluar batas kemampuan hambaNya. Maksudnya, manusia akan mendapat pahala atau dosa sesuai apa yang diperbuat, tapi Allah bakal mengampuni keterbatasan hambaNya saat melakukan kewajiban-kewajiban dan hal-hal yang dilarang disaat kita betul-betul tidak ada cara lain menghindarinya, memaafkan setiap kali kita khilaf, memudahkan kita untuk beribadah sama Dia, dan nggak akan membebani hal-hal yang berat, yang biasanya kita anggap ujian dari Dia, diluar batas kemampuan hambaNya. Berarti kalau kamu lagi kesusahan, diuji sama Allah, artinya Dia masih yakin kamu bakalan bisa ngelewatin ujianNya.(*****)"
Oke baiklah, cerita diatas sih betulan, cuma versi tulisan saya nya aja yang agak di fiksi-in, tapi kurang lebih nya begitu.
Iya, saya juga ngaku kok masih suka ngeluh. Dan tiap kali ngeluh dan tiba-tiba saya sadar, "Ah iya, Allah kan nggak bakalan ngasih beban melebihi batas kemampuan kita", disitu saya menjudge diri saya payah.
Payah dalam artian gini, Rasulullah aja dikasih kewajiban mensyiarkan agama Islam dan nggak sedikit orang yang mati-matian juga ngelawan beliau, bahkan kalangan kaumnya pun ngelawan, tapi beliau ikhlas luar biasa. Ibunda Hajar dikasih cobaan saat Ismail udah nangis nggak karuan karena kehausan, lari bolak balik Shafa-Marwa cuma buat nyari air padahal disitu kering kerontang, tapi nggak lantas gitu aja putus asa. Ibunda Aisyah ra, difitnah abis-abisan dibilang selingkuh (bahasa kita nya mah ya), sampai beliau nggak tahu lagi gimana caranya supaya bisa ngeyakinin Rasulullah kalau dia nggak berbuat begitu tapi percaya banget kalau semua bakalan bisa dilewatin dengan baik. Nah, kita? Baru kehilangan harta benda, atau skripsi nggak kelar-kelar, dikecewain orang, rasanya berasa nggak kuat ampun-ampunan. Payah banget kan?
Emang sih, dibilang 'kita kan nggak selevel imannya sama mereka!', ya emang. Kita mah apaan. Tapi Rasulullah sebaik-baik suri tauladan, dan yang lain juga contoh yang baik juga kan buat manusia zaman sekarang? Bahwa sebetulnya, kesulitan kita belumlah ada apa-apanya dibanding kesulitan mereka zaman dahulu.
Ah iya. Sama-sama mengingatkan, ya.
Mungkin suatu saat saya khilaf lagi, atau kalian. Semoga bisa saling menasihati dalam kebaikan dan kebenaran.
Aamiin..
***
Nb :
Ada beberapa yang saya kasih tanda bintang (*), ini penjelasan lebih detailnya ya. Dan penjelasan ini saya tahu setelah seiring berjalannya waktu sejak guru ngaji saya cerita begitu. Ahahaha.
(*)
"Telah menceritakan kepada kami, Yahya ibnu Adam, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Asim, dari Al-Mussayab ibnu Rafi', dari Alqamah, dari Ibnu Mas'ud, dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam yang telah bersabda : "Barangsiapa yang membaca kedua ayat dari akhir surat Al-Baqarah di malam harinya, maka kedua ayat itu mencukupinya." (H.R Imam Ahmad)
Beberapa berpendapat, mencukupinya dari terhindar kejahatan, dan beberapa lagi berpendapat bahwa dua ayat itu cukup sebagai pengganti shalat malam. Wallahu alam. CMIIW ya.
(**)
"(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya." (Q.S An-Najm : 16)
Saya baru ngeh pas mulai suka Q.S An-Najm, dan ternyata seiring berjalannya waktu, kata-kata guru ngaji saya kurang lebihnya sesuai dengan Tafsir nya Ibnu Katsir. Mungkin beliau juga menjelaskannya berdasarkan itu.
(***)
"...Abdullah Ibnu Mas'ud mengatakan pula bahwa Rasulullah SAW, dianugrahi tiga perkara, yaitu beliau dianugrahi shalat lima waktu, dianugrahi ayat-ayat yang mengakhiri surat Al-Baqarah, serta diampuni bagi orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun dari kalangan umatnya, dengan ampunan yang menyeluruh." (H.R Muslim)
Versi Tafsir Ibnu Katsir juga menjelaskan ini secara lebih detail.
(****)
Rasulullah bersabda : "Kami diberi keutamaan diatas semua orang karena tiga perkara, yaitu : Aku diberi ayat-ayat yang mengakhiri surat Al-Baqarah dari rumah pembendaharaan di bawah 'Arsy yang tidak pernah diberikan kepada seorangpun sebelumku dan tidak pula diberikan kepada seorangpun sesudahku." (H.R Ibnu Murdawaih)
(*****)
Imam Muslim mengeluarkan di dalam kitab Shahih-nya dan juga dikeluarkan oleh periwayat lainnya, dari Abu Hurairah, dia berkata, “Tatkala turun ayat (artinya) ‘Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu' (Q.S ,Al-Baqarah : 284) beratlah hal itu bagi para sahabat RA. Lalu mereka mendatangi Rasulullah SAW. dengan merangkak atau bergeser dengan bertumpu pada duduknya seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah, kami sudah dibebankan amalan-amalan yang mampu kami lakukan; shalat, puasa, jihad dan sedekah (zakat) dan sekarang telah diturunkan padamu ayat ini padahal kami tidak sanggup melakukannya.’
Lalu Rasulullah SAW, bersabda, ‘Apakah kalian ingin mengatakan sebagaimana yang dikatakan Ahli Kitab sebelum kamu; kami dengar namun kami durhaka? Tetapi katakanlah ‘kami dengar dan patuh, Wahai Rabb, kami mohon ampunan-Mu dan kepada-Mu tempat kembali.’ Tatkala mereka mengukuhkan hal itu dan lisan mereka telah kelu, turunlah setelah itu ayat ‘Aamanar Rasuul…sampai al-Mashiir. (Al-Baqarah : 285)’ Dan tatkala mereka melakukan hal itu, Allah pun menghapus (hukum)-nya dengan menurunkan firman-Nya, “Laa Yukallifullah…hingga selesai. (l-Baqarah : 286)” (HR.Muslim, no.125 dan Ahmad, II / 412)
Wallahu alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar